Sukses

Mengapa Surga Bertingkat-Tingkat? Simak Pula Pengertian dan Ketinggiannya

Surga adalah alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya (dalam keabadian).

Liputan6.com, Jakarta Surga merupakan tempat berkumpulnya orang-orang beriman dan bertaqwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian surga adalah alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya (dalam keabadian).

Surga memiliki tingkatan-tingkatan. Setiap tingkatan memiliki nama dan kriteria calon penghuninya. Tingkatan Surga telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis, meski begitu masih banyak umat Muslim yang bertanya mengapa Surga bertingkat-tingkat.

Untuk lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai mengapa surga bertingkat-tingkat beserta pengertian dan ketinggiannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (17/3/2023). 

2 dari 4 halaman

1. Mengapa Surga Bertingkat-Tingkat

Sebagaimana manusia berbeda-beda kedudukannya di dunia, demikian pula di akhirat kelak. Hanya saja, perbedaan kedudukan manusia di akhirat itu sesuai dengan amal saleh yang mereka kerjakan. Allah berfirman, "Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka das sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." (QS. Al-Isra: 21)

Kebanyakan orang salah memahami hadis-hadis yang menerangkan kemudahan masuk surga. Terbukti, mereka terlalu percaya diri dan tak sedikitpun berlomba-lomba mengerjakan amal saleh demi meninggikan tingkatan mereka di surga kelak. Sebagian orang misalnya, ada yang memahami sabda Rasulullah, "Barangsiapa bersaksi tidak ada Ilah selain Allah dan Muhammad utusan Allah, maka Allah mengharamkan neraka atas mereka," bahwa, untuk masuk surga, Islam hanya mencukupkan penganutnya mengucapkan syahadat, atau mengerjakan rukun Islam yang lima saja. Atas dasar pemahaman inilah, mereka kemudian menyepelekan amalan-amalan mulia lain yang menjadi syarat utama untuk me ninggikan tingkatannya di surga.

Mu'adz ibn Jabal r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan, mendirikan shalat, menunaikan haji" (perawi berkata, "Saya tidak tahu apakah beliau menyebutkan zakat atau tidak"), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya bila ia berhijrah di jalan Allah atau bertahan di tanah airnya." Lalu Mu'adz bertanya, "Bolehkah aku mengabarkan hal ini kepada khalayak?" Rasul menjawab, "Biarkan manusia beramal karena sesungguhnya di surga ada seratus tingkatan yang, jarak antara dua tingkatannya sejauh jarak antara langit dan bumi."

Dalam hadis riwayat Bukhari disebutkan; Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah menyediakannya untuk para mujahid fisabilillah." Maka, maksud perkataan Rasulullah "Biarkan manusia beramal" adalah Biarkan mereka mengerjakan amal-amal saleh agar dibalas dengan tingkatan-tingkatan yang tinggi di surga. Inilah hal penting yang sering dilupakan banyak orang yang hanya salah dalam memahami hadis-hadis yang menjelaskan tentang mudahnya meraih surga. Mereka ini, biasanya tidak bersemangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, sehingga amal kebaikan mereka pun sedikit dan tidak berhak menduduki tingkatan yang tinggi di surga.

3 dari 4 halaman

2. Pengertian Tingkatan Surga

Tingkatan-tingkatan atau derajat surga yang dimaksud oleh beberapa hadis tadi memiliki dua pengertian. Yang pertama, secara kasat mata adalah tingkatan yang jarak antara satu tingkatan ke tingkatan berikutnya sama dengan jarak perjalanan seratus tahun, atau sama dengan jarak antara langit dengan bumi. Kedua, maknawi yaitu tingginya kedudukan seseorang di mata Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar.

4 dari 4 halaman

3. Ketinggian Tingkatan Surga

Jarak antara satu tingkatan surga dengan tingkatan berikutnya sangat jauh. Menurut beberapa hadis, jaraknya kira-kira sejauh bintang-bintang di ufuk dari bumi.

Abu Sa'id al-Khudriy r.a. meriwayatkan: Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya para penghuni tingkatan-tingkatan surga tertinggi itu terlihat oleh para penghuni tingkatan surga dibawahnya laksana bintang-bintang yang bertebaran di ufuk langit."

Dan Sahal ibn Sa'ad r.a. meriwayatkan: Rasulullah saw. ber- sabda,

"Para penghuni surga akan melihat penghuni kamar-kamar surga di atasnya laksana mereka melihat bintang-bintang yang bertebaran di ufuk dari timur atau barat dikarenakan perbedaan tingkatan mereka."

Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah itu tempat para nabi dan tidak bisa dicapai oleh selain mereka?" Rasulullah menjawab, "Tidak, demi jiwaku yang berada di genggaman-Nya, tetapi juga tempat bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya."

Menurut Ibnu Hajar, maksud dipilihnya kata "timur" dan "barat" dalam hadis itu adalah untuk menunjukkan betapa jauhnya jarak ketinggian antara setiap tingkatan surga. Beberapa hadis lain juga menggambarkan bahwa jarak antara satu tingkatan dengan tingkatan berikutnya seperti jarak antara langit dan bumi. Dan itu semua merupakan tingkatan para mujahid fisabilillah. Abu Hurairah r.a. misalnya, ia meriwayatan: Rasulullah s.a.w, bersabda,

"Sesungguhnya di surga terdapat seratus tingkatan yang, disediakan Allah untuk para mujahid fi sabilillah. Jarak antara satu tingkatan dengan tingkatan yang lain seperti jarak antara langit dan bumi. Maka bila kamu berdoa kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena ia merupakan surga yang paling tengah dan paling tinggi: di atasnya terdapat Arsy Ar-Rahman serta darinya memancar sungai-sungai surga."

Dalam hadis lain, jarak antara langit dan bumi disebutkan sejauh perjalanan seratus tahun. Ini diriwayatkan oleh Ka'ab ibn Murrah r.a. dan berbunyi sebagaimana berikut: Rasulullah s.a.w. bersabda,

"Wahai para pembuat senjata, melemparlah (berperang) kalian; karena siapa yang anak panahnya mengenai musuh, Allah akan mengangkat tingkatannya di surga satu tingkatan." Lalu Ka'ab berkata, "Abdurrahman ibn Abi Niham bertanya, 'Wahai Rasu- lullah, apakah tingkatan itu?" Rasulullah menjawab, "Yang pasti, ia bukan seperti tangga ibuntu, tetapi tempat.” Sementara itu, jarak langit dan bumi dalam beberapa hadis disebutkan sejauh perjalanan lima ratus tahun.

Perbedaan penyebutan jarak antara dua tingkatan surga tersebut, sebagaimana dijelaskan Ibnul Qayyim dan Ibnu Hajar adalah disebabkan adanya perbedaan cara berjalan itu sendiri: ada yang cepat dan ada yang lambat. Atau, bisa jadi juga dikarenakan perbedaan ketinggian di antara tingkatan-tingkatan tersebut nyata adanya.