Liputan6.com, Jakarta Sejarah Hari Buruh Internasional berawal dari pergerakan kaum pekerja di Amerika Serikat. Pada 1882 para buruh di Amerika turun ke jalan sembari membawa poster bertuliskan “8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi.” Empat tahun kemudian sekitar 400 ribu buruh di Amerika Serikat berdemonstrasi menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam perhari.
Baca Juga
Advertisement
Unjuk rasa berlangsung dari 1 Mei hingga 4 Mei 1886. Pada 1889 konferensi sosialis yang diselenggarakan di Paris, Prancis menyepakati unjuk rasa yang yang terjadi pada 1886 ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day. Sejarah Hari Buruh ini menjadi tonggak peringatan Hari Buruh yang diperingati di berbagai negara.
Hari Buruh baru diperingati di Indonesia pada 1920, namun sempat tidak diperingati secara masif di masa pemerintahan presiden Soeharto. Pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, May Day ditetapkan sebagai hari libur nasional. Berikut sejarah Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (16/4/2023).
Sejarah Hari Buruh
Hari Buruh Internasional, yang juga dikenal sebagai May Day, diperingati setiap tanggal 1 Mei setiap tahunnya. Hari ini diperingati di seluruh dunia untuk menghormati perjuangan pekerja dalam mendapatkan hak-hak yang adil dan perlindungan kerja yang layak.
Sejarah Hari Buruh Internasional dimulai pada abad ke-19 di Amerika Serikat. Pada waktu itu, kondisi kerja di Amerika Serikat sangat buruk, terutama di sektor industri. Pekerja diharuskan bekerja 16 jam perhari dengan upah yang sangat rendah. Pada pekerja ini juga bekerja tanpa jaminan kesehatan dan keselamatan kerja yang memadai.
Pada tahun 1886, sebuah gerakan pekerja mulai berkembang di Amerika Serikat yang memperjuangkan hak-hak pekerja. Gerakan ini berusaha memperjuangkan jam kerja delapan jam per hari. Pada 1 Mei 1886, ribuan pekerja di seluruh Amerika Serikat melakukan mogok kerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Pada saat itu, ada tiga organisasi pekerja yang mengorganisir protes: Knights of Labor, Federation of Organized Trades and Labor Unions, dan International Workingmen’s Association yang juga dikenal sebagai First International. Dalam beberapa hari, demonstrasi dan mogok kerja menyebar ke seluruh Amerika Serikat, termasuk kota-kota besar seperti Chicago, New York, dan Boston.
Pada tanggal 3 Mei 1886 bentrokan antara polisi dan demonstran meletus di Chicago. Kejadian ini kemudian dikenal sebagai Tragedi Haymarket. Empat orang demonstran dan tujuh polisi tewas dalam bentrokan tersebut. Pasca insiden ini, banyak pekerja dan aktivis hak-hak pekerja yang ditangkap dan dipenjara.
Sejarah Hari Buruh berlanjut pada tahun 1889, sebuah konferensi internasional di Paris diadakan untuk memperingati perjuangan para pekerja dan untuk memperjuangkan hak-hak pekerja. Konferensi tersebut menyerukan peringatan internasional setiap tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.
Sejak saat itu, Hari Buruh Internasional diperingati di seluruh dunia sebagai hari perjuangan para pekerja untuk mendapatkan hak-hak yang adil dan layak di tempat kerja. Selain itu, Hari Buruh Internasional juga menjadi simbol perjuangan untuk kemerdekaan, demokrasi, dan persamaan di seluruh dunia.
Hari Buruh Internasional telah menjadi bagian integral dari gerakan pekerja dan serikat buruh di seluruh dunia, dan menjadi momen penting untuk menghargai dan mengakui perjuangan dan prestasi para pekerja. Pada Hari Buruh Internasional, serikat buruh dan pekerja mengadakan protes, demonstrasi, dan aksi di seluruh dunia untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting di tempat kerja.
Advertisement
Peringatan Hari Buruh di Indonesia
Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day pertama kali dirayakan di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1920, di mana serikat-serikat buruh dan pekerja melakukan aksi demonstrasi dan mogok kerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Sejarah Hari Buruh di Indonesia bermula saat negara ini masih berada di bawah kekuasaan Belanda, dan kondisi kerja para pekerja di sektor perkebunan dan industri sangatlah buruk.
Selama masa penjajahan Belanda, para pekerja dan serikat buruh sering mengalami eksploitasi dan penindasan oleh majikan Belanda. Kondisi kerja yang tidak manusiawi, upah yang rendah, dan tidak adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, membuat para pekerja dan serikat buruh merasa perlu untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Peringatan hari buruh sempat berhenti diperingati secara terbuka saat kepemimpinan Presiden Soeharto karena dinilai identik dengan paham komunis. Letupan protes dari kaum buruh masih ada selama Orde Baru, namun tidak masif. Protesnya yang digaungkan seputar upah layak, cuti haid, dan upah lembur.
Sejarah Hari Buruh di Indonesia kembali menggeliat setelah Orde Baru Runtuh. Pada 1 Mei 200, pekerja Indonesia kembali dapat menggelar aksi untuk memperingati May Day. Seperti telah lama menahan diri, waktu itu para buruh menggelar aksi mogok kerja selama satu minggu. Sejak peringatan Hari Buruh ini, para pekerja Indonesia selalu menggelar aksi pada 1 Mei setiap tahun. Gerakan kaum pekerja ini juga mendapat dukungan dari kaum mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum.
Selain menuntut kesejahteraan, demo yang digelar pada tahun 2000 juga meminta tanggal 1 Mei dijadikan hari libur nasional. Tuntutan tersebut terkabul 13 tahun kemudian. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan pada 29 Juli 2013 bahwa mulai 2014, 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Dalam perkembangan selanjutnya, peringatan Hari Buruh di Indonesia menjadi momen penting untuk memperingati perjuangan para pekerja dalam memperjuangkan hak-hak mereka, dan sering dijadikan ajang untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan para pekerja dan buruh. Peringatan Hari Buruh juga menjadi ajang untuk memperjuangkan isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja, seperti peningkatan upah, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, serta peningkatan perlindungan tenaga kerja.