Sukses

Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah Liberty Manik, Ini Profilnya

Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah seorang berdarah Batak yang banyak mendapat pengaruh musik dari Gereja Misionaris Jerman.

Liputan6.com, Jakarta Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah Liberty Manik atau lebih dikenal dengan nama L Manik. Lagu yang terinspirasi dari semangat Sumpah Pemuda ini dirilis pada  1947. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa menjadi ajakan bagi bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga dan membela identitas bangsa Indonesia.

Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah seorang berdarah Batak yang banyak mendapat pengaruh musik dari Gereja Misionaris Jerman. Nama Liberty Manik tercatat dalam buku sejarah Indonesia sebagai komponis dan pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang banyak dimainkan di acara-acara kenegaraan.

Liberty Manik menjadi orang Indonesia pertama yang meraih gelar Doktor musik . Berikut ulasan tentang pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah Pengajar di Institut Seni Yogyakarta yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (20/4/2023).

2 dari 3 halaman

Profil Liberty Manik

Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah Liberty Manik yang merupakan putra daerah Kabupaten Dairi, Sumatera Utara yang lahir pada 21 November 1924 di Desa Huta Manik, Kecamatan Sumbul Pegagan. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa sendiri sudah akrab di telinga rakyat Indonesia karena liriknya sederhana, tetapi mengandung arti nasionalisme yang mendalam.

Liberty Manik memiliki tiga saudara perempuan kandung, yaitu Sukut Manik, Jamu Manik, dan Harap. Ayahnya bernama Patiham Manik dan Ibunya bernama Solat Situmorang. Liberty Manik lahir dari keluarga yang berstatus sosial baik. Patiham Manik menjabat sebagai Kepala Kampung Huta Manik. 

Sesudah menyelesaikan pendidikannya di HIS Sidikalang pada 1940, Liberty melanjutkan sekolah ke Pulau Jawa. Setelah lulus seleksi masuk HIK Muntilan, ia berangkat ke Jawa menggunakan kapal laut yang kemudian bertemu dengan Cornel Simanjuntak atau yang lebih dikenal C Simanjuntak.

Cornel Simanjuntak telah belajar satu tahun lebih dulu di HIK Muntilan. HIK Xaverius College Muntilan merupakan sekolah pendidikan guru yang menempatkan musik sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler dan pokok kegiatan pembelajaran siswa. Kedatangan Jepang ke Indonesia pada 1942 menyebabkan sekolah HIK Muntilan terpaksa ditutup karena guru-guru yang berkebangsaan Belanda harus pulang untuk menghindari ancaman Jepang. 

Hal tersebut menyebabkan siswa-siswa tidak bisa melanjutkan sekolah dan tidak bisa pulang kampung apalagi bagi siswa-siswa perantau.  Liberty Manik kemudian bekerja sebagai penyanyi dan pemain biola di siaran Radio Semarang. Sedangkan kawannya,  Cornel Simanjuntak memilih untuk menjadi guru sekolah dasar di Magelang. 

Munculnya para pemusik daerah di Tapanuli ke Jawa yang menjadi pusat pemerintahan memberikan warna tersendiri bagi dunia musik nasional. Para musisi tersebut diantaranya, Cornel Simanjuntak, Amir Pasaribu, J A Dungga, Binsar Sitompul, W Lumban Tobing dan Liberty Manik. 

Mereka adalah musisi yang memiliki latar belakang pengetahuan musik gereja misionaris Jerman yang handal.  Para pemusik ini beranggapan bahwa musik nasional tidak boleh dibangun di atas budaya musik Jawa saja, musik diatonis lebih terbuka bagi umum di lapisan masyarakat dengan berbagai kebhinekaannya.

Liberty Manik adalah doktor pertama bidang musik di Indonesia yang lulus dengan predikat Magna cum laude dari Freie Universitat Berlin, Jerman. Beliau mendapat penghormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie pada 1999 pada saat penobatannya sebagai Guru Musik.

Liberty Manik meninggal dunia di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada 1993 setelah beberapa hari menjalani perawatan akibat pendarahan usus. Setelah digelar upacara adat Batak pada 17 September 1993 di kediamannya Melati Glondong, Jalan Magelang, Yogyakarta, jenazahnya disemayamkan di Aula Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Ia dimakamkan di Taman Makam Seniman Imogiri, Bantul.

Semasa hidup, Liberty Manik menciptakan enam lagu, yaitu Satu Nusa Satu Bangsa, Desaku Yang Kucinta, Pantai Sepi, Di Laut, Tamanku dan Negara Jaya. Ia juga aktif menerjemahkan lagu-lagu rohani rakyat daerah Simalungun, Pakpak dan Karo serta lagu rohani yang berasal dari Eropa.

Liberty Manik juga seorang filolog atau ahli bahasa kuno yang banyak mentranslasi teks yang ditulis dalam aksara Batak. Pemerintah Jerman sering menggunakan jasanya untuk keperluan pengarsipan di negara tersebut. Berkat Liberty, kini ada setidaknya 500 arsip teks Batak Jerman, sekitar 100 arsip berada di Indonesia. Liberty Manik juga rajin mendokumentasikan musik gondang yang juga menjadi bagian dari arsip Batak yang dimiliki Jerman.

3 dari 3 halaman

Lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Hidup di zaman pasca kemerdekaan menjadi pengalaman yang meninggalkan kesan untuk Liberty Manik. Liberty Manik yang ketika itu masih muda turut merasakan bagaimana kolonial dan pendudukan Jepang berusaha memecah belah persatuan Indonesia. Belanda dengan politik memecah belahnya dan Jepang dengan propaganda 3A mencoba menggoncangkan kesatuan Indonesia yang baru saja dinyatakan melalui Proklamasi Kemerdekaan.

Pengalaman batin tersebut menggugah Liberty Manik untuk menciptakan suatu lagu yang berjudul Satu Nusa Satu Bangsa yang bertujuan mengikat kemajemukan Indonesia menjadi satu. Dengan harapan lagu tersebut bisa menjadi suatu doa guna menopang kemerdekaan tersebut.

Salah satu lagu wajib ini diciptakan pada 1947 atau dua tahun setelah Proklamasi Indonesia yang bertujuan guna mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia agar terhindar dari segala bentuk separatisme. Semangat nasionalisme Liberty Manik yang dituangkan ke dalam bidang musik sebagai seorang seniman menjadikannya menerima penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma dari pemerintah Indonesia pada 1999. 

Lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa Kita

Tanah Air Pasti Jaya Pasti Jaya Untuk Slama-lamanya

Indonesia Pusaka Indonesia Tercinta

Nusa Bangsa dan Bahasa Kita Bela Bersama

Makna Lirik Lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Makna  lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah tentang kebangsaan yang luhur dan mulai. Lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa berisi tentang gambaran persatuan seluruh masyarakat Indonesia yang terikat dalam nusa yang satu, bangsa yang satu, dan bahasa yang satu yakni Indonesia.

Lagu Satu Nusa Satu Bangsa mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk terus membela tanah air tercinta secara bersama-sama agar Indonesia pusaka selalu berjaya selama-lamanya. Maksudnya adalah meskipun negara Indonesia memiliki banyak suku, ras, bahasa daerah, agama dan lain-lain yang berbeda-beda, tetapi kita tetap satu bangsa yakni Indonesia.