Sukses

Insya Allah atau Insha Allah, Mana Transliterasi yang Benar? Ini Penjelasan Selengkapnya

Insya Allah atau Insha Allah muncul karena perbedaan dalam mentransliterasikan huruf ش.

Liputan6.com, Jakarta Insya Allah atau Insha Allah, manakah yang benar? Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu memahami proses transliterasi kata tersebut dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Sebab bahasa Arab dan bahasa indonesia menggunakan sistem aksara yang berbeda.

Namun yang perlu ditekankan di sini, selama cara pelafalan atau pengucapan إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ sesuai dengan bahasa Arab, Insya Allah atau Insha Allah semestinya tidak masalah, karena tidak mengubah arti sama sekali. Akan menjadi masalah jika salah satu dari transliterasi Insya Allah atau Insha Allah membuat perubahan dalam pengucapan sehingga artinya menjadi berubah sama sekali.

Sampai di sini, dapat disimpulkan bahwa Insya Allah atau Insha Allah sama-sama dapat digunakan untuk mengacu إِنْ شَاءَ ٱللَّٰه dalam bahasa Arab. Meski begitu, dalam penulisan ragam formal penting untuk memahami transliterasi mana yang benar menurut kaidah Bahasa Indonesia, Insya Allah atau Insha Allah?

Untuk menjawab pertanyaan itu, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (22/3/2023).

2 dari 5 halaman

Insya Allah atau Insha Allah?

Insya Allah atau Insha Allah? Sebenarnya selain kedua versi transliterasi tersebut, masih ada banyak versi transliterasi lainnya, termasuk insyaallah, yang ditulis serangkai. Lalu bagaimana ketiga model transliterasi tersebut bisa muncul?

Dilansir dari umma.id, Ustaz Usep Badruzzaman menjelaskan bahwa model transliterasi Insha Allah berasal dari transliterasi dari bahasa Arab ke Bahasa Inggris. Sebab dalam model transliterasi dari Arab ke Inggris, huruf ش ditransliterasikan dengan "shaa." Sehingga menghasilkan Insha Allah.

Sementara itu, penulisan semacam itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia. Ini karena karena huruf ش dari bahasa atau tulisan Arab menjadi "sy" dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, Insya Allah atau Insha Allah, maka berdasarkan sistem transliterasi Arab ke Indonesia, yang benar adalah Insya Allah.

3 dari 5 halaman

Proses Transliterasi Arab-Indonesia

Insya Allah atau Insha Allah, fenomena perbedaan transliterasi seperti ini bisa muncul karena bahasa Arab dan bahasa Indonesia menggunakan sistem aksara yang berbeda. Bahasa Arab menggunakan huruf hijaiyah, sedangkan bahasa Indonesia menggunakan huruf alfabet.

Perbedaan sistem aksara inilah yang mengharuskan adanya proses transliterasi atau alih aksara. Sebagai contoh kata الله, bila ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan pelafalannya, bisa menjadi Allah, Alloh, Awloh, atau bentuk lain yang mirip dengan pelafalan aslinya, tergantung kesepakatan.

Dengan kata lain, bentuk transliterasi dari Arab ke Indonesia ini berdasarkan kesepakatan para ahli bahasa yang diberi wewenang untuk mengatur hal ini. Jadi jika ahli bahasa sudah bersepakat bahwa "Allah" adalah transliterasi dari الله , maka cara membacanya atau pelafalannya tidak akan berubah, tetap sesuai dengan pelafalan aslinya dalam bahasa Arab.

Kembali pada kasus Insya Allah atau Insha Allah. Ungkapan itu sebenarnya terdiri dari tiga kata, yakni إن (bila), شاء (menghendaki), dan الله (Allah), yang selengkapnya menjadi bila Allah berkehendak atau jika Allah menghendaki.

Insya Allah atau Insha Allah muncul karena perbedaan dalam mentransliterasikan huruf ش. Jika dalam bahasa Inggris, huruf ش ditransliterasikan menjadi "shaa". Sedangkan di dalam bahasa Indonesia huruf ش ditransliterasikan menjadi "syaa". Adapun dalam bahasa Indonesia "shaa" sudah menjadi transliterasi dari huruf ص .

Dari penjelasan tersebut, Insya Allah atau Insha Allah, keduanya tetap bisa digunakan selama diucapkan sesuai aslinya dalam bahasa Arab sehingga tidak mengubah arti. Namun jika berdasarkan kaidah transliterasi Arab-Indonesia yang sudah disepakati para ahli bahasa, maka yang benar dalam penulisan bahasa Indonesia adalah Insya Allah.

4 dari 5 halaman

Bentuk Baku

Meski sudah diketahui bahwa transliterasi ke bahasa Indonesia yang lebih tepat adalah Insya Allah, masih menyisakan masalah lagi. Selama ini, ungkapan seperti itu ditulis terpisah menjadi "Insya Allah". Namun jika dikaji lebih dalam lagi, ungkapan tersebut terdiri atas tiga kata, yaitu in 'jika', syaa 'menghendaki', dan -illah 'Allah', bukan dua unsur insya dan Allah.

Oleh karena itu, penulisannya digabung menjadi insyaallah, yang berarti 'jika Allah menghendaki'. Berdasarkan lema yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V, tidak terdapat kata Insha Allah, yang ada adalah insyaallah ditulis serangkai. Dengan kata lain, Insya Allah atau Insha Allah, tidak ada yang benar di antara keduanya menurut kaidah Bahasa Indonesia.

5 dari 5 halaman

Pentingnya Mengucapkan Insyaallah

Ucapan insyaallah mengandung makna yang mendalam agar ketika berjanji atau mengucapkan sesuatu tidak mendahului kehendak Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah mendapat teguran dari Allah SWT karena lupa mengucapkan insyaallah.

Suatu ketika, kaum Quraisy meminta saran dari seorang pendeta Yahudi di Yatsrib. Kaum Quraisy ingin mengetahui ilmu yang sekiranya bisa digunakan untuk mendebat Nabi Muhammad SAW. Pendeta Yahudi tersebut kemudian memberikan saran kepada kaum Quraisy untuk menanyakan beberapa hal kepada Nabi Muhammad SAW.

Pendeta Yahudi tersebut mengatakan, "Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq (timur) dan Maghrib (barat) dan apa yang terjadi atas dirinya. Ketiga, tanyakan kepadanya tentang roh."

Kaum Quraisy pun menemui Nabi Muhammad SAW di dekat Ka'bah, dan menanyakan tiga persoalan itu.

"Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok," kata Rasulullah SAW mengucapkan insyaallah.

Hingga keesokan harinya, Nabi Muhammad SAW tidak menerima wahyu dari Allah SWT mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Rasul SAW terus menanti, tetapi Jibril tak kunjung datang.

Maka, kaum musyrikin Makkah mulai mencemooh. Rasulullah sangat berduka dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Akhirnya, datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu surah al-Kafhi ayat 23-24 yang artinya,

"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi', kecuali (dengan menyebut): 'Insya Allah.'"

Baru setelah itu, Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang menjadi jawaban atas tiga persoalan yang ditanyakan kaum Quraisy sebelumnya.