Sukses

Arti Ramadhan, Asal Usul Penamaan, dan Keistimewaannya Bagi Umat Muslim

Arti Ramadhan diambil dalam bahasa Arab yang ramada atau ar-ramad yang berarti panas atau pembakaran.

Liputan6.com, Jakarta Arti Ramadhan dalam bahasa berarti amat panas. Ramadhan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam. Bulan ini menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim dibelahan dunia.

Dalam pelaksanaannya, bulan Ramadhan berlangsung selama 29 hingga 30 hari yang ditentukan berdasarkan hilal. Arti Ramadhan diambil dalam bahasa Arab yang ramada atau ar-ramad yang berarti pembakaran.

Dengan mengetahui arti Ramadhan, umat Muslim menjadi paham tentang asal usul penamaan bulan suci dan keistimewaannya. Selain itu, dalam Islam arti Ramadhan juga sangat mulia dan memiliki arti yang sangat istimewa karena terjadi berbagai peristiwa penting.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai arti Ramadhan beserta asal usul penamaan dan keistimewaannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (21/3/2023).

2 dari 4 halaman

1. Arti Ramadhan

Dikutip dari buku Memburu Syurga di Bulan Istimewa karya Miftah Fauzi, menjelaskan bahwa arti Ramadhan yaitu pembakaran. Maksudnya pada bulan ini umat nabi Muhammad SAW mempunyai kesempatan yang sangat besar supaya dosa- dosanya habis terbakar (di hapus Allah SWT dan mendapat ampunan Allah SWT).

Ada juga yang memberi arti Ramadhan, dari segi huruf-hurufnya. Mulai dari "RA" (Rahmat) huruf ra pada lafazh Ramadhan bermakna rohmat, dengan kata lain Ramadhan adalah bulan yang sangat penuh dengan rahmat, lalu apa artinya rahmat, rahmat berarti kasih sayang Allah SWT.

Sedangkan "MA" (Maghfiroh) huruf Mim pada lafazh Ramadan bermakna magfiroh, dengan kata lain pada bulan Ramadhan Allah menyiapkan ampunannya sehingga barang siapa dari seorang mu'min ia bertobat kepada Allah SWT, maka kemungkinan besar hamba itu akan mendapat ampunan Allah SWT, karena pada bulan Ramadhan ampunan Allah benar-benar tersedia bagi hamba Allah yang menginginkannya.

Sementara itu, "DHA" (dho'fu) huruf dhod pada lafazh Ramadhan bermakna dhofu yang artinya berlipat-lipat, dengan kata lain jika seorang hamba Allah SWT beramal di bulan Ramdhan ia akan mendapat pahala yang berlipat-lipat.

Terakhir, "NA"(najihun minan naar) huruf nun pada lafazh Ramadhan memiliki makna "naajihun minan naar" (selamat dari neraka) dengan kata lain, seorang hamba yang bisa mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadhan ia akan sangat berpeluang terbebas dari api neraka, karena Ramadhan adalah bulan yang sangat di muliakan Allah SWT, Ramadhan adalah bulan ampunan.

3 dari 4 halaman

2. Asal Usul Penamaan Bulan Ramadhan

Asal usul penamaan bulan Ramadhan bermula dari penggunaan kalender Hijriyah pada Tahun 412 Masehi. Ketika itu terjadi konvensi petinggi lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Makkah pada masa Kilab bin Murrah (kakek Nabi Muhammad SAW ke-6). Mereka berkumpul untuk menentukan nama-nama bulan agar terjadi kesamaan, sehingga memudahkan mereka dalam urusan perdagangan.

Dari perkumpulan itu, muncullah 12 nama bulan yaitu: (1) Muharram (2) Shafar (3) Rabi'al-Awwal (4) Rabi'al-Tsani (5) Jumadal Ula (6) Jumadal Tsaniyah (7) Rajab (8) Sya'ban (9) Ramadhan (10) Syawwal (11) Dzulqa'dah (12) Dzulhijjah.

Sayangnya, kala itu penomoran bulan belum ada karena orang-orang Arab terdahulu tidak tahu bulan apa yang pertama. Munculnya penomoran bulan Hijriyah setelah adanya kebijakan Khalifah Umar bin Khaththab yang mengeluarkan perintah untuk membuat kalender Islam. Akhirnya bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama kalender Islam yang kita kenal dengan kalender Hijriyah.

4 dari 4 halaman

3. Keistimewaan Bulan Ramadhan

a. Bulan kesabaran

Ramadhan adalah bulan pembentukan karakter (character building) umat Islam, terutama sabar. Tujuan puasa adalah membentuk manusia yang bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT berikut. "Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya). Maka, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams [91]: 7-10)

Orang yang berpuasa akan selalu memelihara diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Barangsiapa tidak menghentikan perkataan-perkataan dusta dan melakukan kedustaan itu, Allah tidak butuh dengan lapar dan hausnya." (HR. Bukhari)

Puasa membentuk pribadi-pribadi yang senantiasa sabar dalam menghadapi gangguan-gangguan, musibah, dan fitnah dalam meniti jalan yang lurus. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa adalah setengah dari kesabaran.”

b. Bulan penuh rahmat dan ampunan

Puasa juga berfungsi sebagai jannah atau perisai. Ini artinya, orang yang benar-benar berpuasa akan dapat membentengi dirinya dari godaan setan yang suka menggoda. Dengan keberhasilan menahan diri ini, berarti tertutup kesempatan bagi setan untuk menjerumuskan kita, sehingga ruang geraknya akan semakin sempit. Inilah makna sabda Rasulullah saw bahwa pada bulan Ramadhan, setan terbelenggu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Apabila tiba bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari-Muslim)

c. Momentum kepedulian sosial

Kepekaan sosial dan ekonomi akan semakin sensitif bila kita memahami tujuan puasa, yaitu menahan hawa nafsu menuju derajat mukmin yang sejati. Sebagai ilustrasi, ketika sedang berpuasa, sejak pagi kita sudah mengumpulkan makanan ini dan itu untuk berbuka puasa.

Tetapi, ketika tiba saat berbuka, ternyata tidak semua makanan yang kita inginkan dan kita kumpulkan sejak pagi habis kita makan. Kita hanya menyantap satu piring saja. Satu piring itulah sebenarnya kebutuhan kita, sedangkan makanan yang tersisa adalah 'makanan' hawa nafsu, suatu kemubadziran yang tak termaafkan. Padahal, Allah SWT telah mengingatkan kita,

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Isra': 26-27)

d. Bulan kemuliaan

Saat bulan Ramadhan, terdapat sebuah malam satau salah satu malam yang lebih baik dari pada 100 bulan. Hal ini dijelaskan di surat Q.S. Al-Qard ayat 3.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya: Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.