Liputan6.com, Jakarta Sunan Ampel lahir di Campa, Kamboja pada sekitar tahun 1401 M. Sunan Ampel adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Tak hanya dikenal sebagai pendakwah, Sunan Ampel juga dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur.
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, namun dalam Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong, nama Sunan Ampel ditulis sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng. Haji Bong Tak Keng adalah seorang Tionghoa dari suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi.
Advertisement
Baca Juga
Nama Sunan Ampel berasal dari daerah tempat ia berdakwah, berikut ulasan Liputan6.com tentang nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat yang dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (14/4/2023).
Silsilah Keluarga Sunan Ampel
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmad atau Ahmad Rahmatullah. Sunan Ampel berasal dari keluarga bangsawan. Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim atau Malik Maghribi atau yang dikenal Sunan Gresik. Ibu Sunan Ampel adalah seorang putri dari Raja Champa Dinasti Azmatkhan I atau Ali Nurul Alam Maulana Israil yang bernama Siti Fathimah.Â
Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong mencatat Sunan Ampel alias Bong Swi Hoo adalah cucu dari Haji Bong Tak Keng. Haji Bong Tak Keng merupakan kakek dari pihak ibu yang merupakan seorang Tionghoa dari suku Hui dan beragama Islam mazhab Hanafi. Haji Bong Tak Keng ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di Champa oleh Sam Po Bo. Dengan kata lain, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari pihak ibu.Â
Sedangkan dari pihak ayah, leluhurnya adalah keturunan langsung dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Artinya, sunan ampel mereka termasuk keluarga besar Saadah Ba’Alawi. Sunan Ampel atau Raden Rahmat keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah nasab Sunan Ampel,
- Nabi Muhammad SAW
- Fatimah dan Ali
- Husein
- Ali Zainal Abidin
- Muhammad Al-Baqir
- Ja'far Ash-Shadiq
- Ali Al-Uraidhi
- Muhammmad An-Naqib
- Isa Ar-Rumi
- Ahmad Al-Muhajir
- Ubaidillah
- Alwi Al-Awwal
- Muhammad Shahibus Shaumah
- Alwi Ats-Tsani
- Ali Khali' Qasam
- Muhammad Shahib Mirbath
- Alwi Ammil Faqih
- Abdul Malik
- Abdullah Azmatkhan
- Ahmad Syah Jalaluddin
- Jamaluddin Al-Husaini
- Ibrahim As-Samaraqandi
- Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel
Sunan Ampel meninggal sekitar tahun 1467 Masehi dan dimakamkan di barat Masjid Ampel Surabaya. Sejak tahun 1972 Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemkot Surabaya dan hingga kini masih ramai didatangi oleh para peziarah.
Advertisement
Keturunan Sunan Ampel
Nama asli sunan Ampel adalah Raden Rahmad. Sunan Ampel memiliki dua orang istri yang bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila dan Dewi Karimah. Sunan Ampel disebut sebagai Bapak Para wali karena banyak dari keturunannya menjadi bagian dari Wali Songo.
- Dari pernikahannya dengan Dewi Condrowati, sunan Ampel memiliki 2 putra dan dan 3 putri, yaitu
- Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang
- Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
- Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
- Siti Muthmainnah
- Siti Hafsah
Sementara dari Dewi Karimah beliau memiliki 4 putra dan 2 putri yang bernama,Â
- Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
- Dewi Asyiqah/ Istri Raden Patah
- Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
- Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
- Pangeran Tumapel / Pangeran Lamongan/ Sayyid Maulana Hamzah, ayah dari Sunan Tembayat.
- Raden Faqih (Sunan Ampel 2)
Wilayah Dakwah Sunan Ampel
Sunan Ampel pertama kali datang pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dyah Dwarawati. Dyah Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi. Sunan Ampel yang datang dengan saudaranya dan sepupunya Ali Musada dan Raden Burereh masuk ke Jawa melalui Tuban, Jawa Timur.
Setelah menetap di Tuban untuk beberapa saat, Sunan Ampel kemudian melanjutkan perjalanan untuk menemui bibinya Dewi Sasmitraputri di Kerajaan Majapahit. Saat itu Kerajaan Majapahit sedang dalam masa-masa suram karena para adipati dan pembesar kerajaan melupakan tugasnya dengan hidup hedon. Kondisi itu membuat Majapahit carut marut dan mendorong Prabu Brawijaya mengundang Sunan Ampel untuk mengatasi masalah-masalah di Kerajaan Majapahit.Â
Sunan Ampel kemudian berdakwah menyebarkan agama Islam di wilayah Kerajaan Majapahit dengan tugas menyadarkan para adipati dan pembesar kerajaan untuk kembali ke jalan yang benar. Untuk mendukung tugas yang diberikan, Sunan Ampel membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah, serta membangun pesantren. Daerah tempat pesantren tersebut dikenal dengan Ampeldenta sehingga nama Raden Rahmat kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Ampel. Sunan Ampel juga berdakwah ke wilayah lain, seperti Madura hingga Bima.
Advertisement
Cara Dakwah Sunan Ampel
Sunan Ampel melakukan dakwah dengan membangun jaringan kekerabatan. Sebagai seorang dengan latar belakang multikultural, Sunan Ampel juga melakukan upaya akulturasi dan asimilasi dari aspek budaya pra-Islam dengan Islam agar lebih mudah diterima masyarakat.Â
Salah satu cara dakwahnya Sunan Ampel yang masih dikenal hingga kini adalah falsafah "Moh Limo". Kata ‘Moh’ dalam bahasa Jawa artinya tidak mau, sedangkan ‘Limo’ berarti lima. Moh Limo menjadi falsafah yang artinya tidak melakukan lima hal tercela. Berikut lima perkara yang diajarkan dalam falsafah Moh Limo.
- Moh Main (tidak mau berjudi)
- Moh Ngombe (tidak mau mabuk)Â
- Moh Maling (tidak mau mencuri)Â
- Moh Madat (tidak mau menghisap candu)
- Moh Madon (tidak mau berzina)