Sukses

Perbedaan Bacaan Takbir Idul Fitri dan Idul Adha, Dilihat dari Waktu Mengumandangkannya

Perbedaan bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha terletak pada saat mengumandangkan.

Liputan6.com, Jakarta Perbedaan bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha perlu diketahui oleh umat Islam. Bacaan takbir adalah salah satu bacaan yang kerap dikumandangkan pada hari besar seperti perayaan Idul Fitri maupun Idul Adha.

Pada pelaksanaannya, bacaan takbir biasanya dilakukan dengan melakukan pawai di jalanan, kadang-kadang sambil membawa beduk, obor, dan lampion. Bahkan hal ini menjadi tradisi yang dinantikan setiap tahunnya.

Ternyata bacaan takbir pada Idul Fitri dan Idul Adha memiliki perbedaan. Perbedaan bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha terletak pada saat mengumandangkan. Dengan mengetahui perbedaan bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha, para umat Muslim tidak salah dalam pelaksanaannya.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai perbedaan bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (13/4/2023).

2 dari 4 halaman

Perbedaan Bacaan Takbir Idul Fitri dan Idul Adha

Dikutip dari NU Online, perbedaan bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha dijelaskan oleh Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'I dalam Fathul Qarib al-Mujib, bahwa takbir dalam id terbagi menjadi dua macam, yaitu takbir mursal dan takbir muqayyad. Takbir mursal adalah takbir yang waktunya tidak mengacu pada waktu shalat, atau tidak harus dibaca oleh seseorang setiap usai menjalankan ibadah shalat, baik fardlu maupun sunah. Takbir mursal ini sunah dilakukan setiap waktu, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Baik lelaki maupun perempuan sama-sama dianjurkan melantunkan takbir, baik saat di rumah, bepergian, di jalan, masjid, pasar, dan seterusnya. Waktu melaksanakan takbir mursal dimulai dari terbenamnya matahari malam Id hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat Id, meliputi Idul Fitri maupun Idul Adha.

Sedangkan takbir muqayyad merupakan takbir yang pelaksanaannya memiliki waktu khusus, yaitu mengiringi shalat, dibaca setelah melaksanakan shalat, baik fardhu maupun sunnah. Waktu pembacaannya adalah setelah shalat shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ashar akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah).

Dengan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa takbir pada malam hari raya Idul Fitri dinamakan takbir mursal. Sedangkan takbir yang dilantunkan pada hari raya Idul Adha disebut takbir muqayyad. Takbir Idul Adha disebut dengan takbir muqayyad, karena jika mengacu bahwa takbir itu dilaksanakan usai salat dalam rentang waktu lima hari tersebut.

Sedangkan jika dilihat bahwa takbir itu dilaksanakan pada malam hari raya Id, takbir malam Iduladha ini juga termasuk takbir mursal. Artinya, takbir pada Iduladha menyandang dua istilah, mursal dan muqayyad.

3 dari 4 halaman

Bacaan Takbir Idul Fitri Arab, Latin dan Artinya

Berikut ini bacaan takbir Idul Fitri dalam bahasa Arab yang Pendek:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Arab Latin: Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya.”

Setelah membaca bacaan takbir Idul Fitri tersebut, anda bisa melanjutkannya dengan bacaan dzikir takbir Idul Fitri berikut ini:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Arab Latin: Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.

Artinya: “Allah Maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar.”

4 dari 4 halaman

Perintah untuk Mengumandangkan Takbir pada Hari Raya Idul Fitri

Perintah untuk mengumandangkan takbir pada Hari Raya Idul Fitri tertuang dalam hadis berikut ini:

“Barang siapa yang menghidupkan malam hari raya, Allah akan menghidupkan hatinya di saat hati-hati orang sedang mengalami kematian.” (Lihat: Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri, [Thaha Putra], halaman: 227)

Sedangkan untuk hukum mengumandangkan pada Hari Raya Idul Fitri adalah sunnah. Sunnah takbiran ini ditujukan untuk semua umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, mukim ataupun musafir, sedang berada di rumah, masjid, ataupun di pasar.

Muhammad bin Qasim Al-Ghazi mengatakan:

“Disunnahkan takbir bagi laki-laki dan perempuan, musafir dan mukim, baik yang sedang di rumah, jalan, masjid, ataupun pasar. Dimulai dari terbenam matahari pada malam hari raya berlanjut sampai shalat Idul Fithri. Tidak disunahkan takbir setelah salat Idulfitri atau pada malamnya, akan tetapi menurut An-Nawawi di dalam Al-Azkar hal ini tetap disunahkan.”

Selain itu, ada anjuran pembacaan takbir pada Hari Raya Idul Fitri yang berlandaskan pada surat al-Baqarah ayat 185:

"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."