Sukses

Dispepsia Adalah Penyakit Nyeri Ulu Hati, Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Dispepsia adalah penyakit saluran pencernaan atas yang gejala utamanya timbul nyeri di ulu hati.

Liputan6.com, Jakarta - Dispepsia adalah penyakit saluran pencernaan atas yang gejala utamanya timbul nyeri di ulu hati. Nyeri tersebut sering muncul setelah makan atau pada malam hari. Selain nyeri, dispepsia juga bisa disertai dengan rasa kembung, mual, dan mulas.

Dispepsia adalah sindrom penyakit yang kejadiannya paling sering disebabkan oleh ketidakteraturan makan dan kebiasaan makan yang iritatif. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan pola makan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko terkena dispepsia.

Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI Tahun 2015, ditemukan bahwa kasus dispepsia di kota-kota besar Indonesia relatif tinggi. Angka kejadian dispepsia di Surabaya mencapai 31.2 persen, Denpasar 46 persen, Jakarta 50 persen, Bandung 32.5 persen, Palembang 35.5 persen, Pontianak 31.2 persen, Medan 9.6 persen, dan termasuk Aceh mencapai 31.7 persen. Angka dari kasus-kasus tersebut diperkirakan dapat mengalami kenaikan di setiap tahunnya.

Dispepsia adalah penyakit tidak menular yang jika tidak ditangani dengan baik bisa meningkatkan risiko kematian. Gejala yang terus berlanjut atau dispepsia yang tidak diobati dengan baik pasti akan memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang dispepsia, penyabab, gejala, dan cara mengobatinya, Rabu (29/3/2023).

2 dari 3 halaman

Penyakit Nyeri Ulu Hati Mirip Maag

Dispepsia adalah penyakit pada saluran pencernaan bagian atas yang sering disamakan dengan penyakit maag oleh masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya dispepsia adalah sindrom yang ditandai dengan munculnya gejala nyeri atau tidak nyaman pada bagian atas atau ulu hati, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Gejalanya

Gejala utama dari dispepsia adalah munculnya rasa tidak nyaman atau nyeri pada bagian atas atau ulu hati. Gejala ini dapat berupa kembung, perut terasa penuh, mual, muntah, dan perut kembung. Gejala dispepsia adalah bisa terjadi secara periodik dan biasanya akan bertambah parah setelah makan atau minum.

Dalam penelitian berjudul Evaluation and Management of Dyspepsia (2010) oleh R. Christopher Harmon, dijelaskan bahwa dokter umumnya akan mendiagnosa gejala dispesia dari hal-hal berikut ini:

  1. Seseorang yang mengalami dispepsia pasti akan mengalami nyeri yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
  2. Mereka akan mengalami sensasi terbakar di saluran pencernaan.
  3. Seseorang yang mengalami sindrom dispepsia umumnya akan merasa terlalu kenyang setelah makan.
  4. Mereka pun akan merasa kenyang terlalu cepat saat makan.

Penyebabnya

Dalam jurnal heath sains berjudul Definisi, Penyebab, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia (2021) oleh Wildani Zakiyah, dkk, mengutip dari penelitian Sorongan yang dilakukan tahun 2013 ditemukan bahwa timbulnya penyakit dispepsia adalah dipengaruhi oleh faktor diet maupun lingkungan, seperti pengeluaran cairan pada asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi visceral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori.

Selain itu, dispepsia adalah penyakit yang juga bisa disebabkan oleh kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, begah, dan nyeri pada epigastrium.

Dispepsia adalah penyakit yang kejadiannya paling sering disebabkan oleh ketidakteraturan makan dan kebiasaan makan yang iritatif. Makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, makan makanan pedas atau asam, serta minum kopi atau minuman beralkohol juga dapat menyebabkan dispepsia. Terlalu banyak makan juga bisa menyebabkan perut kembung dan kembung, serta sulit dicerna oleh saluran pencernaan.

Jika tidak ditangani dengan serius, dispepsia dapat meningkatkan risiko kematian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proporsi kematian akibat gangguan makan semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dispepsia dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang serupa. Pemeriksaan dan pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Masih melalui sumber jurnal yang sama, mengutip dari penelitian Octaviana & Anam pada tahun 2018, diprediksi olehnya apabila dispepsia tidak ditangani dengan serius maka proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti dispepsia akan terus meningkat menjadi 73% dan proporsi kesakitan menjadi 60% di dunia.

3 dari 3 halaman

Cara Mengobati Dispepsia

Cara mengobati dispepsia bisa disesuaikan dengan gejalanya, ringan atau berat. Medical News Today menjelaskan cara mengobati dispepsia bisa dilakukan dengan perubahan gaya hidup, pengobatan atau konsumsi obat, dan melakukan konseling.

Pengobatan untuk Gejala Ringan

Cara mengobati dispepsia gejala ringan dan jarang terjadi, perubahan gaya hidup dapat membantu, seperti:

  1. menghindari atau membatasi makanan pemicu,
  2. minum air putih sebagai pengganti soda,
  3. membatasi asupan kafein dan alkohol,
  4. serta makan makanan kecil lebih sering dan perlahan,
  5. mempertahankan berat badan sedang,
  6. menghindari pakaian ketat,
  7. menunggu 3 jam atau lebih sebelum tidur, serta
  8. menaikkan kepala tempat tidur.

Pengobatan untuk Gejala Parah

Cara mengobati dispepsia dengan gejala dispepsia parah atau sering terjadi, dokter biasanya akan merekomendasikan pengobatan yang sesuai dan membicarakan kemungkinan efek samping dengan pasien.

Pilihan obat dan perawatan tergantung pada penyebab dispepsia, termasuk antasida, antagonis reseptor H-2, penghambat pompa proton, prokinetik, antibiotik, antidepresan, atau konseling. Jika obat tampaknya menjadi pemicu gangguan pencernaan, dokter biasanya akan merekomendasikan penyesuaian dosis atau jenis obat baru.

Pengobatan Lainnya

Selain itu, mengikuti diet sehat dan seimbang, membatasi makanan pedas dan berlemak, serta minum air sebagai pengganti soda, dapat membantu mengelola gangguan pencernaan. Mengonsumsi empat atau lima porsi kecil per hari daripada tiga porsi besar juga dapat membantu.