Sukses

Saikiwae Ramen Yogyakarta, Kedai Ramen 'Ideal' Pernah Dikunjungi Dokter Zaidul Akbar

Tiga owner Saikiwae lakukan riset mendalam sebelum akhirnya membuka usaha ramen pada Agustus 2022.

Liputan6.com, Jakarta Bisnis makanan Jepang kini sudah menjamur di Indonesia. Meski ada banyak pengusaha yang bersaing, masyarakat punya kedai, restoran atau rumah makanan favoritnya masing-masing yang cocok dengan lidahnya. 

Jepang adalah salah satu negara yang berhasil menghipnotis masyarakat Indonesia, apalagi dengan makanannya. Siapa yang tak kenal ramen? Makanan khas Jepang ini sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia dan jadi makanan favorit.

Saikiwae Ramen merupakan kedai ramen di Yogyakarta yang baru saja menyapa pecinta makanan Jepang di akhir tahun 2022 lalu. Meski terbilang baru, banyak penikmat kuliner Jepang yang sudah mampir ke kedai yang didirikan oleh tiga sahabat karib yang sudah lama terjun di dunia kuliner ini.

Affi, salah satu owner Saikiwae Ramen bagikan cerita mendirikan kedai ramen tak biasa di Yogyakarta. Disebut tak biasa karena ramen di Saikiwae Ramen ini punya rasa unik meski tanpa micin dan MSG.

Ditemui pada April 2023, berikut Liputan6.com merangkum cerita tentang Saikiwae Ramen kedai 'ideal' di Yogyakarta, Senin (1/5/2023).

2 dari 14 halaman

Awal Mula Saikiwae Ramen Didirikan

Saikiwae Ramen merupakan kedai ramen yang baru dibuka pada tahun 2022 lalu. Meski belum genap setahun usianya, namun kedai ramen halal ini sudah banyak dikunjungi oleh para pecinta kuliner Jepang khususnya ramen.

"Sebetulnya Saiki Wae ini ibaratnya masih dihitungnya sebagai pemain atau pelaku usaha kuliner di Jogja, di Indonesia ini masih baru secara brand karena kami memang secara, baru di launching itu 17 Agustus 2022 yang lalu," jelas Affi salah satu founder Saikiwae Ramen.

Saikiwae Ramen didirikan oleh 3 sahabat karib dengan latra belakang yang berbeda-beda. Berawal dari ide sederhana ingin menyediakan makanan Jepang halal dengan keotentikan yang tetap terjaga, terciptakan Saikiwae Ramen.

"Didirikan oleh 3 orang teman karib, yaitu Dapur Yubi, Arini, dan Affi dimana dengan latar belakangnya masing masing ternyata punya kesamaan yaitu suka travelling menjelajah kota mencicip kuliner sehingga menumbuhkan passion mereka masing masing untuk mengapresasi kuliner khususnya pada kuliner halal," tambahnya.

3 dari 14 halaman

Berawal dari Hobi Sederhana

Tiga sahabat karib, Dapur Yubi, Arini, dan Affi yang punya hobi sederhana yakni mencicipi beragam makanan mulai dari makanan khas Indonesia sampai luar negeri. Oleh karenanya tak heran jika kemudian keinginan untuk membangun usaha kuliner halal Jepang yang keotentikannya tetap terjaga.

"Kalau sejarah awal mulanya ini, ya kami ini suka makan ya, memang ya tentu saja suka makan dalam artian suka mencoba hal baru atau apa ya, entah itu karena sejak zaman Pak Bondan apa sebagai pakar makanan, pakar kuliner kan kita Indonesia ini jadi banyak didorong untuk mencoba hal-hal baru, yang dulu enggak tahu, sekarang jadi tahu, dulu ibaratnya sudah ada di situ, mungkin kita enggak pernah menikmati gara-gara ada jargon wisata kuliner jadi seneng," jelas Affi.

4 dari 14 halaman

Terciptanya Ramen Ideal (Sehat)

Yubi, Arini, dan Affi mengajak masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan memperhatikan bahan-bahan yang digunakan dalam makanan, terutama untuk makanan dari luar. Meski tidak menggunakan micin atau MSG, ketiga owner Saikiwae Ramen percaya bahwa makanan tetap bisa terasa enak.

"Kami ketika menikmati beberapa kuliner itu, khususnya makanan Jepang itu kadang ada di lidah kami ini yang ada kadang enggak cocok, terutama ada khususnya penambahan MSg, kadang ada beberapa rumah makan itu menambahkannya cukup terasa, ibaratnya apa jumlahnya tu agak berlebihan," ungkapnya.

Suka mencicipi makanan luar dan sering kali merasa tidak nyaman ketika micin atau MSG dalam makanannya terlalu terasa menjadi alasan dasar ramen sehat dengan nama Saiki Wae Ramen tersebut tercipta.

"Di sisi lain kami ini, tiga keluarga ini, tiga kami ini yang pemilik Saiki Wae ini itu tu tidak terbiasa memakai MSg atau micin, sehari-hari kami di rumah. Kebetulan salah satu dari pemilik Saiki Wae ini adalah guru, dia biasa mentor untuk produk-produk kuliner, kafe, dan rumah makan gitu. Nah itu memang sangat mengurangi sekali bahan-bahan sintetis seperti MSg," tambahnya lagi.

5 dari 14 halaman

Tiga Owner Punya Latar Belakang Berbeda

Tiga owner Saiki Wae Ramen yakni Dapur Yubi, Arini, dan Affi punya latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebutlah yang kemudian menyatukan ketiganya untuk membangun usaha ramen ideal alias ramen sehat yang berbeda

"3 teman karib ini masing masing memiliki caranya sendiri dalam mengapresiasi kuliner, Dapur Yubi yang akrab dipanggil Ummu telah lama memperdalam ilmu dalam bidang memasak dan sering membuat berbagai kelas memasak tidak hanya di Indonesia tapi juga sampai ke Jepang dan Eropa, ratusan muridnya telah tersebar dimana. Resep dan sajian Dapur Yubi dikenal dengan penggunaan bahan bahan alami dengan citarasa yang otentik dan disukai oleh masyarakat umum. Arini, yang dekat dalam bidang managemen membuat beberapa usaha dan diantaranya juga dalam bidang pangan dan kuliner. Affi, yang sehari hari bekerja di bidang branding sering mendampingi UKM untuk menjadi brand lokal yang patut dibanggakan".

Resep sajian dari Dapur Yubi menjadi awal menu Saiki Wae Ramen tercipta. Sudah lama melanglang buana di dunia kuliner, tentunya resep sajian Dapur Yubi sudah dapat dipastikan cocok di lidah banyak orang.

"Berbekal dari resep sajian Dapur Yubi yang sudah sering diburu dan dicari, maka pada tahun 2022 ketiganya kemudian memutuskan merintis sebuah usaha kedai kuliner Jepang berbahan dasar mie yang sudah akrab di masyarakat, disajikan dengan kekhasan citarasanya dan pada pemilihan bahan bahan yang terjamin halal dan alami, dan dikemas dengan branding yang membuatnya terasa dekat dengan masyarakat di Jogja," katanya.

6 dari 14 halaman

Produksi Bahan Makanan Sendiri

Untuk menjaga kualitas makanan agar tetap ideal (sehat), owner Saikiwae Ramen memproduksi bahan makanan sendiri. Mulai dari bahan makanan pokok sampai bahan makanan pendukung diproduksi sendiri berbekal ilmu yang sudah didapatkan selama belasan tahun di dunia kuliner.

"Idealnya gimana ya, sementara ini kita coba untuk menyajikan makanan yang ibaratnya kaldu-kaldunya kami bikin sendiri, dari bahan segar, terus rempah, daging, dan lain sebagainya itu tanpa Msg. Kemudian mi-nya juga kita bikin sendiri terus pemilihan bahan-bahan baku pendukungnya, kaya contohnya yang paling dominan tu kan kalau di makanan Jepang tu kan telurnya ya karena pasti ada telur rebus dan lain sebagainya, itu juga kita pilih dari peternakan yang memang dia tu bersertifikasi, untuk ibaratnya telur yang dihasilkan bebas hormon, enggak disuntik antibiotik dan lain sebagainya." Jelas Affi saat ditemui.

"Walaupun memang yang kami sajikan ini ada yang belum sempurna, dari semua bahan dan cara proses itulah kemudian para pelanggan yang datang mengaitkan produk Saikiwae adalah produk yang terbilang lebih ideal atau bahasa awamnya sehat," tulis ketiga Owner dalam FAQ yang dikirimkan.

7 dari 14 halaman

Jumlah Pegawai di Awal Buka

Sama seperti kedai atau rumah makan lainnya yang baru pertama kali buka hanya ada beberapa pegawai, Saikiwae Ramen juga demikian. Kedai ini pada awalnya dimulai dengan 4 orang pegawai dan juga para pemilik ikut terjun langsung menangani pelayanan.

"Kalau total tenaga kami, total ya keseluruhan itu 10. Tapi yang di kedai ini 8, rutin lah di kedai. Yang 2 sampai 4 itu kadang di produksi kadang di kedai. Rata-rata yang di dapur itu 3. Ya total kita keseluruhan 10 ya karena kan kami masih apa, ownernya juga masih kita itung sebagai tenaga. Awal merintis itu ada 4 pegawai. Setelah itu merekrut dan sampai sekarang ada 10," kata Affi.

Awalnya hanya memperkenalkan kepada keluarga, kini usaha Saikiwae Ramen sudah mulai dikenal oleh banyak orang. Keluarga dan orang terdekat memang punya peranan penting untuk membantu mempromosikan Saikiwae Ramen dari teman satu ke teman yang lainnya.

"Pada awal awal tentu saja berusaha memperkenalkan usaha ini ke kerabat dekat dan juga komunitas yang sudah dikenal oleh pemilik. Kemudian semakin berkembang setelah banyak teman yang cocok dengan citarasanya mengajak teman teman lain, sejak saat itu kemudian pelanggan semakin luas dan banyak yang datang kembali. Seiring peningkatan kapasitas produksi akhirnya saat ini menambah pegawai dan juga peralatan produksi untuk bisa menjawab banyaknya permintaan dari pelanggan yang pada awal buka terkadang kehabisan menu yang ingin mereka pesan," kutip Liputan6.com dari FAQ.

8 dari 14 halaman

Variasi Menu Tersedia

Sebagai kreator resep resep yang telah banyak dicari oleh masyarakat dari berbagai segmen, Dapur Yubi telah mengkreasikan berbagai varian pilihan ramen, udon, mentai rice, gyoza dan bahkan mochi dengan bahan bahan yang terjamin halal. Untuk mendukung konsep halal dan thayyib tersebut akhirnya dibutuhkan bahan bahan yang baik dan berkualitas.

Dalam wawancara singkat awal April lalu, Affi ungkap kini ada sekitar 40 menu tersedia di Saikiwae Ramen. Untuk kedai yang baru merintis, 40 menu yang tersedia sudah terbilang banyak, apalagi menu tersebut dikreasikan salah satu owner dari Saikiwae Ramen sendiri yang pastinya rasanya tak perlu diragukan.

"Kalau total itu ketika buka dulu itu kita 30 menu, keseluruhannya ya, itu dari menu ramen, ramen rebus, ramen dry ramen, kemudian udon, kemudian menu nasi beserta toping-topingnya itu kurang lebih ada 30an, rata-rata. Terus sekarang kita sudah sampai 40 menu, itu aja sebetulnya kita di dapur kita masih ada beberapa menu lain yang memang belum kita keluarkan," ungkap Affi dalam wawancaranya.

9 dari 14 halaman

Kunjungan Dokter Zaidul Akbar

Punya banyak teman dari kalangan chef, pengamat makanan hingga ustaz, tak heran jika Saikiwae Ramen tersebut menarik perhatian dokter Zaidul Akbar ketika sang dokter diajak oleh salah satu kolega untuk mampir ke kedai Saikiwae Ramen.

"Kebetulan temen kami cerita, ketemu dengan beliau dan cerita bahwa wah ini ada kedai ramen di Jogja, bahannya, ya karena itu temen kami menceritakan bahannya enggak pakai Msg dan lain sebagainya. Kemudian dokter Zaidul Akbar pengen lihat kesini, ya beliau liatlah kesini. Ya beliau menikmati menu-menu yang masih sesuai dengan ini nya beliau ya karena apa ini kan ada selain menu mie kan disini juga banyak menu lainnya ya. Beliau sempet nyicip, karena beliau sangat consern sekali dengan gluten dan lain sebagainya," jelas Affi ketika ditanya soal cerita kedatangan dokter Zaidul Akbar.

Cicip menu yang tersedia di Saikiwae Ramen, dokter Zaidul Akbar memuji dan menanyakan beragam hal mulai dari cara pembuatan sampai bahan yang digunakan. Sudah lama concern di bidang kuliner, dokter Zaidul Akbar tentunya tahu makanan yang menggunakan MSG dan tidak memakai MSG.

"Jadi beliau untuk mie, beliau nyicip kuahnya, oh, kaldunya bisa dapet ya. Beliau bertanya gitu, jadi beliau bertanya, kok bisa kamu dapet rasanya gurih segini, seperti ini, tanpa penyedap, karena pasti tahu tantangan-tantangan tanpa penyedap itu efeknya banyak sekali, mulai dari dagingnya harus banyak, pengolahannya harus tepat gitu, ya alhamdulillah kita disini jual harganya masih terjangkau banget dibandingkan ramen-ramen yang umumnya. Beliau nanya ya kita sampaikan oh cara olahnya dokter, pemilihan bahannya, terus kemudian cara mengolahnya, cara masak bumbunya itu bagaimana kita sampaikan ke beliau. Jadi dokter Zaidul Akbar kesini terus mengapresiasi," tambahnya.

Berani mengambil tantangan dengan tidak menggunakan MSG dalam makanannya, Saikiwae Ramen diapresiasi oleh dokter Zaidul Akbar. Meski belum sepenuhnya sempurna dan ideal, namun sudah berani memulai untuk menjual makanan dengan tidak memakai penyedap.

"Nah makanya di video yang sempet ramai dan viral itu kan, beliau sudah sampaikan memang belum ideal dan sempurna, tapi paling tidak untuk bahan baku utamanya, kaldunya itu beliau mengapresiasi sekali tanpa penyedap, tanpa MSG, ya apalagi, wong beliau aja untuk bahan-bahan alami sangat pemilih sekali ya, apalagi untuk tambahan bahan-bahan penyedap itu beliau sangat menghindari sekali," ungkap Affi.

10 dari 14 halaman

Kedatangan Dokter Zaidul Akbar Jadi Suntikan Semangat

Kedai Saikiwae Ramen didatangi oleh dokter Zaidul Akbar tentunya menjadi suntikan semangat untuk owner dan para karyawan mengembangkan kedai tersebut agar semakin besar dan dikenal banyak orang.

"Nah itu kita seneng banget, jadi dokter Zaidul Akbar kesini menjadi penguatan bagi kami bahwa ternyata dengan tanpa penyedap itu dan bisa mendapatkan kualitas rasa seperti ini itu ternyata dapat apresiasi dari beliau," jelas Affi.

11 dari 14 halaman

Lakukan Riset Sebelum Buka Usaha Ramen

Banyaknya makanan luar yang sudah sangat populer di Indonesia, rupanya ketiga owner Saikiwae Ramen Yogyakarta tentunya punya alasan tersendiri mengapa memilih membuka usaha ramen dan berlokasi di Yogyakarta.

Tidak langsung buka usaha, para owner tentunya melakukan riset dan mengkaji. Setelah melakukan riset mendalam, para owner akhirnya memutuskan untuk membuka usaha mie karena makanan satu ini merupakan salah satu makanan yang disukai oleh orang Indonesia.

"Nah ternyata, jadi akhirnya kami berpikir yaudahlah enggak usah nyari sesuatu yang sangat unik lah, yang penting kita cari kulinernya apa, yang pertama dia banyak disuka oleh orang, yang kedua banyak diterima orang sejak sudah diterima orang khususnya di Jogja ini sejak lama, yang ketiga nanti kita upgrade aja, upgrade dalam artian entah resepnya atau apanya. Akhirnya baca-baca riset dan lain sebagainya, ternyata orang Indonesia itu sangat suka yang namanya goreng dan mie, dua itu," tutur Affi.

Setelah melakukan riset soal makanan yang disukai oleh orang Indonesia, para owner kemudian melakukan riset soal budaya luar yang berhasil menghipnotis masyarakat Indonesia dan budaya tersebut tetap punya pengaruh di tengah gempuran banyaknya budaya asing lainnya yang masuk.

"Ini ternyata ramen ini sudah dari tahun 90-an itu ada di Jogja, ada beberapa kedai ramen yang itu sudah bertahan lama. Dan memang uniknya ramen ini stabil pertumbuhannya, jadi orang enggak pernah, ibaratnya enggak pernah hilang gitulah. Beberapa makanan itu kan kadang meletup banyak, tau-tau terus hilang, sama sekali habis gitu, enggak ada. Nah ramen ini enggak, stabil sekali. Dari situlah kemudian kita memilih makanan Jepang, ramen. Makanan mie dan kita pilih ramen yang khas," tambahnya.

12 dari 14 halaman

Alasan Memilih Yogyakarta

Sudah mengenal daerah Yogyakarta menjadi salah satu alasan para owner memilih Yogyakarta sebagai lokasi untuk membuka usaha ramennya. Nantinya, para owner tentunya berharap usaha tersebut dapat berkembang ke daerah lain.

"Dari apa, beberapa learning yang kami coba tahu, kebetulan saya di industri marketing dan branding itu Jogja itu termasuk salah satu kota di Indonesia yang jadi barometer. Jadi kalau, ibaratnya kalau ada sesuatu hal itu lolos di Jogja dan berhasil di Jogja, itu biasanya InsyaAllah berhasil di kota-kota lainnya. Karena Jogja ini kan enggak dipungkiri, orang banyak ngomong Indonesia mini, hampir seluruh asrama mahasiswa se-Indonesia setiap provinsi ada di Jogja. Kedua, kami sangat mengenal sekali budaya Jogja, komunitas-komunitas di Jogja, jadi di situ kami ngeliat bahwa ini punya potensi untuk di Jogja," jelas Affi.

13 dari 14 halaman

Outlet dan Penjualan

Belum genap 1 tahun dirintis, outlet Saikiwae Ramen baru dibuka di Yogyakarta saja. Affi, salah satu owner Saikiwae Ramen mengungkapkan kini fokus mengembangkan produk agar bisa dinikmati oleh masyarakat di luar Yogyakarta.

"Kita sebetulnya tahap selanjutnya yang kita pengen itu adalah orang bisa menikmati kapan saja. Jadi dalam waktu dekat nanti kita akan launching produk ramen kemasan yang orang bisa masak sendiri di rumah. Jadi orang se-Indonesia pun ibaratnya nanti bisa menikmati di rumah, enggak harus datang kesini," jelas Affi.

Untuk pengembangan kedai Saikiwae Ramen di kota lain tentunya menjadi harapan owner. Diungkapkan oleh Affi, harapannya bisa membuka outlet Saikiwae Ramen di kota yang belum banyak untuk kedai ramennya.

"InsyaaAllah sedang dalam pemikiran kami, cari daerah yang apa belum banyak untuk kedai ramennya, semoga aja," tambahnya.

14 dari 14 halaman

Menu Favorit dan Respon Masyarakat

Sama seperti kedai, restoran atau rumah makan kebanyakan, pasti ada menu favorit pengunjung alias menu yang sering banyak dipesan. Untuk Saikiwae Ramen, ada 3 menu favorit yang jadi incaran yakni Spicy Tori Paitan, Tori Katus, dan Shifudo. Tiga menu itu sih yang banyak dicari, spicy tori paitan, tori katsu sama shifudo.

"Tiga menu itu sih yang banyak dicari, spicy tori paitan, tori katsu sama shifudo," ungkap Affi.

Tanpa MSG, micin, dan pengawet tentunya bikin masyarakat penasaran dengan makanan di Saikiwae Ramen. Pasalnya masyarakat sering beranggapan bahwa makanan tanpa micin itu tidak enak atau kurang ‘nendang’ ketika dimakan. Para owner mengaku kesulitan ketika mengedukasi pembeli tentang makanan non MSG, micin dan pengawet.

"Kalau dulu awal-awal kita buka sebetulnya yang sulit itu adalah mengedukasi orang, karena kadang kalau orang wah dibilang tanpa Msg, tanpa ini, tanpa micin, wah nanti enak enggak ya, itu jadi pertanyaan pertama, apalagi, makanya kita enggak pernah mau ngomong makanan sehat, karena kalau ngomong makanan sehat itu banyak sekali umumnya orang menggangap sehat itu enggak enak gitu, hambar, itulah yang pertama kali di awal-awal mungkin belum terlalu banyak orang mau datang kesini," tutur Affi

Memasuki bulan kedua dan ketiga, pembeli mulai ramai berdatangan. Selain karena promosi yang menarik, peranan orang-orang terdekat untuk mengajak teman dan keluarganya juga sangat penting.

"Alhamdulillah di bulan kedua masuk ketiga itu kita udah mulai bisa apa membuktikan, mematahkan anggapan mereka bahwa kalau makanan tanpa MSg jadi enggak enak, itu tetap bisa enak," tambah Affi.

Hampir 1 tahun berdiri, Saikiwae Ramen tentunya makin banyak pelanggannya. Para owner pun terus melakukan survey untuk meningkatkan pelayanan, menu, dan lain sebagainya agar memuaskan konsumen.

"Dan kami juga lakukan survey juga, sampai sekarang pun, sampai hari ini kami juga selalu ngecek. Paling sederhana tu, kalau ada orang ternyata enggak habis gitu, kita cek nih, oh apa nih kenapa, oh ternyata karena dia pesennya banyak, jadi akhirnya enggak habis, oh ya wajar," jelasnya.

 

Â