Liputan6.com, Jakarta Undangan yasinan dan tahlilan adalah surat tertulis yang diberikan untuk mengundang tetangga, sanak saudara, maupun masyarakat umum untuk menghadiri acara yasinan dan tahlilan. Acara ini merupakan bentuk akulturasi budaya masyarakat Nusantara dan agama Islam.
Yasinan berasal dari kata yasin, salah satu surat dalam Al-Quran. Sedangkan tahlilan merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat Alquran dan zikir-zikir dengan maksud menghadiahkan pahala bacaannya kepada orang yang telah meninggal. Dengan begitu undangan yasinan dan tahlilan bertujuan untutuk mengajak orang lain membacakan ayat-ayat suci Al-Quran untuk mendoakan seorang muslim yang telah meninggal.
Tradisi yasinan dan tahlilan memang merupakan budaya muslim nusantara. Beberapa beranggapan bahwa tradisi ini tidak ada dalam ajaran Islam, namun beberapa orang berpendapat bahwa sah-sah saja menggelar acara yasinan dan tahlilan bagi orang yang telah meninggal. Berikut contoh undangan yasinan dan tahlilan yang Liputan6.com kumpulkan dari berbagai sumber, Rabu (19/04/2023).
Advertisement
Contoh Undangan Yasinan dan Tahlilan
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, dan semoga kita selalu dalam keadaan sehat walafiat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan memohon rahmat dan Ridho Allah SWT, kami sekeluarga bermaksud mengundang Bapak/Saudara dalam acara yasinan dan tahlilan untuk mengenang 7 hari wafatnya Suami/Ayah kami tercinta yang insyaAllah akan dilaksanakan pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 14 April 2023
Pukul : 19.30 WIB (Ba’da Isya)
Tempat : Kediaman kami
Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatian, keringanan dan keikhlasan Langkah Bapak/Saudara untuk memenuhi undangan ini, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Contoh Undangan Lain
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT dan Sholawat serta Salam senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan mengharap rahmat dan ridho Allah SAW, kami mengharap kehadiran Bapak/ Saudara besok pada :
Hari : Senin
Tanggal : 24 April 2023
Waktu : Pukul 19.30 WIB (Ba’da Isya)
Tempat : Rumah Bpk Parman Pawiro
Acara : Yasinan dan Tahlilan 100 hari wafatnya alm. Ibu Juminten
Demikian undangan ini kami sampaikan dan atas kehadiran Bapak/ Saudara kami ucapkan terima ksih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat kami,
Keluarga
Advertisement
Sejarah Tradisi Yasinan dan Tahlilan
Salah satu cara Islam masuk ke Indonesia adalah melalui pertukaran budaya. Hal ini mendorong terjadinya akulturasi budaya yang memadukan antara budaya yang terlebih dulu ada di masyarakat nusantara dan budaya Islam yang baru datang. Yasinan dan tahlilan merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya tersebut.
Sebelum Islam datang, masyarakat nusantara memiliki tradisi mendoakan arwah orang yang sudah meninggal dengan merapal mantra. Setelah Islam masuk ke Nusantara, tradisi ini bergeser menjadi yasinan dan tahlilan. Mantra yang dirapal sebagai syarat mendoakan leluhur yang telah meninggal berganti dengan ayat-ayat suci Al-Quran dan surat Yasin.
Penamaan Yasinan dan Tahlilan
Yasinan berasal dari nama salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang memang dianjurkan untuk dibaca untuk mendoakan muslim yang telah meninggal. Surat Yasin dipilih karena sebagian ulama mengatakan bahwa membacakan surat Yasin untuk orang yang sudah meninggal menjadi salah satu upaya memohon agar rahmat dan berkah diturunkan bagi orang yang meninggal.
Surat Yasin juga dipercaya dapat menjadi sebagai mayit agar mendapat ampunan dan keringanan siksa kubur. Hadits anjuran membacakan surat Yasin untuk orang meninggal salah satunya diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
عَنْ مَعْقِل بْنِ يَسَار قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اقرؤوها عَلَى مَوْتَاكُمْ" -يَعْنِي: يس
Artinya: Dari Ma'qal ibnu Yasar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bacakanlah ia untuk orang-orang mati kalian. Yakni surat Yasin tersebut.
Tahlilan berasal dari kata “tahlil” yang kemudian ditambah dengan akhiran “an”. Tahlil merupakan isim mashdar dari kata “hallala, yuhallilu, tahlil” yang berarti mengucapkan kalimat la ilaha illallah. Tahlilan mengalami pergeseran makna dari makna asli kata dasarnya.
Kata tahlilan tidak lagi hanya bermakna mengucapkan kalimat la ilaha illallah, melainkan nama sebuah ritual di mana di dalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, kalimat-kalimat thayyibah lainnya, serta do’a untuk orang yang telah meninggal. Dengan kata lain, tahlilan adalah sebuah bacaan yang komposisinya terdiri dari beberapa ayat al-Qur’an, shalawat, tahlil, tasbih dan tahmid, yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal, dengan prosesi bacaan yang lebih sering dilakukan secara kolektif (berjamaah), terutama dalam hari-hari tertentu setelah kematian seorang muslim. Tradisi ini diberi nama tahlilan, karena porsi kalimat la ilaha illallah dibaca lebih banyak dari pada bacaan-bacaan yang lain.
Advertisement