Sukses

Ilmuwan Masak Bakso Pakai DNA Gajah Mammoth 4.000 Tahun, Rasanya Unik

Para pencipta dan koki bakso gajah mammoth ungkap rasa kuliner unik.

Liputan6.com, Jakarta Bakso lahir dari negeri Tirai Bambu ribuan tahun lalu. Namun kini jajanan bakso sudah menjadi salah satu ciri khas kuliner Indonesia. Tak heran jika banyak beredar warung makan bakso yang menjadi kuliner favorit. Makanan yang terbuat dari daging giling ini punya ciri khas berasal dari daging sapi yang dibuat bulat. 

Namun apa jadinya jika bakso dibuat oleh para ilmuwan. Seperti baru-baru ini, ilmuwan asal Australia berhasil menciptakan sekaligus memasak bakso yang terbuat dari DNA gajah purba mammoth atau mamut. Meskipun aneh, praktik budidaya daging ini sudah digeluti sejak lama. Lebih tepatnya, daging ditanam di laboratorium, bukan di peternakan skala besar.

Perusahaan daging budidaya Australia, Vow baru-baru ini meluncurkan bakso raksasa yang terbuat dari kombinasi sel domba, DNA gajah Afrika, dan DNA woolly mammoth yang punah. Woolly Mammoth sendiri merupakan gajah purba berbulu lebat yang sudah punah sejak 4.000 tahun lalu. 

Meski tak ada yang secara khusus memesan bakso daging mammoth, namun rasa penasaran ilmuwan akhirnya membuat mereka berambisi memasak bakso jumbo dari daging mammoth dengan rasa yang eksotis ini. Berikut Liputan6.com merangkum penemuan unik ini melansir dari Mashable, Kamis (30/3/2023).

 

 

2 dari 3 halaman

Rasa Bakso Daging Mammoth Mirip Daging Buaya

Dalam hal ini para ilmuwan berperan sekaligus sebagai juru masak. Tim peneliti Vow menyisipkan gen mammoth tunggal yang disebut mioglobin ke dalam beberapa sel domba. Ini masih meninggalkan beberapa celah dalam urutan DNA mammoth, jadi mereka mengisinya dengan DNA gajah Afrika, ala Jurassic Park.

Mioglobin itu sendiri yang memberi aroma, warna, dan rasa pada bakso. Ternyata, baunya seperti daging buaya. Namun bakso daging mammoth ini belum bisa dikonsumsi. 

“Proteinnya benar-benar berusia 4.000 tahun. Kami belum melihatnya dalam waktu yang sangat lama. Itu berarti kami ingin mengujinya dengan ketat, sesuatu yang akan kami lakukan dengan produk apa pun yang kami bawa ke pasar, ” kata Noakesmith.

3 dari 3 halaman

Daging Buatan Jadi Solusi Kekurangan Kebutuhan Protein

Sedikitnya, konsumsi daging global diproyeksikan meningkat lebih dari 70 persen pada tahun 2050. Hal tersebut menimbulkan kewaspadaan para industri peternakan yang khawatir tak bisa memenuhi permintaan daging. Hingga belakangan tengah gencar daging yang dibudidayakan, alias daging yang ditanam di laboratorium, bukan di peternakan skala besar.

Diresmikan di NEMO Science Museum di Amsterdam, Belanda, bakso raksasa dibuat untuk membangkitkan diskusi publik tentang kelayakan daging budidaya sebagai alternatif yang berkelanjutan.  

Berbicara kepada Reuters, salah satu pendiri Vow, Tim Noakesmith, mengatakan perusahaan ingin menciptakan sesuatu yang sangat berbeda dari apa pun yang bisa Anda dapatkan sekarang. Namun yang jadi pertanyaannya ialah mengapa para ilmuwan memilih daging mammoth.

Menurut Noakesmith, ini lebih merupakan pesan simbolis, karena kematian mammoth berbulu (kepunahan total) yang disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim.

“Kita menghadapi nasib yang sama jika kita tidak melakukan hal yang berbeda,” tambahnya.