Liputan6.com, Jakarta - Ashura adalah sama dengan Asyura, ini istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada hari kesepuluh pada bulan Muharram. Rasulullah SAW sering berpuasa pada hari Ashura atau Asyura, karena pada hari itu Allah SWT memberikan pengampunan dosa-dosa yang dilakukan selama setahun sebelumnya.
“Nabi ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura. Beliau menjawab, ”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Baca Juga
Advertisement
Umat Islam Sunni memaknai hari Ashura atau Asyura dengan rasa syukur, karena pada hari itu Allah SWT memberikan banyak keberkahan dan anugerah. Selain itu, pada hari itu juga terjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam seperti Nabi Musa AS dan umatnya yang diselamatkan dari Fir`aun serta Nabi Nuh AS dan pengikutnya yang selamat dari banjir besar.
Sementara itu, umat Islam Syiah memaknai hari Ashura atau Asyura dengan kesedihan, karena pada hari itu terjadi peristiwa tragis kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali. Ini menjadi hari berkabung bagi umat Islam Syiah, yang diisi dengan ritual pengajian, prosesi pemakaman palsu, dan menangis sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan dan pengorbanan Imam Husain.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang Ashura atau Asyura, Selasa (14/3/2023).
Hari Ashura atau Hari Asyura
Majelis Ulama Indonesia atau MUI menjelaskan istilah Ashura atau Asyura adalah hari yang jatuh pada 10 Muharram. Popularitas hari Ashura atau Asyura sudah ada sejak sebelum Islam datang ke tanah Arab. Apa sebenarnya keistimewaan hari Ashura atau Asyura?
Ashura atau Asyura dalam bahasa Arab juga dapat diartikan sebagai "tengah" atau "dua belas". Istilah ini merujuk pada tanggal 10 Muharram yang merupakan tengah-tengah bulan Muharram atau dua belas hari setelah tanggal 1 Muharram.
Kementerian Agama Republik Indonesia atau Kemenag RI menjelaskan hari Ashura atau Asyura adalah momentum ketika Warga Arab Saudi, terutama yang berasal dari Mekah, Jeddah, Madina, Thaif, dan Riyadh berdatangan ke Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah pada tanggal 10 Muharram.
"Hari Asyura memiliki makna penting bagi umat Islam terutama untuk memohon ampun kepada Allah," kata Usman, seorang warga Arab Saudi yang tinggal di Madinah melansir dari sumber yang sama.
Sekolah Tinggi Ekonomi Bisnis dan Syariah (STEBIS) Indo Global Mandiri, keistimewaan hari Ashura atau Asyura ditunjukkan Rasulullah SAW sebagai momentum yang tepat untuk berpuasa. Puasa Asyura disebut dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu.
“Nabi ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura. Beliau menjawab, ”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Ashura artinya dalam Islam hari yang penuh dengan keberkahan. Sejarah mencatat Asyura sebagai hari yang paling istimewa di bulan Muharram karena banyak peristiwa bersejarah terjadi pada hari ini. Pada hari istimewa ini, dianjurkan untuk menunaikan puasa Ashura atau puasa Asyura tepat pada 10 Muharram dan lengkapi pula dengan puasa Tasu’a pada 9 Muharram.
Bacaan niat puasa Ashura atau Asyura:
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati asyura lillahi ta'ala.
"Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT."
Adanya keistimewaan hari Ashura atau Asyura dalam Islam ini dijelaskan Ibnu Abbas ra. Ia berkata:
"Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para Sahabatnya juga berpuasa, maka mereka berkata: Wahai Rasulullah SAW, hari Asyura itu hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah SAW bersabda: Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Advertisement
Ahlussunnah wal Jamaah dan Syiah
Keistimewaan hari Ashura atau Asyura bagi mayoritas umat Islam tidak perlu dipertanyakan lagi. MUI menjelaskan ini sebagaimana yang dianut oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah.
Mereka memperingati hari Asyura sebagai hari kesyukuran atas kemenangan dengan mengabadikan ingatan sejarah kemenangan Nabi Musa atas tirani kekuasaan Firaun.
Akan tetapi, peringatan hari Ashura atau Asyura berbeda pada kaum Syiah. Kaum Syiah memperingatinya sebagai hari kesedihan. Mereka pun melakukan ritual melukai diri agar bisa merasakan apa yang dialami oleh Sayyidunal Husain.
Sejarah mencatat, di hari itu tepatnya pada tahun 61 H, Imam Husein beserta pengikutnya sebanyak 72 orang dibunuh di Karbala Irak, oleh Yazid bin Muawiyah, penguasa saat itu. Peristiwa itu pada mulanya bermotifkan politik.
Akan tetapi peristiwa itu memberi pengaruh psikologis dan teologis yang sangat mendalam, sehingga sampai sekarang tertanam sebuah kebencian dan kecurigaan yang menyelimuti hubungan antara dua tradisi keislaman, yakni Sunni dan Syiah.
Sekolah Tinggi Ekonomi Bisnis dan Syariah (STEBIS) Indo Global Mandiri menerangkan beberapa peristiwa penting selain yang sudah disebutkan sebagai berikut:
- Nabi Nuh AS dan pengikutnya selamat dari banjir topan setelah enam bulan, tepat pada tanggal 10 Muharram.
- Nabi Ibrahim AS juga selamat dari api unggun yang dinyalakan Raja Namrud pada tanggal 10 Muharram.
- Nabi Musa AS dan umatnya juga mendapat kemenangan dan keselamatan dari Allah SWT ketika Firaun dan bala tentaranya tenggelam di laut pada hari itu.
- Di samping itu, beberapa nabi seperti Nabi Adam AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Yakub AS, Nabi Ayyub AS, Nabi Yunus AS, Nabi Daud AS, dan Nabi Sulaiman AS juga memiliki kisah-kisah keselamatan dan pengampunan pada hari Asyura.
- Terakhir, Nabi Muhammad SAW diampuni segala dosanya pada hari Asyura.