Liputan6.com, Jakarta - Lafal adalah cara seseorang mengucapkan bunyi dalam bahasa. Setiap kata atau kalimat dalam bahasa memiliki lafal yang khas yang memengaruhi artinya. Misalnya, dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab, lafal yang berbeda dapat menghasilkan arti kata yang berbeda.
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI menegaskan hal yang serupa. Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.
Bunyi bahasa seperti lafal adalah dapat memengaruhi pemahaman dan kejelasan komunikasi. Misalnya, dalam beberapa bahasa, penekanan pada suku kata atau aksen dalam lafal dapat mengubah makna kata atau kalimat sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang lafal dan contohnya, Jumat (7/4/2023).
Ini Bunyi Bahasa
Lafal adalah suatu konsep penting dalam linguistik yang merujuk pada cara mengucapkan bunyi bahasa. Lafal melibatkan serangkaian gerakan fisik di dalam mulut, lidah, bibir, dan pita suara kita untuk menghasilkan bunyi yang dikenali sebagai kata atau suara bahasa.
Universitas Negeri Gorontalo menjelaskan lafal adalah cara seseorang atau kelompok orang untuk mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Ini mengapa lafal memainkan peran yang sangat penting dalam komunikasi, karena pengucapan yang benar membuatnya mudah dipahami dengan baik oleh lawan bicara.
Setiap bahasa memiliki sistem lafal yang unik, yang mencakup aturan-aturan tentang bagaimana bunyi-bunyi tertentu harus dihasilkan dan diucapkan. Selain itu, beberapa bahasa juga memiliki bunyi-bunyi khusus yang tidak ada dalam bahasa lain, dan bisa menjadi sulit bagi penutur asing untuk menguasainya.
SMP Negeri 2 Penajam Paser Utara menjelaskan bahwa bunyi atau lafal adalah dalam bahasa Indonesia, meliputi vokal, konsonan, diftong, dan gabungan konsonan. Ini seperti pembaca berita yang baik harus bisa mengucapkan kata atau kalimat dengan jelas (sesuai lafalnya).
Selain itu, Pustaka Digital Indonesia juga memaparkan bahwa ada sembilan belas sinonim kata lafal, yakni:
- Ucapan
- Sebutan
- Tuturan
- Ujaran
- Ucap
- Cakap
- Kata
- Tutur
- Ujar
- Lafaz
- Perkataan
- Bunyi
- Pertuturan
- Fonetik
- Intonasi
- Lisan
- Nada
- Suara
- Vokal
Penting untuk diingat bahwa lafal adalah bisa mempengaruhi arti suatu kata atau kalimat. Perbedaan lafal dapat menghasilkan makna yang berbeda. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, pengucapan "read" (membaca) dan "red" (merah) memiliki perbedaan dalam lafal meskipun huruf-huruf yang digunakan sama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI menegaskan hal yang serupa. Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Pelatihan lafal yang baik dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara seseorang dalam bahasa target, terutama bagi mereka yang belajar bahasa baru.
Advertisement
Contohnya
Ini contoh lafal yang dimaksudkan dan Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:
- La(l)pa: Bunyi awal "l" dalam kata "lapa" diucapkan dengan lidah yang menyentuh langit-langit atas, sementara bibir dan gigi tidak bergerak.
- Pan(t)at: Bunyi tengah "t" dalam kata "pantat" diucapkan dengan lidah yang menekan langit-langit atas dan melepaskannya secara tiba-tiba.
- Ber(a)ta: Bunyi tengah "r" dalam kata "berata" diucapkan dengan ujung lidah yang bergesekan dengan langit-langit atas dan menghasilkan suara "r" yang bergema.
- Ka(i)lu: Bunyi awal "k" dalam kata "kailu" diucapkan dengan lidah yang menyentuh langit-langit atas, sementara bibir dan gigi tidak bergerak.
- Ke(m)ba: Bunyi tengah "m" dalam kata "kemba" diucapkan dengan bibir yang bertemu dan menghasilkan suara "m" yang bersuara.
- Tep(u)kur: Bunyi tengah "p" dalam kata "tepukur" diucapkan dengan bibir yang bertemu dan melepaskan secara tiba-tiba, menghasilkan suara "p" yang bersuara.
- Ber(i)ta: Bunyi awal "b" dalam kata "berita" diucapkan dengan bibir yang bertemu dan menghasilkan suara "b" yang bersuara.
- Ru(j)uk: Bunyi awal "r" dalam kata "rujuk" diucapkan dengan ujung lidah yang bergesekan dengan langit-langit atas dan menghasilkan suara "r" yang bergema.
- Ma(n)ja: Bunyi awal "n" dalam kata "manja" diucapkan dengan ujung lidah yang menekan langit-langit atas dan melepaskannya secara tiba-tiba, menghasilkan suara "n" yang bersuara.
- Su(k)a: Bunyi awal "s" dalam kata "suka" diucapkan dengan lidah yang menjulurkan dan melepaskan udara secara tajam melalui celah antara lidah dan langit-langit atas, menghasilkan suara "s" yang bersuara.
Lanjutannya
- Ter(a)p: Bunyi awal "t" dalam kata "terap" diucapkan dengan ujung lidah yang menekan langit-langit atas dan melepaskannya secara tiba-tiba.
- Le(l)ah: Bunyi awal "l" dalam kata "lelah" diucapkan dengan lidah yang menyentuh langit-langit atas, sementara bibir dan gigi tidak bergerak.
- Mi(n)to: Bunyi awal "m" dalam kata "minto" diucapkan dengan bibir yang bertemu dan menghasilkan suara "m" yang bersuara.
- Ja(k)a: Bunyi awal "j" dalam kata "jaka" diucapkan dengan ujung lidah yang menekan langit-langit atas dan melepaskannya secara tiba-tiba, menghasilkan suara "j" yang bersuara.
- Tu(t)up: Bunyi awal "t" dalam kata "tutup" diucapkan dengan ujung lidah yang menekan langit-langit atas dan melepaskannya secara tiba-tiba.
- Ma(r)i: Bunyi awal "r" dalam kata "mari" diucapkan dengan ujung lidah yang bergesekan dengan langit-langit atas dan menghasilkan suara "r" yang bergema.
- Bo(n)gkar: Bunyi awal "b" dalam kata "bongkar" diucapkan dengan bibir yang bertemu dan menghasilkan suara "b" yang bersuara.
- Ge(l)a: Bunyi awal "g" dalam kata "gela" diucapkan dengan lidah yang menjulurkan dan melepaskan udara secara tajam melalui celah antara lidah dan langit-langit atas, menghasilkan suara "g" yang bersuara.
- Ti(k)am: Bunyi awal "t" dalam kata "tikam" diucapkan dengan lidah yang menyentuh langit-langit atas, sementara bibir dan gigi tidak bergerak.
- Hu(s)ada: Bunyi awal "h" dalam kata "husada" diucapkan dengan suara nafas yang dikeluarkan dengan lembut melalui tenggorokan, menghasilkan suara "h" yang bersuara.
Advertisement