Sukses

Tari yang Berasal dari Aceh adalah Cerminan Budaya Masyarakatnya, Simak Apa Saja

Tari yang berasal dari Aceh adalah gambaran kehidupan masyarakat disekitarnya.

Liputan6.com, Jakarta Tari yang berasal dari Aceh adalah cerminan dari kehidupan dan budaya warga sekitar. Setiap tarian memiliki cerita dan makna yang tersirat di dalamnya, serta diiringi oleh musik tradisional Aceh yang khas.  Aceh adalah salah satu daerah istimewa di Indonesia yang memiliki hak otonom luas di bidang agama, adat, dan pendidikan.

Tari yang berasal dari Aceh adalah gambaran kehidupan masyarakat disekitarnya. Pemerintah Aceh menerapkan hukum Agama Islam dalam berbagai aspek di wilayahnya. Hal ini menyebabkan budaya Aceh banyak mendapat pengaruh dari budaya islam termasuk seni tarinya. 

Tari yang berasal dari Aceh adalah bentuk budaya masyarakatnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Menurut catatan sejarah, Aceh adalah tempat pertama masuknya agama Islam di Indonesia dan sebagai tempat timbulnya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Peureulak dan Pasai. Berikut nama-nama tari aceh yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (5/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Tari Saman

Salah satu tari yang berasal dari Aceh adalah tari Saman yang merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan atau dakwah. Tari saman diawali dengan kemunculan seorang seorang tua yang cerdik pandai atau pemuka adat sebagai pembuka yang disebut keketar untuk mewakili masyarakat setempat. Keketar bertugas memberikan nasihat-nasihat kepada para pemain dan penonton sebelum tarian dimulai.

Nasihat disampaikan dalam Lagu dan syair yang dilantunkan secara bersama-sama dan berkesinambungan. Tari ini dilakukan oleh sekelompok penari laki-laki yang duduk berbaris saling berhadapan dan menari mengikuti irama musik dan nyanyian. Gerakan tarian ini melambangkan persatuan, kebersamaan, dan kekuatan sosial dalam masyarakat Aceh. Tarian Saman juga merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur terhadap Tuhan.

2. Tari Rateb Meuseukat

Nama tari Rateb Meuseukat berasal dari bahasa Arab, Rateb atau ratib yang artinya ibadat dan meuseukat atau sakat yang artinya diam. Gerak dan gaya tarian ini diciptakan oleh Wan Rakibah, anak perempuan dari ulama besar Al Qutb Wujud Habib Abdurrahim bin Sayid Abdul Qadir Al-Qadiri Al-Jailani yang dikenal dengan Habib Seunagan. Sedangkan syair pengiringnya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke-XIX.

Syair tari Rateb Meuseukat berisi sanjungan dan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhamamad Saw. Tari ini dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan menggunakan pakaian adat Aceh. Tari Rateb Meuseukat banyak berkembang di daerah Meudang Ara Rumoh Baro di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Mulanya, tari Rateb Meuseukat dimainkan sesudah mengaji pelajaran agama pada malam hari karena fungsinya sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dengan posisi duduk dan berdiri. Seiring perkembangan zaman, tari ini juga dipertunjukkan dalam upacara keagamaan, hari-hari besar, upacara perkawinan, dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama Islam.

Tari Rateb Meuseukat sering disalahartikan sebagai tari Saman dari suku Gayo, padahal kedua tarian ini memiliki perbedaan yang sangat jelas. Tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Rateb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Rateb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Rateb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dan geundrang.

3 dari 5 halaman

3. Tari Guel

Tari yang berasal dari Aceh adalah tari Guel yang merupakan budaya dari suku Gayo. Guel sendiri berarti “membunyikan”. Tarian ini menceritakan kisah kehidupan masyarakat di daerah dataran tinggi Gayo. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan jika tarian ini merupakan gabungan dari seni sastra, musik, dan tari yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi zaman dan perubahan pola pikir masyarakat setempat.

Dokumentasi dan literatur tentang tarian ini memang sedikit. Inilah yang menyebabkan kepopuleran tari Guel mengalami pasang surut meskipun merupakan tarian yang kerap dimainkan dalam upacara adat. Guel merupakan apresiasi terhadap wujud alam dan lingkungan, yang dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama.

4. Tari Didong

Tari Didong juga merupakan Seni gerak tubuh Gayo yang memadukan unsur tari, musik, dan sastra. Didong muncul sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini berkembang di Takengon dan Bener Meriah. Didong sering dipentaskan pada hari-hari besar Islam.

Awalnya, Didong digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Para ceh didong, sebutan untuk seniman didong, tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, tetapi juga bertujuan agar pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas kehidupan para nabi dan tokoh sesuai dengan ajaran Islam.  Para ceh dalam ber-didong tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius saja, tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu, dan berperilaku baik. 

4 dari 5 halaman

5. Tari Seudati

Tari Seudati merupakan salah satu tarian tradisional yang biasanya ditarikan oleh sekelompok penari laki-laki dengan gerakan yang energik. Tarian Seudati diiringi oleh lantunan syair dan suara hentakan para penari. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Aceh dan sering ditampilkan di berbagai acara, baik acara adat, acara pertunjukan, dan acara budaya.

Sama seperti tari yang berasal dari Aceh adalah sebagai media dakwah, tari Seudati ini  juga difungsikan sebagai media dakwah. Namun sekarang tarian ini juga difungsikan sebagai tarian pertunjukan. Nama Tari Seudati ini berasal dari kata “Syahadat”, yang berarti “bersaksi” atau dalam Islam  menjadi bentuk pengakuan terhadap Tuhan dan Nabi. 

6. Tari Rapa’i Geleng

Tari Rapa’i Geleng merupakan sebuah tarian yang berasal dari wilayah Aceh Selatan tepatnya Manggeng. Saat ini daerah ini menjadi wilayah administratif  Kabupaten Aceh Barat Daya. Permainan Rapa’i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Rateb Meuseukat.

Tari Rapa’i Geleng biasanya dimainkan oleh 12 orang laki-laki. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi. Kostum yang dipakai berwarna hitam kuning berpadu manik-manik merah.

Tarian Rapai Geleng memiliki tiga babak, yaitu Saleuem atau salam, Kisah berupa kisah rasul, nabi, raja, maupun ajaran agama, dan ditutup dengan Lani atau penutup. Gerakan tarian ini diikuti tabuhan rapa’i yang berirama satu-satu, lambat, lama kemudian berubah cepat diiringi dengan gerak tubuh yang masih berposisi duduk bersimpuh, meliuk ke kiri dan ke kanan. Gerakan cepat kian lama kian bertambah cepat.

5 dari 5 halaman

7. Tari Bines

Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Aceh Tenggara Menurut sejarah tarian ini diperkenalkan oleh seorang ulama bernama “Syekh Saman” dari Tanoh Alas dalam rangka berdakwah. Tari ini ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukan gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.

Tari Bines merupakan tradisi berkesenian para perempuan Gayo Lues yang tidak diperbolehkan menari Saman yang keras dan dinamis. Sebagai gantinya diciptakan tari yang cocok dengan jiwa dan karakter perempuan yang lebih lembut dan anggun. Beberapa unsur yang melekat pada tari Bines dan tidak bisa dipisahkan, yaitu penari, gerak tari, syair, penangkat, dan busana tari.

Jumlah penari pada umumnya berjumlah genap bisa 6, 8, 10, 12 hingga 16 orang. Mereka membawakan ragam gerak yang sama dan dilakukan secara serempak dari awal hingga akhir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.