Liputan6.com, Jakarta Sanad adalah sesuatu yang sangat penting dalam mempelajari ilmu agama Islam. Sebab sanad adalah sesuatu yang menjaga validitas informasi yang disampaikan dari guru ke murid, sejak masa Rasulullah SAW hingga guru kita atau dari penulis kitab hingga kita yang memelajari kitab tersebut.
Tanpa sanad, ilmu seseorang terutama yang terkait agama Islam dapat diragukan. Sebab dengan adanya sanad yang jelas, kita bisa mengetahui bahwa ilmu yang disampaikan oleh seorang ulama memang benar-benar berasal dari Rasulullah SAW.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, sanad adalah sesuatu yang juga memiliki fungsi untuk menguji validitas sebuah informasi berupa hadits, atsar dan khabar yang dibawa oleh seorang rawi (informan, guru, syekh).
Dari penjelasan singkat tersebut dapat dipahami, bahwa sanad adalah hal yang sangat penting untuk menguji apakah suatu dalil atau ilmu berasal dari Nabi Muhammad SAW atau bukan. Untuk memahami lebih mendalam tentang apa yang dimaksud dengan sanad, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (2/5/2023).
Pengertian Sanad
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sanad memiliki fungsi untuk menguji apakah suatu ilmu atau dalil benar-benar berasal dari Rasulullah SAW atau tidak. Namun sebelum membahas lebih dalam mengenai fungsi dan manfaat sanad, sangat penting bagi kita untuk memahami apa yang dimaksud dengan sanad.
Secara bahasa, sanad berarti sandaran, yang kita bersandar padanya, dan berarti dapat diperpegangi, dipercayai. Sedangkan secara istilah, sanad adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa sanad adalah sesuatu yang berfungsi untuk menguji validitas sebuah informasi berupa hadits, dengan melihat hubungan rawi-rawi hingga kepada Nabi Muhammad SAW.
Sekarang, sanad tidak hanya memiliki fungsi untuk menguji validitas informasi berupa hadits, melainkan juga kualitas keilmuan seseorang mengenai agama Islam. Dengan mengetahui sanad, kita bisa mengetahui dari siapa seseorang belajar ilmu agama, yang jika ditelusuri apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW atau tidak. Tanpa sanad, kualitas dan otentisitas keilmuan dalam Islam tidak dapat dijamin keabsahannya.
Dari serangkaian penjelasan singkat tersebut dapat diketahui bahwa ada dua pengertian dari sanad. Yang pertama, sanad adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Yang kedua, sanad adalah silsilah keilmuan, mulai dari murid ke guru, hingga berujung pada Nabi Muhammad SAW.
Advertisement
Macam-Macam Sanad
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sanad adalah alan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Dengan kata lain, sanad adalah hal yang terkait dengan penyampaian informasi terutama hadits.
Sekarang makna sanad menjadi lebih meluas. Selain terkait dengan penyampaian hadits dan menguji kebenarannya, sanad juga dipahami sebagai silsilah keilmuan dari murid ke guru, hingga ke Nabi Muhammad SAW.
Dengan perluasan makna tersebut, sanad kini dapat dibedakan menjadi tiga, yakni Sanad Riwayah atau Ijazah; Sanad Fikrah; dan Sanad Tarbiyah dan SulÈ—k (rohani dan akhlak).
Sanad Riwayah
Sanad Riwayah adalah sanad berupa ijazah yang diberikan guru kepada muridnya, baik berupa kitab atau ilmu, sebagaimana yang diperolah sang guru dari guru sebelumnya. Peran sanad riwayah sangat penting untuk menghindari tadlȋs (keterputusan sanad secara tersembunyi).
Sanad Fikrah
Sanad fikrah adalah sanad yang disebut juga sanad pemikiran. Sanad ini tersambung dengan cara talaqqi atau belajar langsung, baik secara formal seperti di sekolah, kampus, pondok pesantren, maupun secara informal seperti di pengajian, majelis taklim, dan kursus.
Sanad Tarbiyah
Sanad tarbiyah adalah sanad yang terjadi akibat interaksi langsung antara guru dan murid, sehingga murid dapat mewarisi kualitas spiritual.
Sanad dalam kategori ini lebih baik dari kategori sebelumnya, sebab dengan sanad inilah seseorang dapat mengubah akhlaknya sebagaimana akhlak Nabi, para sahabat, dan ulama salaf al-shalih.
Perbedaan Sanad, Matan, dan Rawi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sanad adalah hal yang sangat penting terutama dalam menyampaikan informasi berupa hadits. Selain sanad, ada istilah lain yang terkait dengan penyampaian hadits, yakni matan, dan rawi. Lalu apa perbedaan sanad, matan, dan rawi?
Dalam konteks penyampaian infomrasi berupa hadits, sanad adalah keterkaitan orang-orang yang meriwayatkan hadis dari tingkatan sahabat hingga hadis itu sampai kepada kita. Matan sendiri menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad".
Berbeda lagi dengan pengertian rawi. Rawi adalah unsur pokok ketiga dari sebuah hadits. Kata "Rawi" atau "ar-Rawi" berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-Hadits). Antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi. Sehigga yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan, menerima dan memindahkan hadis.
Advertisement
Fungsi dan Manfaat Sanad
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sanad adalah keterkaitan antara orang-orang yang meriwayatkan hadis dari tingkatan sahabat hingga hadis itu sampai kepada kita. Adapaun fungsi sanad adalah untuk mengetahui derajat kesahihan suatu hadis. Apabila ada cacat dalam sanadnya baik itu karena kefasikannya, lemahnya hafalan, tertuduh dusta atau selainnya maka hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat sahih.
Selain Alquran, sanad inilah yang menjadi ukuran sebuah hadis benar dan valid, shahih, hasan, dhaif atau palsu. Inilah keunggulan ajaran Islam. Demi menjaga keutuhan umat dari kesesatan, setiap yang diajarkan harus selalu ada rujukannya sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam dunia akademis disebut ilmiah. Tak boleh satupun pernyataan dalam tesis atau disertasi tanpa referensi.
Kategori Hadis Berdasar Kualitas Sanad
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pada akhirnya sanad pula yang akan memengaruhi kualitas suatu hadis. Berdasarkan kualitas sanadnya, hadis dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dhaif.
Hadis Shahih
Kategori yang pertama ialah hadis shahih, yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya. Kemudian dalam sanad dan matannya tidak ada syadz (kejanggalan) dan 'ilat (cacat). Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil hadis menjelaskan hadis shahih adalah:
"Setiap hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan 'illah."
Beberapa contoh periwayat hadis yang dianggap shahih, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Turmudzi, Abu Dawud dan masih banyak lagi. Serta muttafaqun alaih untuk sebutan untuk hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim secara bersamaan.
Rangkuman syair yang digubah oleh Imam Al-Bayquni dalam Nadham Bayquni mengenai hadis shahih, memiliki 5 syarat penting yaitu:
"Pembagian hadis yang pertama adalah shahih, yaitu sanadnya bersambung serta tidak terdapat syadz atau illat, diriwayatkan oleh perawi yang adil serta dhabit serta kuat dhabit dan periwayatannya."
Hadis Hasan
Hadis Hasan adalah hadis yang terbilang lebih lemah dari shahih. Secara bahasa, hasan artinya baik. Sehingga terkadang hadis kategori kedua ini masih kerap dianggap boleh menjadi dasar hukum. Masih dari lansiran yang sama, hadis hasan adalah hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz (kejanggalan) dan 'illah (cacat). Kualitas hafalan perawi hadis hasan tidak sekuat hadis shahih.
Hadis Dhaif
Kategori hadis yang terakhir ialah hadis dhaif atau lemah. Hadis yang tidak memenuhi persyaratan hadis shahih dan hadis hasan. Disebutkan dalam Mandzumah Bayquni, hadis dhaif ialah:
"Setiap hadis yang kualitasnya lebih rendah dari hadis hasan adalah dhaif dan hadis dhaif memiliki banyak ragam."
Sehingga hadis dhaif tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Sebaiknya, saat menyelesaikan masalah baru, berurutan dasar hukum dari AlQuran, lalu hadis, baru ke ijma' atau kesepakatan para ulama, dan baru qiyas. Selanjutnya bila masih belum ada titik terang dengan mempertimbangkan melalui Istihsan, Ijtihad, lalu Urf.
Advertisement