Sukses

Residu Adalah Senyawa Kimia, Ketahui Jenis dan Pengolahan Limbahnya

Residu adalah senyawa yang tersisa setelah reaksi kimia dilakukan.

Liputan6.com, Jakarta Residu adalah sisa atau bagian yang tersisa dari suatu senyawa, setelah proses atau reaksi kimia selesai dilakukan. Residu dapat terbentuk sebagai hasil sampingan, atau sebagai bagian yang tidak diinginkan yang masih tertinggal setelah pemisahan atau penyaringan.

Contoh umum dari residu adalah sisa-sisa limbah industri, seperti limbah kimia atau limbah padat yang terbentuk selama proses produksi. Residu juga dapat terbentuk dalam proses reaksi kimia lainnya, seperti residu logam berat dalam air limbah, atau residu asam amino dalam sintesis protein.

Penting untuk memperhatikan penanganan residu, karena dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia. Residu adalah senyawa yang jika tidak diolah atau dibuang dengan benar, maka bisa mencemari lingkungan dan merusak ekosistem, serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan.

Untuk menghindari terbentuknya residu yang tidak diinginkan, dilakukan berbagai teknik pemurnian bahan kimia atau pengolahan limbah industri, seperti pemisahan dengan filtrasi, penggunaan bahan penjerap, atau penggunaan bahan pengoksidasi. Dalam beberapa kasus, residu juga dapat memiliki nilai yang berguna dan dapat dijadikan bahan bakar alternatif atau pupuk organik.

Berikut ini jenis residu yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (2/5/2023). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jenis

Ada berbagai jenis residu dalam kimia, yang dapat dibedakan berdasarkan asalnya dan sifat fisikokimianya. Berikut adalah beberapa jenis residu yang umum ditemukan dalam kimia:

1. Residu pada wadah atau peralatan laboratorium

Residu pada wadah atau peralatan laboratorium terbentuk, sebagai sisa-sisa bahan kimia atau senyawa yang menempel pada wadah atau peralatan laboratorium setelah digunakan. Residu ini dapat mengganggu akurasi analisis, dan perlu dihilangkan dengan benar untuk mencegah kontaminasi pada percobaan berikutnya. Untuk menghilangkan residu pada wadah atau peralatan laboratorium, dapat dilakukan dengan membersihkan dengan metode yang tepat dan menggunakan bahan pembersih yang sesuai dengan jenis residu dan bahan wadah atau peralatan. Contoh metode pembersihan yang umum dilakukan adalah pencucian dengan air atau pelarut organik, sonikasi, atau penggunaan bahan pembersih yang spesifik seperti deterjen, asam, atau basa.

2. Residu kromatografi

Residu kromatografi terbentuk karena sifat adsorpsi, atau kemampuan retensi kolom kromatografi terhadap zat tertentu. Residu kromatografi dapat terbentuk karena beberapa alasan, seperti perubahan kondisi aliran kolom atau ketika campuran bahan yang tidak homogen diinjeksikan ke dalam kolom. Residu kromatografi dapat mengganggu akurasi analisis, dan perlu dihilangkan dengan benar agar hasil analisis menjadi akurat dan terpercaya. Beberapa teknik penghilangan residu kromatografi meliputi pengelution kembali dengan pelarut atau campuran pelarut yang lebih kuat, penggunaan resin penukar ion, atau penggunaan kolom baru.

3. Residu asam amino

Residu asam amino terbentuk selama sintesis protein, ketika asam amino tidak berhasil bergabung dengan rantai peptida karena kesalahan dalam pembentukan ikatan, atau kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Residu asam amino dapat mengurangi efisiensi sintesis protein dan mempengaruhi struktur dan fungsi protein yang dihasilkan. Untuk menghindari terbentuknya residu asam amino, penting untuk memperhatikan kondisi sintesis protein, seperti pH dan suhu yang tepat, serta memperhatikan kualitas bahan kimia yang digunakan. Jika terbentuk residu asam amino, residu dapat dihilangkan dengan teknik pemurnian protein, seperti kromatografi ion bertekanan tinggi atau kromatografi afinitas.

3 dari 4 halaman

4. Residu limbah

Residu limbah terdiri dari sisa-sisa bahan atau senyawa yang dihasilkan selama proses produksi atau industri, seperti limbah kimia atau limbah padat. Contohnya adalah residu logam berat dalam air limbah industri, yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Pengelolaan limbah industri dan pengolahan limbah yang tepat, sangat penting untuk mengurangi dampak negatif limbah pada lingkungan dan kesehatan manusia. Metode pengolahan limbah yang umum meliputi pemisahan dengan filtrasi, penggunaan bahan penjerap, atau penggunaan bahan pengoksidasi.

5. Residu dalam makanan

Residu dalam makanan terbentuk sebagai sisa-sisa bahan kimia atau senyawa, yang digunakan dalam produksi makanan atau yang terbentuk selama proses pengolahan makanan. Contohnya adalah residu pestisida pada buah dan sayuran, atau residu antibiotik pada daging dan produk susu. Untuk mencegah terbentuknya residu dalam makanan, penting untuk memperhatikan penggunaan bahan kimia yang digunakan dalam produksi makanan, serta memperhatikan aspek keamanan pangan. Jika terdapat residu dalam makanan, penting untuk melakukan pengujian dan pemantauan secara teratur untuk memastikan keamanan konsumsi makanan.

6. Residu dalam sampel

Residu dalam sampel terbentuk sebagai sisa-sisa bahan atau senyawa, yang tidak diinginkan dalam sampel yang akan dianalisis. Contoh residu dalam sampel adalah bahan pengotor dalam air, atau residu dalam sampel tanah yang mempengaruhi hasil analisis. Untuk menghindari terbentuknya residu dalam sampel, penting untuk melakukan pengambilan sampel dengan benar, dan memperhatikan kondisi lingkungan yang mungkin mempengaruhi sampel. Jika terdapat residu dalam sampel, dapat dilakukan teknik pemurnian atau penghilangan residu, seperti filtrasi, ekstraksi cair-cair, atau kromatografi.

4 dari 4 halaman

Pengolahannya

Pengolahan limbah residu adalah suatu kegiatan yang sangat penting dilakukan, karena limbah residu dapat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik. Limbah residu mengandung zat-zat berbahaya seperti logam berat dan senyawa organik, yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengolahan limbah residu harus dilakukan dengan tepat agar dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Pengolahan limbah residu meliputi beberapa tahapan yang harus dilakukan secara sistematis dan terkontrol. Tahapan pertama adalah pengumpulan limbah residu. Pengumpulan limbah residu dilakukan dengan menggunakan alat atau mesin yang sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkan. Misalnya, limbah padat seperti abu, slag, bottom ash, dan fly ash dapat dikumpulkan dengan menggunakan truk atau alat berat lainnya, sedangkan limbah cair seperti air limbah industri dapat dikumpulkan dengan menggunakan pipa atau saluran khusus.

Setelah limbah residu dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah pengolahan. Pengolahan limbah residu bertujuan untuk mengurangi kandungan zat-zat berbahaya dan meningkatkan sifat fisika-kimia limbah residu. Ada beberapa teknologi pengolahan limbah residu yang dapat dilakukan, antara lain stabilisasi, solidifikasi, stabilisasi dan solidifikasi, dan pembakaran.

Stabilisasi

Stabilisasi adalah proses pengolahan limbah residu, yang bertujuan untuk mengurangi kandungan zat-zat organik dan meningkatkan sifat fisika-kimia limbah residu. Proses ini umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau mikroorganisme. Bahan kimia yang biasa digunakan antara lain kapur, asam sulfat, asam klorida, dan bahan kimia lainnya. Sedangkan untuk teknologi pengolahan limbah residu dengan menggunakan mikroorganisme, umumnya digunakan bakteri atau fungi yang mampu mengurai zat-zat organik dalam limbah residu.

Solidifikasi

Solidifikasi adalah proses pengolahan limbah residu, yang bertujuan untuk mengubah limbah residu menjadi suatu material yang padat dan stabil. Proses ini umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan pengikat seperti semen, resin, atau bahan organik lainnya. Proses solidifikasi dapat mengubah limbah residu menjadi suatu material yang lebih mudah dikelola dan dapat digunakan kembali sebagai bahan baku dalam industri.

Stabilisasi dan Solidifikasi (S/S)

Proses stabilisasi dan solidifikasi (S/S) menggabungkan dua teknologi sebelumnya, yaitu stabilisasi dan solidifikasi. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan zat-zat organik, dan mengubah limbah residu menjadi material yang padat dan stabil. Proses stabilisasi dan solidifikasi seringkali digunakan untuk pengolahan limbah residu yang mengandung logam berat.

Pembakaran

Pembakaran adalah proses pengolahan limbah residu, yang bertujuan untuk mengubah limbah residu menjadi abu. Proses ini umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin pembakaran atau incinerator. Proses pembakaran limbah residu dapat mengurangi kandungan zat-zat organik dan logam berat dalam limbah residu. Namun, proses pembakaran limbah residu juga dapat menghasilkan gas beracun dan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia, seperti dioksida belerang (SO2), dioksida nitrogen (NO2), karbon monoksida (CO), dan partikel-partikel halus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.