Liputan6.com, Jakarta - Food gathering adalah kegiatan mengumpulkan dan berburu makanan yang dilakukan oleh manusia purba praaksara zaman paleolitikum dan mesolitikum. Mereka belum mengenal teknologi dan hanya mengandalkan alat sederhana seperti batu, kayu, tulang, dan jebakan.
Baca Juga
Advertisement
Kehidupan mereka dilakukan secara nomaden, bertahan hidup dengan food gathering adalah mereka memutuskan hidup di tempat yang menyediakan cukup makanan dan air. Apabila sumber makanan di tempat itu sudah habis, mereka akan mencari tempat baru untuk bertahan hidup dengan food gathering.
Saat hidup dengan food gathering, manusia purba hanya mengenal satu cara memasak, yakni dengan cara dibakar. Mereka akan berburu dan mengumpulkan makanan dari lingkungan sekitar seperti hewan, tumbuhan, dan buah-buahan. Kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh alam dan cuaca di sekitar tempat tinggal.
Food gathering adalah masa sebelum manusia mengenal food producing, yang artinya manusia purba zaman neolitikum mulai bertahan hidup dengan memproduksi makanan dengan beternak dan bercocok tanam. Hal ini menandai perubahan besar dalam cara hidup manusia dan berkembang menjadi masyarakat yang lebih kompleks dan maju.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang food gathering, Jumat (31/3/2023).
Hidup dengan Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Food gathering atau kegiatan mengumpulkan dan berburu makanan adalah salah satu corak kehidupan manusia purba yang menjadi cikal bakal kehidupan manusia modern saat ini. Kegiatan ini dilakukan manusia praaksara untuk memperoleh makanan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemdikbud menjelaskan food gathering adalah masa di mana manusia purba mempertahankan hidupnya dengan cara berburu dan mengumpulan makanan.
Zaman Paleolitikum dan Mesolitikum
Food gathering adalah kegiatan yang dilakukan manusia purba pada zaman paleolitikum dan mesolitikum dalam memperoleh makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ini merupakan salah satu corak kehidupan manusia praaksara yang bergantung pada alam di sekitarnya.
Dalam buku berjudul Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia oleh Dra. Veni Rosfenti, M.Pd, masyarakat food gathering hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dan masyarakat sangat bergantung dengan alam.
Dilakukan oleh Laki-Laki
Pada umumnya, kegiatan food gathering adalah dilakukan oleh manusia purba laki-laki. Hal ini karena para laki-laki memiliki kekuatan fisik yang lebih mumpuni untuk melakukan kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan. Sementara itu, tugas para perempuan adalah menjaga tempat tinggal (gua-gua) dan anaknya.
Kegiatan food gathering adalah bagian dari kehidupan manusia purba yang bergantung pada alam di sekitarnya. Manusia purba mengumpulkan dan memproduksi makanan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, seperti hasil buruan, ikan, buah-buahan, dan umbi-umbian.
Kegiatan food gathering umumnya dilakukan oleh manusia purba yang hidup secara nomaden, mereka hidup berpindah-pindah tempat mencari makanan. Manusia purba akan memutuskan untuk hidup di tempat yang menyediakan cukup makanan dan air. Namun, jika sumber makanan habis, maka mereka akan mencari tempat baru untuk tinggal dan mencari makanan.
Pakai Alat Sederhana
Masih mengutip dari sumber buku yang sama, masa berburu dan meramu seperti food gathering adalah diperkirakan terjadi pada zaman batu tua atau Paleolitikum, di mana perkakas masih terbuat dari batu yang utuh dan belum dimodifikasi.
Salah satu ciri dari kegiatan food gathering adalah penggunaan alat-alat sederhana. Manusia purba hanya menggunakan alat-alat yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, tulang, batu, jebakan, tombak, dan sebagainya. Teknologi modern yang kita kenal saat ini belum ada pada masa prasejarah.
Advertisement
Cara Memasaknya Hanya Dibakar
Food gathering adalah masa di mana manusia purba hanya mengenal satu cara memasak. Dalam buku berjudul Modul Pembelajaran SMA Sejarah oleh Irma Samrotul Fuadah, cara memasak food gathering adalah dengan dibakar, dan kegiatan ini menjadi cikal bakal dari kehidupan manusia modern saat ini.
Manusia purba yang tinggal di sekitar pantai akan berburu ikan hingga kerang, sedangkan yang tinggal di sekitar hutan akan berburu tumbuhan hingga hewan hutan. Kegiatan food gathering adalah bagian dari corak kehidupan manusia praaksara yang sangat bergantung pada alam di sekitarnya.
Belum Mengenal Pembagian Kerja
Dijelaskan lebih mendalam, pada masa food gathering, belum ada pembagian kerja dan stratifikasi sosial seperti yang terjadi pada masa sekarang. Kehidupan sosial manusia purba pada masa itu masih sangat sederhana dan lebih mengutamakan kebersamaan dalam mencari makanan. Mereka hidup dalam kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dalam mencari makanan.
Manusia yang masih mempraktikkan food gathering pada masa itu juga masih memiliki tiga kepercayaan, yakni animisme, dinamisme, dan totemisme. Mereka percaya bahwa segala sesuatu yang ada di alam memiliki roh yang harus dihormati dan dijaga. Kegiatan upacara tradisi penguburan mayat juga menjadi bagian dari kehidupan sosial manusia purba yang masih mempraktikkan food gathering.
Peralihan Food Gathering ke Food Producing
Masa food gathering adalah masa sebelum manusia mengenal food producing, yang artinya manusia purba zaman neolitikum mulai bertahan hidup dengan memproduksi makanan dengan beternak dan bercocok tanam.
Dalam buku berjudul IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) oleh Nana Supriatna dkk, di masa food producing manusia purba dinilai selangkah lebih maju karena mulai mempelajari cara bercocok tanam.
Pada masa ini, manusia purba juga tidak lagi hanya hidup berpindah-pindah tetapi menjadi semi-nomaden, mengikuti musim untuk bercocok tanam dan beternak. Meskipun begitu, kegiatan food gathering tetap dilakukan untuk memperoleh sumber makanan tambahan.