Liputan6.com, Jakarta Setting adalah latar, yakni salah satu unsur fiksi. Sebagai salah satu unsur karya fiksi, setting adalah sesuatu yang mencakup penggambaran tentang tempat, waktu, dan suasana.
Baca Juga
Advertisement
Setting adalah salah satu unsur fiksi yang tidak bisa diabaikan. Sebab, setting adalah unsur fiksi yang akan memberikan penggambaran lebih rinci tentang di masa seperti apa cerita fiksi terjadi, di mana suatu peristiwa dalam cerita fiksi terjadi, dan bagaimana suasana di dalamnya.
Bersama unsur penokohan dan alur, setting berperan untuk membangun cerita sehingga cerita dapat terasa lebih nyata. Ini karena fungsi setting adalah meyakinkan pembaca terhadap jalan cerita.
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan setting dan bagaimana perannya dalam membangun cerita dalam sebuah karya fiksi, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (3/5/2023).
Pengertian Setting
Ketika membaca cerita fiksi atau menonton film, sebagian besar orang akan lebih memusatkan perhatiannya tokoh dan alur. Padahal ada unsur dalam karya fiksi yang tidak kalah penting, unsur itu adalah setting. Setting adalah waktu dan tempat di mana sebuah cerita diceritakan. Semua cerita memiliki setting. Intinya, setting adalah keterangan dalam karya fiksi yang menggambarkan kondisi tempat, waktu dan kondisi lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa dalam cerita.
Untuk lebih memahami apa itu setting, penting juga bagi kita untuk meninjau pengertian setting dalam karya sastra menurut pandangan para ahli. Ada banyak sekali pendapat para ahli yang menjelaskan tentang apa itu setting, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menurut Indrawati (2009), setting adalah tempat dan waktu serta suasana yang digunakan di dalam sebuah cerita.
2. Menurut Suparmin (2009), setting adalah suatu keadaan yang melingkupi pelaku pada sebuah cerita.
3. Menurut Mido (dalam Sehandi: 2016), setting adalah gambaran tentang tempat, waktu, dan situasi terjadinya peristiwa. Semakin jelas dan menarik latar yang digambarkan pengarang, maka kualitas karyanya akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika semakin kabur latar yang digambarkan, maka kualitas karya sastra akan semakin rendah.
4. Menurut Aminuddin (2013), setting adalah berupa tempat, waktu, maupun peristiwa. Adanya setiing dalam cerita adalah bersifat fiktif.
5. Menurut Leo Hamalin dan Frederick R. Karel (dalam Aminuddin: 2013), setting adalah bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana, serta benda-benda dalam lingkungan tertentu. Setting juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun problem tertentu.
6. Menurut Kusnadi, dkk (2009), setting adalah tempat atau waktu di dalam sebuah karya sastra yang mempengaruhi inti cerita dan pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan si pengarang.
7. Menurut Abrams, setting adalah adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Setting dapat diklasifikasikan menjadi tempat, waktu, dan sosial.
8. Menurut Tarigan (2011), setting adalah unsur yang meyakinkan jalan cerita. Pertama, latar hadir untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh, gerak, serta tindakannya. Kedua, latar hadir karena memiliki relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti yang umum di dalam suatu cerita.
Dari sejumlah pendapat para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar, setting adalah keterangan dalam cerita yang menggambarkan tempat, waktu, dan kondisi sosial terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita fiksi.
Advertisement
Macam-Macam Setting
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setting adalah keterangan dalam cerita yang menggambarkan tentang tepat, waktu, dan sosial. Dengan kata lain, setting dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
Setting tempat
Setting tempat adalah yang mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Contoh dari setting tempat antara lain adalah perkotaan, pedesaan, di desa, di kota, di penjara, di rumah, dan sebagainya.
Setting tempat ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tradisi masyarakat, tata nilai, tingkah laku, suasana, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh pada karakter dan tokoh.
Setting waktu
Setting waktu adalah setting yang mengacu pada waktu kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting waktu dapat digambarkan dengan penyebutan jam, hari, tanggal, bulan, tahun, peristiwa sejarah, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakanginya.
Setting sosial
Setting sosial adalah setting yang mengacu pada kondisi sosial masyarakat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya seperti setting sosial bawah/rendah, setting sosial menengah, setting sosial tinggi, dan sebagainya.
Dalam sebuah cerita fiksi, setting sosial bisa ditunjukkan dengan cara menggambarkan pekerjaan tokoh maupun gaya hidupnya. Bahkan Setting tempat yang menunjukkan kondisi rumah tokoh, misalnya apakah rumahnya terletak di perumahan elit atau di pemukiman kumuh, hal itu secara tidak langsung juga dapat menunjukkan latar sosial.
Unsur-Unsur Setting
Dari penjelasan mengenai macam-macam setting yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa latar atau setting adalah sesuatu yang dibangun oleh unsur-unsur pembentuknya. Secara umum, terdapat empat unsur latar atau setting, yakni sebagai berikut:
1. Lokasi geografis yang sesungguhnya, termasuk di dalamnya topografi, scenery ‘pemandangan’ tertentu, bahkan detail-detail interior sebuah kamar atau ruangan.
2. Pekerjaan dan cara-cara hidup tokoh sehari-hari.
3. Waktu terjadinya action ‘tindakan’ atau peristiwa, termasuk periode historis, musim, tahun, dan sebagainya.
4. Lingkungan religius, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh-tokohnya.
Advertisement
Fungsi Setting
Keberadaan setting atau latar dalam sebuah karya fiksi tentu memiliki fungsi dan maksud. Salah satu fungsi setting adalah untuk memberikan suatu gambaran yang jelas supaya berbagai peristiwa memiliki kesan nyata dan benar-benar terjadi.
Bagi penulis, fungsi latar atau setting adalah untuk menjadi panduan menulis cerita. Sebagai contoh, ketika penulis menulis cerita dengan latar di pedesaan, maka penulis akan menceritakan peristiwa-peristiwa yang umum terjadi di pedesaan saja.
Tidak hanya bermanfaat sebagai pedoman untuk menentukan alur, setting atau latar juga berfungsi untuk membentuk karakter tokoh. Karakter tokoh bisa dibangun dan ditunjukkan dengan gaya bicaranya. Sebagai contoh, jika latar atau setting menunjukkan lokasi dan kondisi sosial pada zaman penjajahan Belanda, maka penulis bisa membangun tokoh dengan gaya bahasa percakapan pada masa itu.
Sangat aneh jika setting yang ditentukan adalah lokasi dan kondisi sosial pada zaman penjajahan Belanda, namun gaya percakapan antartokoh dalam cerita justru menggunakan gaya bahasa populer yang digunakan masa kini.
Bagi pembaca, fungsi setting adalah memberikan gambaran tentang suasana yang benar-benar terjadi di dalam cerita tersebut. Latar ini berfungsi untuk memudahkan pembaca untuk membayangkan hal-hal yang digambarkan terhadap hasil karya sastra atau cerita tersebut.