Liputan6.com, Jakarta Gerabah adalah suatu perangkat yang terbuat dari tanah liat. Biasanya alat perlengkapan dari gerabah ini digunakan untuk kegiatan sehari-hari, contohnya sebagai alat dapur. Biasanya gerabah dibuat menjadi kendi ataupun belanga.
Gerabah kerap kali digunakan sebagai tempat air atau tempat makanan. Perlengkapan dari gerabah ini dikenal sejak zaman dulu, sehingga menjadi sumber sejarah pada suatu peradaban di masa lalu. Gerabah tidak begitu sulit dibuat.Â
Baca Juga
Advertisement
Gerabah adalah suatu perangkat yang bisanya digunakan sebagai wadah. Kerajina gerabah ini bisa digunakan untuk penyimpanan, persiapan, dan penyajian makanan dan minuman. Gerabah merupakan peralatan rumah tangga yang cukup digemari masyarakat, tidak hanya dari penggunaan, juga memiliki fungsi estetis.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai Merdeka, Senin (9/8/2021) tentang gerabah adalah.
Mengenal Gerabah dan Sejarahnya
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk, kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia, biasanya berbentuk wadah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gerabah adalah alat dapur (untuk masak-memasak dan sebagainya) yang dibuat dari tanah liat yang dibakar (misalnya kendi, belanga).
Sementara itu, Kamus dan Ensiklopedi mendefinisikan gerabah adalah suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti, genteng, porselin, dan sebagainya. Gerabah telah dikenal sejak zaman prasejarah, dan biasanya digunakan sebagai alat rumah tangga.
Dalam ilmu arkeologi, istilah lain gerabah adalah kereweng, pottry, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang dari tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mati dari batu) berupa jembung, piring-piring kecil, periuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebaginya.
Mengutip buku Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, gerabah atau tembikar di Indonesia sudah ada sejak zaman Neolitikum yang ditemukan dibeberapa tempat di Indonesia. Sisa-sisa gerabah dari sejak bercocok tanam telah ditemukan di Banyuwangi (Jawa Timur), Kelapa Dua Bogor (Jawa Barat), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), dan disekitar danau Bandung (Jawa Barat).
Teknik pembuatan gerabah dari masa tersebut masih sangat sederhana, yaitu dengan teknik tangan dan pembakaran tradisional. Pembakaran tradisional adalah pembakaran secara terbuka, dalam lubang dangkal beralas tanah liat dengan api rerumputan menyala. Teknik pembuatan gerabah seperti itu masih digunakan sampai sekarang oleh sebagian perajin keramik di Indonesia.Â
Untuk mendapatkan gerabah yang menarik, maka salah satu yang dilakukan oleh pembuat gerabah adalah dengan memberikan motif hias pada gerabah. Pada gerabah yang digunakan untuk rumah tangga biasanya bermorif sederhana atau polos, sedangkan gerabah-gerabah untuk kepentingan lain tentunya memerlukan motif yang lebih menarik.
Advertisement
Fungsi Gerabah
Gerabah adalah kerajinan yang telah diproduksi secara turun temurun selama beberapa periode. Fungsi gerabah yang paling utama tentunya adalah untuk dijadikan wadah penyimpanan makanan atau minuman. Namun, sekarang ini fungsi gerabah berkembang lebih dari sekadar menjadi wadah makanan.
Fungsi gerabah adalah sebagai berikut:
- Alat untuk upacara keagamaan. Gerabah, biasanya yang berbentuk cawan atau kendi, digunakan sebagai sarana-sarana upacara seperti misalnya sebagai sarana meletakan air suci, dan lain sebagainya.
- Alat rumah tangga. Dalam fungsinya sebagai alat-alat rumah tangga, gerabah antara lain digunakan sebagai alat memasak ataupun wadah-wadah seperti kendi untuk menampung air, mangkuk untuk wadah makanan, gelas untuk wadah minuman, tungku untuk memasak, dan sebagainya.
- Perhiasan dan penanda status. Pada masa Jawa Kuno, gerabah keramik digunakan sebagai penanda status. Pada masa itu, keramik-keramik asing adalah barang mewah yang hanya bisa dimiliki kaum-kaum bangsawan tertentu seperti raja. Indikasi dari hal ini antara lain terlihat dari penggambaran guci Cina pada arca-arca dari masa Singasari dan Majapahit.
Proses Pembuatan Gerabah
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produksi barang kerajinan gerabah adalah tanah liat. Selain itu, ada juga bahan tambahan lain seperti pasir, kayu bakar, simir, kiolin, semen warna, minyak tanah dan cat. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah unit pengelolaan bahan baku, tungku pembakaran, alat putar, pompa air, kuas dan pisau gores.
Berikut ini penjelasan mengenai proses pembuatan gerabah secara umum:
1. Persiapan Tanah Liat
Menurut pengrajin gerabah, tanah liat terbaik adalah tanah liat yang berasal dari lapisan dalam tanah yang terletak pinggir bukit-bukit kecil. Warna tanah liat merupakan salah satu dasar dalam mengklasifikasikan jenis gerabah yang dihasilkan. Warna dasar tanah liat akan menghasilkan warna yang berbeda pada gerabah ketika melalui tahap pembakaran
2. Proses Pembentukan Gerabah
Tanah liat terlebih dahulu mengalami proses perendaman selama 2-3 hari. Proses perendaman itu disebut sebagai sistem basah. Proses ini berguna untuk menyaring tanah liat dari kerikil-kerikil kecil yang masih menempel pada tanah liat.
Sementara menunggu rendaman tanah liat selesai, pasir disaring utuk mengasilkan pasir yang benar-benar halus. Setelah proses perendaman selesai dan pasir telah disaring, kedua bahan tersebut dicampurkan hingga menghasilkan bahan dasar gerabah yang mudah di bentuk sesuai dengan desain yang diinginkan.
Gerabah biasanya di bentuk dengan tangan dan permukaannya dihaluskan menggunakan sepotong bambu atau kayu dan sebilah sabit bekas hingga pori-pori permukaan gerabah benar-benar halus. Setelah di gosok, gerabah lalu dibiarkan kering selama 5-7 hari sampai benar-benar kering dan siap untuk pembakaran.
3. Pembakaran Gerabah
Secara teknis, proses pembakaran gerabah baru akan dapat dilakukan jika gerabah dalam kondisi benar-benar kering. Proses pembakaran membutuhkan bahan-bahan seperti kayu bakar, serabut kulit kelapa, jerami, daun bambu kering, minyak tanah dan batu bata yang sudah pecah sebagai alas untuk meletakkan gerabah. Proses pembakaran gerabah biasanya berlangsung sekitar 3-4 jam. Sambil proses permbakaran berlangsung, proses pewarnaan juga dilakukan oleh pengrajin.
4. Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap penting untuk mengubah tampilan gerabah yang masih polos dan kasar menjadi gerabah yang menarik dan bernilai seni. Oleh karena itu, biasanya para pengrajin secara kreatif melakukan inovasi-inovasi dalam ornamen-ornamen gerabah. Adapun beberapa teknik ornamen adalah ornamen ukir kerik, ornamen tempel kulit telur, ornamen tempel pasir, ornamen anyaman rotan, dan ornamen tempel kain/batik.
Advertisement