Liputan6.com, Jakarta Sejarah Candi Borobudur perlu dipahami oleh setiap warga negara Indonesia. Pasalnya, Candi Borobudur adalah salah satu ikon pariwisata Indonesia. Candi peninggalan Buddha terbesar di dunia ini telah harum namanya di seluruh dunia.
Baca Juga
Advertisement
Candi Borobudur menjadi destinasi favorit para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya berjarak 17 km dari pusat kota Magelang dan 40 km dari Kota Yogyakarta.
Sejarah Candi Borobudur dibangun pada masa Dinasti Sailendra. Peninggalan bersejarah ini kala itu dibangun untuk menjadi tempat pemujaan Buddha dan juga sebagai tempat ziarah. Tak heran, sampai sekarang Candi Borobudur selalu dikunjungi oleh para biksu yang melakukan perjalanan ritual keagamaan tiap tahunnya.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (12/5/2023) tentang sejarah Candi Borobudur.
Sejarah Candi Borobudur
Sejarah Candi Borobudur dimulai pada zaman Dinasti Sailendra membangun peninggalan Buddha terbesar di dunia ini pada sekitar 780-840 Masehi. Dinasti Sailendra merupakan dinasti yang berkuasa pada zaman itu. Peninggalan ini dibangun sebagai tempat pemujaan Buddha dan tempat ziarah. Tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha.
Candi Borobudur ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835. Selama restorasi pada awal abad ke 20, ditemukan dua candi yang lebih kecil di sekitar Borobudur, yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut yang segaris dengan Candi Borobudur.
Candi Pawon berada 1.15 km dari Borobudur, sementara Candi Mendut berada 3 km dari Candi Borobudur. Terdapat kepercayaan bahwa ada hubungan keagamaan antara ketiga candi tersebut namun masih belum diketahui secara pasti proses ritualnya.
Ketiga candi membentuk rute untuk Festival Hari Waisak yang digelar tiap tahun saat bulan purnama pada Bulan April atau Mei. Festival tersebut sebagai peringatan atas lahir dan meninggalnya, serta pencerahan yang diberikan oleh Buddha Gautama.
Advertisement
Makna Bangunan Candi Borobudur
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Candi Borobudur dibangun sebagai tempat pemujaan Buddha dan tempat ziarah. Tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha.
Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha. Struktur bangunan ini berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk lingkaran. Bangunan Candi Borobudur terdiri dari 3 zona yang menggambarkan tiap-tiap siklus kehidupan manusia.
Candi Borobudur merupakan candi atau kuil Buddha terbesar di dunia dan memiliki monumen Buddha terbesar di dunia. Candi Borobudur juga memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Candi ini memiliki 504 patung Buddha dengan sikap meditasi dan enam posisi tangan yang berbeda di sepanjang candi.
Zona Bangunan Candi Borobudur
Zona 1: Kamadhatu
Kamadhatu menggambarkan alam dunia yang terlihat dan sedang dialami oleh manusia saat ini. Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
Tudung penutup pada bagian dasar telah dibuka secara permanen agar pengunjung dapat melihat relief yang tersembunyi di bagian bawah. Koleksi foto seluruh 160 foto relief dapat dilihat di Museum Candi Borobudur yang terdapat di Borobudur Archaeological Park.
Zona 2: Rupadhatu
Rupadhatu menggambarkan alam peralihan, di mana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia. Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung buddha. Secara keseluruhan ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.
Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdiri dari 1300 relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.
Zona 3: Arupadhatu
Arupadhatu menggambarkan alam tertinggi, rumah Tuhan atau Nirwana. Bangunan ini terdiri dari tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.
Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. Terdapat 72 stupa secara keseluruhan. Stupa terbesar yang berada di tengah tidak setinggi versi aslinya yang memiliki tinggi 42m di atas tanah dengan diameter 9.9m. Berbeda dengan stupa yang mengelilinginya, stupa pusat kosong dan menimbulkan perdebatan bahwa sebenarnya terdapat isi namun juga ada yang berpendapat bahwa stupa tersebut memang kosong.
Advertisement