Liputan6.com, Jakarta - Nilai estetika adalah cara untuk mengukur atau menilai keindahan suatu karya seni. Ada dua macam nilai estetika, yaitu nilai estetika objektif dan nilai estetika subjektif. Nilai estetika adalah berupa nilai indah dan nilai tidak indah.
Nilai estetika objektif merujuk pada nilai yang dapat diukur atau dinilai secara universal tanpa memperhatikan preferensi pribadi. Nilai ini didasarkan pada prinsip-prinsip dan standar yang telah diterima secara umum dalam dunia seni, seperti komposisi, harmoni, proporsi, dan teknik yang digunakan dalam karya seni.
Advertisement
Baca Juga
Contohnya, dalam seni rupa, sebuah lukisan dapat dianggap memiliki nilai estetika objektif yang tinggi jika memenuhi prinsip-prinsip dasar seni yang diterima secara universal.
Sementara itu, nilai estetika subjektif berkaitan dengan preferensi atau pandangan pribadi seseorang terhadap keindahan suatu objek atau karya seni. Setiap individu memiliki preferensi yang unik dan pengalaman pribadi yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap apa yang dianggap indah atau menarik.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang nilai estetika, macam-macam, dan contohnya, Senin (17/4/2023).
Cara Mengukur Keindahan
Nilai estetika adalah konsep atau prinsip yang digunakan untuk menilai atau mengukur keindahan atau keelokan suatu objek atau karya seni. "Nilai" merujuk pada penilaian atau evaluasi yang subjektif terhadap suatu objek, sementara "estetika" merujuk pada ilmu yang mempelajari keindahan, keelokan, atau kesenangan yang diperoleh dari pengalaman estetis.
Dalam buku berjudul Ensiklopedia Pancasila oleh R. Toto Sugiharto, nilai estetika adalah berupa nilai indah dan nilai tidak indah. Pengertian nilai estetika ini merujuk pada arti nilai yaitu, sesuatu yang berharga atau sesuatu yang menentukan kualitas.
Nilai estetika adalah tentang bagaimana suatu objek atau karya seni dianggap indah, menarik, atau memiliki kualitas estetis yang dihargai oleh individu atau masyarakat.
Objek atau karya seni yang dianggap memiliki nilai estetika yang tinggi cenderung dihargai dan dianggap bernilai tinggi dalam dunia seni dan kebudayaan. Sementara itu, objek atau karya seni yang dianggap memiliki nilai estetika rendah mungkin diabaikan atau dianggap kurang bernilai.
Dalam buku berjudul Sejarah dan Peradaban Sungai Musi Palembang (2019) oleh Kabib Sholeh dkk, nilai estetika adalah dapat dilihat dari berbagai karakteristik, seperti bentuk dan warna.
Nilai estetika adalah dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni nilai estetika objektif dan nilai estetika subjektif. Dalam buku berjudul Seni Budaya Kelas XI Semester 1 oleh Sem Cornelyoes Bangun, dkk, perbedaan nilai estetika objektif dan subjektif adalah pada cara menilainya.
Advertisement
1. Nilai Estetika Objektif
Nilai estetika objektif merujuk pada nilai yang dapat diukur atau dinilai secara universal tanpa memperhatikan preferensi pribadi. Menurut Sem Cornelyoes Bangun, dkk, nilai estetika objektif adalah berupa penilaian yang dilakukan berdasarkan kriteria eksekusi seni pada kualitas integratif dalam tatanan formal.
Ini berarti bahwa nilai estetika objektif tidak tergantung pada preferensi individu atau subjektivitas, melainkan berdasarkan pada prinsip-prinsip dan standar estetika yang diakui secara luas oleh masyarakat atau komunitas tertentu.
Nilai estetika objektif dapat ditemukan dalam prinsip-prinsip desain yang diakui secara universal, seperti prinsip keselarasan, keseimbangan, ritme, proporsi, dan harmoni dalam desain arsitektur, interior, atau desain produk. Prinsip-prinsip ini dapat diukur dan dinilai berdasarkan aturan atau standar estetika yang telah diakui oleh banyak ahli dan profesional di bidang desain.
Ini contoh nilai esetika objektif yang dimaksudkan:
- Contoh nilai estetika objektif dalam arsitektur adalah pada penggunaan prinsip-prinsip desain seperti simetri, proporsi, dan harmoni dapat dianggap sebagai nilai estetika objektif. Sebagai contoh, Taj Mahal di India dikenal sebagai contoh arsitektur yang memiliki nilai estetika objektif tinggi karena penggunaan simetri yang sangat baik dan harmoni dalam desainnya.
- Contoh nilai estetika objektif dalam dunia fotografi adalah dapat ditemukan dalam penggunaan prinsip-prinsip komposisi seperti rule of thirds, leading lines, dan depth of field. Foto yang diambil dengan komposisi yang seimbang, detail yang jelas, dan penggunaan cahaya yang baik dapat dianggap memiliki nilai estetika objektif yang tinggi.
- Contoh nilai estetika objektif dalam dunia musik adalah dapat ditemukan dalam komposisi musik, penggunaan instrumen, dan teknik vokal. Musik yang diaransemen dengan baik, instrumen yang dimainkan dengan teknik yang baik, dan vokal yang harmonis dapat dianggap memiliki nilai estetika objektif yang tinggi.
2. Nilai Estetika Subjektif
Nilai estetika subjektif berkaitan dengan preferensi atau pandangan pribadi seseorang terhadap keindahan. Nilai ini bersifat relatif dan dapat berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Menurut Sem Cornelyoes Bangun, dkk, nilai estetika objektif adalah berupa penilaian yang dilandasi dari pengalaman ketika mengamati sebuah karya seni.
Setiap individu memiliki preferensi yang unik, pengalaman pribadi, dan latar belakang budaya yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap apa yang dianggap indah atau menarik. Oleh karena itu, nilai estetika subjektif bersifat relatif dan dapat bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya.
Ini contoh nilai esetika subjektif yang dimaksudkan:
- Contoh nilai estetika subjektif dalam musik adalah pada preferensi terhadap genre musik tertentu, seperti klasik, jazz, atau rock, dapat berbeda-beda antara individu. Misalnya, seseorang lebih menyukai musik klasik karena merasa terpesona oleh keindahan dan kompleksitas komposisinya, sementara orang lain lagi mungkin lebih menyukai musik rock karena merasa terhubung emosional dengannya.
- Contoh nilai estetika subjektif dalam dunia desain adalah seseorang mungkin memiliki preferensi subjektif terhadap warna tertentu dalam desain interior, misalnya warna biru muda untuk dinding, karena mereka merasa warna tersebut memberikan kesan yang menenangkan dan menenangkan. Namun, individu lain mungkin lebih suka warna merah cerah karena mereka merasa warna tersebut memberikan energi dan semangat.
- Contoh nilai estetika subjektif dalam dunia fashion adalah setiap individu memiliki gaya fashion yang unik dan berbeda sesuai dengan preferensi subjektif mereka. Seorang individu mungkin merasa nyaman dan menarik dengan pakaian yang bergaya kasual dan santai, sementara individu lain mungkin lebih menyukai pakaian formal dan berkelas.