Sukses

Bakteri yang Dapat Menyebabkan Penyakit Sifilis adalah Treponema Pallidum, Waspadai

Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah treponema pallidum yang dapat masuk ke tubuh melalui luka, lecet, hingga jaringan lendir.

Liputan6.com, Jakarta - Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah treponema pallidum. Ini sebuah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyerang sistem saraf, organ dalam, dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit sifilis dalam dunia medis disebut juga penyakit raja singa.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau Kemenkes RI mengatakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, atau melalui selaput lendir, seperti pada jaringan dalam mulut atau kelamin.

Setelah terinfeksi, bakteri sifilis dapat menetap dan tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum akhirnya menjadi aktif kembali. Oleh karena itu, seseorang yang pernah terinfeksi sifilis harus tetap memeriksakan diri secara rutin untuk mendeteksi kemungkinan infeksi berulang.

Jika didiagnosis dengan cepat, penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik. Akan tetapi, jika tidak diobati, bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat merusak organ tubuh seperti jantung, otak, dan organ lainnya. Bahkan, penyakit ini dapat mengancam jiwa seseorang.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah treponema pallidum yang berbentuk spiral, Selasa (21/3/2023).

2 dari 3 halaman

Treponema Pallidum

Nama bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah treponema pallidum. Bentuk bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah spiral dan sangat kecil, sehingga sulit terlihat dengan mata telanjang.

Sifilis secara umum bisa menyebar melalui hubungan seksual, termasuk melalui hubungan oral, anal, atau vaginal. Oleh karena itu, penting bagi untuk memahami betapa pentingnya menghindari aktivitas seksual yang tidak aman.

dr. Febriani Kezia Haryanto melansir dari laman resmi Ciputra Hospital membenarkan bahwa risiko infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah akan semakin tinggi pada seseorang yang:

  1. berhubungan seks tanpa pengaman,
  2. berhubungan seks dengan banyak pasangan,
  3. berhubungan seks dengan sesama jenis, dan
  4. terinfeksi HIV.

Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkap penyakit sifilis dan HIV adalah dua kondisi berbahaya yang dapat menyerang pria berorientasi homoseksual atau biseksual. Infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah bisa berbahaya jika tidak segera dilakukan pengobatan.

Selain melalui hubungan seksual, bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah treponema pallidum dijelaskan oleh Kemenkes RI dapat menyebar melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita. Hal ini bisa terjadi misalnya jika seseorang terluka saat membersihkan luka sifilis pada penderita.

Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah juga dapat menular dari ibu ke janin saat kehamilan atau persalinan. Ini yang membuat penting bagi ibu hamil untuk memeriksakan diri secara rutin dan mengikuti saran dari dokter kandungan untuk menghindari risiko penularan sifilis pada bayi yang sedang dikandung.

Agar bisa terhindar dari penularan sifilis, sangat perlu menghindari aktivitas seksual yang tidak aman, menjaga kebersihan tubuh, dan memeriksakan diri secara rutin. Jika mengalami gejala yang mencurigakan atau berisiko tertular sifilis, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan yang terpercaya.

Selain itu, perhatikan pula gejala sifilis sesuai dengan tahapan perkembangannya dalam tubuh. Kemenkes RI menjelaskan tahapan penyakit sifilis ada lima, diantaranya:

3 dari 3 halaman

1. Sifilis Primer

Pada tahap awal atau sifilis primer, gejala biasanya muncul dalam waktu 10-90 hari setelah terpapar bakteri. Gejala sifilis yang muncul pada tahap ini adalah luka kecil di kulit atau chancre yang biasanya terletak di sekitar kelamin.

Namun, luka ini juga dapat muncul di area mulut atau dubur dan terkadang tidak menimbulkan rasa sakit. Luka tersebut dapat menghilang dalam 3-6 minggu, tetapi jika tidak diobati, infeksi dapat berkembang ke tahap selanjutnya.

2. Sifilis Sekunder

Tahap selanjutnya adalah sifilis sekunder. Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis sekunder berbentuk ruam dapat muncul di bagian tubuh mana pun, terutama di telapak tangan dan kaki.

Ruam tersebut dapat disertai kutil pada area kelamin atau mulut, tetapi tidak menimbulkan rasa gatal. Selain timbul ruam, gejala pada tahap ini juga bisa disertai demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan penurunan berat badan.

Ruam pada tahap sifilis sekunder akan menghilang meski tidak diobati, namun gejala dapat muncul kembali setelahnya. Tanpa pengobatan yang tepat, infeksi dapat berlanjut ke tahap laten atau tahap tersier.

3. Sifilis Laten

Pada tahap ini, sifilis tetap ada di dalam tubuh dan masih bisa menular selama 12 bulan pertama, namun tidak menimbulkan gejala sifilis selama bertahun-tahun. Setelah 2 tahun, infeksi masih ada di dalam tubuh, tetapi tidak bisa menular kepada orang lain lagi.

Namun, tanpa pengobatan yang tepat, infeksi dapat berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan tahap sifilis paling berbahaya.

4. Sifilis Tersier

Infeksi pada tahap ini dapat muncul antara 10-30 tahun setelah infeksi pertama. Pada tahap tersier, gejala sifilis dapat merusak organ permanen seperti mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi-sendi. Hal ini dapat berakibat fatal bagi penderita, seperti kebutaan, penyakit jantung, atau stroke.

5. Sifilis Kongenital

Ibu hamil yang terkena sifilis dapat menyebarkan penyakit ini kepada anaknya, baik sejak dalam kandungan maupun saat persalinan. Jenis sifilis ini disebut sifilis kongenital dan dapat menimbulkan komplikasi serius seperti keguguran, kematian janin, atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan.

Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital biasanya tidak menunjukkan gejala sifilis pada awalnya, namun beberapa bayi dapat mengalami ruam di bagian telapak tangan atau telapak kaki, serta pembengkakan kelenjar getah bening dan organ limpa.