Liputan6.com, Jakarta Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah satu di antara beberapa Wali Songo yang perlu dikenali umat Islam di Indonesia. Pasalnya, peran dari Wali Songo dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa begitu besar pada abad XV dan XVI.
Wali Songo memiliki arti sembilan wali dan dijuluki oleh masyarakat Jawa dengnan nama Sunan atau Susuhunan. Kata Sunan atau Susuhunan berasal dari kata suhun-kasuhun-sinuhun berarti yang dijunjung tinggi atau dijunjung di atas kepala, juga bermakna paduka yang mulia.
Advertisement
Baca Juga
Sunan Maulana Malik Ibrahim dikenal juga dengan nama Sunan Gresik. Nama tersebut diberikan karena ia bermukim di Gresik dan menyiarkan ajaran Islam dari daerah ini. Sunan Gresik juga dimakamkan di desa Gapura di Kota Gresik.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (12/5/2023) tentang Sunan Maulana Malik Ibrahim.
Sunan Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M)
Sunan Maulana Malik Ibrahim, lebih dikenal dengan nama Sunan Gresik, merupakan keturunan Ali Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad SAW. Sunan Maulana Malik Ibrahim bermukim di Gresik untuk menyiarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada tanggal 12 Rabiul awwal 822 H, bertepatan dengan 8 April 1419 M, dan dimakamkan di desa Gapura kota Gresik.
Ada perbedaan pendapat terkait asal usul Sunan Maulana Malik Ibrahim ini, ada pendapat yang menyatakan ia berasal dari Turki dan ada pendapat lain menyatakan berasal dari Kashan sebuah tempat di Persia (Iran) sebagaimana tercatat pada prasasti makamnya.
Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli tata negara yang menjadi penasehat raja, guru para pangeran, dan juga dermawan terhadap fakir miskin. Makamnya banyak diziarahi masyarakat hingga sekarang.
Sunan Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai penyiar Islam pertama di tanah Jawa, sehingga dianggap sebagai Ayah dari Wali Songo.
Advertisement
Nama-Nama Wali Songo Lainnya
Sunan Ampel atau Raden Rahmat (w. 1406 M)
Selain Sunan Maulana Malik Ibrahim, ada pula Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Raden Rahmat adalah putra cucu Raja Champa, ayahnya bernama Ibrahim As-Samarkandi yang menikah dengan Puteri Raja Champa yang bernama Dewi Candra Wulan. Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung ke Majapahit, karena bibinya Dewi Dwara Wati diperistri Raja Brawijaya.
Raden Rahmat berhenti di Tuban dan di tempat itu beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang keduanya kemudian masuk Islam beserta keluarganya. Dengan masuk Islamnya Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, usaha Sunan Ampel semakin mudah dalam mendekati masyarakat dan melakukan dakwah Islam, sedikit demi sedikit mengajarkan Ketauhidan dan Ibadah.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1406M. Beliau dimakamkan di Kompleks Masjid Ampel, Surabaya. Sampai sekarang makam beliau banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah diseluruh pelosok Indonesia.
Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim (w.1525 M)
Nama-nama Wali Songo berikutnya yaitu Sunan Bonang, yang merupakan putra Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati. Sunan Bonang dikenal sebagai ahli Ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Maulana Makhdum Ibrahim banyak belajar di Pasai, kemudian sekembalinya dari Pasai, Maulana Makhdum Ibrahim mendirikan pesantren di daerah Tuban.
Dalam menjalankan kegiatan dakwahnya Maulana Makhdum Ibrahim mempunyai keunikan dengan cara mengubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat sebagaimana yang dikenal dalam Islam.Hal ini dimaksudkan sebagai upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang telah lama dipeluk sebelumnya.
Santri yang belajar pada pesantren Maulana Makhdum Ibrahim, berasal dari seluruh penjuru daerah di tanah air. Sunan Bonang meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.
Sunan Kalijaga atau Raden Syahid (w. abad 15)
Sunan Kalijaga mempunyai nama kecil Raden Sahid, beliau juga dijuluki Syekh Malaya. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta keturunan Ranggalawe yang sudah Islam dan menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Dewi Nawangrum.
Sunan Kalijaga merupakan salah satu nama-nama Wali Songo yang asli orang Jawa. Sunan Kalijaga meninggal pada pertengahan abad XV dan makamnya ada di desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Sunan Giri atau Raden ‘Ainul Yaqin (w. Abad 15)
Sunan Giri atau Raden ’Ainul Yaqin merupakan putra dari Syekh Maulana Ishaq (murid Sunan Ampel). Sunan Giri yang dikenal juga dengan nama Raden Paku, menimba ilmu di Pesantren Ampel Denta (Surabaya) milik Sunan Ampel.
Ketika hendak melaksanakan ibadah haji bersama Sunan Bonang, keduanya menyempatkan singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu keimanan dan tasawuf. Pada sebuah kisah diceritakan bahwa Raden Paku sebagai salah satu nama-nama Wali Songo bisa mencapai tingkatan ilmu laduni. Dengan prestasi tersebut Raden Paku dikenal juga dengan panggilan Raden ‘Ainul Yaqin. Sunan Giri meninggal sekitar awal abad ke-16, makam beliau ada di Bukit Giri, Gresik.
Sunan Drajad atau Raden Qasim (w. 1522 M)
Sunan Drajad atau Raden Qasim berdakwah di daerah Drajad kecamatan Paciran Lamongan. Ia merupakan putra Sunan Ampel dari istri kedua yang bernama Dewi Candrawati, dan bersaudara dengan Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Sebagai satu di antara nama-nama Wali Songo, Sunan Drajad ia juga mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu, yaitu Dewi Murtasiyah (istri R. Fatah) dan Dewi Murtasimah (istri Sunan Giri). Sementara itu, istri Sunan Drajad adalah Dewi Shofiyah putri dari Sunan Gunung Jati.
Advertisement
Sunan Muria atau Raden Umar Said (w. abad 15)
Nama-nama Wali Songo berikutnya yaitu Sunan Muria. Sunan Muria adalah putera Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya adalah Raden Umar Said, dan dikenal sebagai Sunan Muria karena pusat dakwah dan bermukim beliau di Bukit Muria. Dalam sejarah tidak diketahui secara persis tahun meninggalnya dan menurut perkiraan, Sunan Muria meninggal pada abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Muria, Kudus.
Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shadiq (w.1550 M)
Nama-nama Wali Songo berikutnya yaitu Sunan Kudus, yang juga dikenal sebagai Ja’far Sadiq atau Raden Undung. Ja’far Sadiq (Sunan Kudus) merupakan putra Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah. Sunan Kudus juga dikenal dengan julukan wali al-ilmi, karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama, terutama tafsir, fikih, usul fikih, tauhid, hadits, serta logika.
Sunan Kudus juga dipercaya sebagai panglima perang Kesultanan Demak. Ia mendapat kepercayaan untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus, sehingga ia menjadi pemimpin pemerintahan (Bupati) sekaligus pemimpin agama. Sunan Kudus meninggal di Kudus pada tahun 1550, makamnya berada di dalam kompleks Masjid Menara Kudus.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah (w. 1570 M)
Selain Sunan Maulana Malik Ibrahim, nama-nama Wali Songo selanjutnya adalah Sunan Gunung Jati, yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Beliau banyak memberikan kontribusi dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Syarif Hidayatullah dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten.
Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai. Setelah kembali dari Tanah Suci pada tahun 1524, Ia lalu langsung menuju Demak dan beristri adik Sultan Trenggana. Atas dukungan dari Sultan Trenggana, beliau berangkat ke Banten untuk mendirikan sebuah pemukiman muslim. Kemudian dari Banten, Nurullah melebarkan pengaruhnya ke daerah Sunda Kelapa.
Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon pada tahun 1570 dan usianya diperkiran sekitar 80 tahun. Makamnya terdapat di kompleks pemakaman Wukir Sapta Pangga di Gunung Jati, Desa Astana Cirebon, Jawa Barat.