Sukses

Buatan Warga Kampung, Replika Al-Qur'an Raksasa Ini Jadi Daya Tarik Wisatawan Asia

Replika Al-Qur'an raksasa buatan warga Kampung Pa Pungoh, Thailand ini jadi daya tarik pengunjung se-Asia.

Liputan6.com, Jakarta Pembuatan replika Al-Qur'an raksasa oleh warga Kampung Pa Pungoh, Thailand berhasil menarik lebih dari 10.000 wisatawan setiap harinya. Melansir Sinar Harian, replika kitab suci itu dibangun bersamaan dengan perayaan Syawal selama dua pekan terakhir.

Dilansir Liputan6.com dari Sinar Harian, Selasa (9/5/2023), Kepala Desa Thalib Mustopa, 59 tahun, menerangkan bahwa dia tidak menyangka pembangunan replika itu akan menarik banyak perhatian. Maklum, tak hanya pengunjung lokal yang terpesona dengan kreasinya.

Tapi juga pengunjung dari berbagai negara seperti Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, Arab Saudi, dan masih banyak lagi. Thalib juga menambahkan, sudah menjadi tradisi warga kampung di sana membangun gapura sebagai salah satu simbol kemelayuan setiap kali Syawal tiba.

Namun, tahun ini mereka ingin tampil sedikit berbeda dengan memproduksi replika Al-Qur'an berukuran raksasa. Juga dibangun bersama replika Gua Hira dan Gua Uhud.

2 dari 3 halaman

Ide Membangun Replika Al-Qur'an Raksasa

Tahun ini, warga Kampung Pa Pungoh, Thailand, ingin tampil sedikit berbeda dengan memproduksi replika Al-Qur'an berukuran raksasa. Yaitu dibangun bersama replika Gua Hira dan Gua Uhud.

Menurut Kepala Desa, ide pembuatan replika tersebut dicetuskan oleh Imam, Mat Rokey Wan Kechik, 57 tahun. Pembangunan replika tersebut memakan waktu 22 hari, yang dilakukan secara berjamaah setelah salat Tarawih.

Menariknya, replika Al-Qur'an tersebut sepenuhnya menggunakan hasil tulisan tangan. Penulisan itu memakan waktu delapan hari untuk diselesaikan. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan replika Al-Qur'an menggunakan batu dan papan.

3 dari 3 halaman

Pembuatan Replika Al-Qur'an

Tinggi replika Al-Qur'an tersebut mencapai 3,6 meter dan lebar 5,2 meter. Menurut Thalib, replika Al-Qur'an itu disumbangkan oleh masyarakat dengan biaya RM750 atau sekitar Rp 2,5 juta. Sampai sekarang, itu telah menjadi pembicaraan di kota.

"Terkait pemilihan surat Al Isra diambil bersamaan dengan peristiwa Isra Mi'raj. Sejauh ini jumlah pengunjung mencapai 14.000 hingga 15.000 orang per hari. Selain terkenal desa ini juga membuka peluang mata pencaharian bagi warga di sini yang membuka lapak yang menjual makanan dan minuman kepada pengunjung,” ujarnya.