Sukses

Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Al Qur’an dan Hadis yang Patut Diketahui Umat Muslim

Simak pendapat terkait pentingnya menjaga lisan menurut Al-Qur'an dan hadis.

Liputan6.com, Jakarta Pentingnya menjaga lisan ternyata tertuang dalam Al-Qur’an dan hadis. Lisan adalah ucapan yang keluar dari mulut. Pentingnya adab ini sangat perlu untuk diketahui. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah dalam menggunakannya dapat melukai hati orang banyak.

Setiap kalimat yang keluar dari mulut akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Untuk itu, sebaik-baiknya manusia adalah orang yang terampil untuk memperhitungkan dan memperhatikan setiap perkataan yang akan diucapkannya.

Dikutip dari buku Bahaya Lisan (2017) karya Abdullah Gymnastiar, menjelaskan bahwa lisanlah yang amat berpotensi menjerumuskan pada kebinasaan, sekaligus menentukan derajat kemuliaan dan kehormatan seseorang.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai pentingnya menjaga lisan menurut Al-Qur’an dan hadis yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (14/4/2023).

2 dari 4 halaman

1. Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Al-Qur’an

Mengutip dari laman resmi Kemenag, pentingnya menjaga lisan supaya tidak salah dalam menggunakannya, yang mana hal tersebut akan melukai banyak orang. Pentingnya menjaga lisan juga tertuang dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa ayat 144, yang berbunyi,

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS. An-Nisaa'[4]: 114).

Perlu diketahui bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut kita tidak luput dari pendengaran Allah SWT. Bahkan tiada sepatah katapun yang kita ucapkan kecuali akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Untuk itu, Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk. Allah Ta'ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Artinya: "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50]: 18)

Allah Ta'ala menurunkan ayat:

وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلاَ أَبْصَارُكُمْ وَلاَ جُلُودُكُمْ

Artinya: "Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu kepadamu." (QS. Fushshilat [41]: 22)."

3 dari 4 halaman

2. Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Hadis

Selain tertuang dan ditegaskan dalam Al-Quran, pentingnya menjaga lisan juga tertuang dalam hadis. Seperti pada hadis riwayat Al Bukhari yang menjelaskan bahwa keselamatan manusia tergantung pada lisannya. Sebagaimana Rasulullah SAW  bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

Artinya: "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).

Dalam riwayat lain  disebutkan:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."(HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

Artinya: "Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR. Ahmad).

Bahkan dalam hadis juga dijelaskan terkait hukum seseorang yang tidak bisa menjaga lisannya, yakni:

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Artinya: "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988).

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa'id bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Artinya: "Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga".

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.

4 dari 4 halaman

3. Keutamaan Menjaga Lisan

Melansir dari buku Bahaya Lisan (2017) karya Abdullah Gymnastiar, ada beberapa keutamaan menjaga lisan adalah sebagai berikut ini:

a. Dijanjikan surga

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis riwayat Al Bukhari, yakni:

“Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya; yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya; yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga untuknya." (HR. Al-Bukhari).

b. Mendapatkan pahala yang besar

Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa ayat 144, yang berbunyi,

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS. An-Nisaa'[4]: 114).