Liputan6.com, Jakarta Sosiopat adalah istilah yang mengacu pada perilaku dan sikap antisosial. Penyebab sosiopat belum diketahui secara pasti. Namun, perilaku ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak.
Perilaku dan sikap antisosial di sini bukan tidak mau bergaul dan suka menyendiri, dengan kata lain sikap antisosial di sini adalah sikap tidak mau mematuhi aturan sosial yang berlaku di lingkungan sekitarnya atau di mana pun. Namun, pelanggaran yang dilakukan sosiopat masih berupa pelanggaran kecil yang tidak menyebabkan bahaya serius, tidak seperti pada psikopat.
Advertisement
Baca Juga
Gangguan kepribadian antisosial atau sosiopat ini sering kali dianggap sama dengan psikopat. Padahal kenyataannya, kedua istilah ini adalah gangguan kepribadian yang berbeda. Seorang psikopat adalah orang yang sering melakukan kekerasan secara fisik dan menempatkan orang lain dalam bahaya. Sedangkan sikap antisosial adalah  orang yang memiliki karakter acuh dan tidak peduli dengan orang lain.
Seorang sosiopat juga cenderung tidak punya rasa malu, penyesalan dan empati. Akibatnya, mereka tidak bisa mempertahankan hubungan dekat dengan seseorang, meski tidak ada penjelasannya. Untuk lebih rinci, berikut ini penjelasan mengenai definisi sosiopat, penyebab dan ciri-cirinya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbaga sumber, Senin (27/9/2021).
Definisi Sosiopat
Sosiopat adalah jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku dan pola pikir antisosial. Karakter seorang sosiopat umumnya adalah perilaku yang eksploitatif, melanggar hukum, tidak peduli dengan orang lain, dan kasar.
Gangguan kepribadian antisosial agtau sosiopat ini membuat seseorang mengalami kesulitan dalam memberikan penilaian, atau membedakan antara tindakan yang baik dan buruk. Penderita gangguan kepribadian antisosial cenderung melakukan perilaku yang merugikan orang lain, seperti tindakan tidak terpuji, kekerasan, penipuan dan tindakan lainnya, semata-mata dilakukan untuk memenuhi kesenangan pribadi mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah "antisosial" sendiri mengacu pada seseorang yang tidak suka bergaul, bersikap menutup diri dari masyarakat dan cenderung mengganggu ketenteraman umum. Dalam hal ini, individu yang mengidap gangguan kepribadian antisosial dapat menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak selaras dengan norma-norma sosial yang berlaku.
Penting untuk dicatat bahwa, meskipun penderita gangguan kepribadian antisosial mungkin merasakan rasa bersalah atas tindakan mereka, hal tersebut tidak selalu menghambat atau mencegah mereka untuk melanjutkan perilaku yang merugikan. Faktanya, kecenderungan untuk berulang kali terlibat dalam perilaku antisosial dapat tetap ada.
Â
Advertisement
Ciri-ciri Sosiopat
Mengenali tanda-tanda dari seorang yang mengidap gangguan sosiopat bisa dianggap sebagai langkah utama supaya kewaspadaan Anda dapat meningkat. Berikut ciri-ciri orang yang sosiopat adalah:
1. Miskin Empati
Salah satu tanda khas dari seorang sosiopat adalah rasa empati yang minim. Empati merupakan kemampuan untuk memahami keadaan emosional orang lain.
2. Minim Hati Nurani
Di sisi lain, penderita sosiopat masih memiliki hati nurani. Namun kadar perasaan ini pun sangat terbatas dalam diri mereka.Pengidap sosiopat menyadari bahwa tindakannya salah. Tapi mereka memilih untuk mengabaikan rasa bersalah tersebut.
3. Manipulatif
Salah satu ciri khas orang sosiopat adalah pandai bersilat lidah. Mereka tidak akan ragu-ragu untuk menipu orang lain demi keuntungan atau kepuasan pribadinya.Mereka bisa berbohong tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun. Perilaku inilah yang membuat orang-orang di sekitar penderita tidak bisa membedakan mana kata-katanya yang benar dan mana yang termasuk kebohongan.
4. Impulsif
Karakteristik berikutnya dari sosiopat adalah perilaku impulsif disertai sifat agresif dan amarah yang meledak-ledak. Penderita juga memiliki ego yang besar sehingga sering tidak memikirkan akibat atau imbas dari tindakan mereka, baik pada diri sendiri maupun orang lain.Karena sikapnya tersebut, pengidap sosiopat sering melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum. Misalnya, perkelahian ataupun merusak properti umum.
5. Tidak Memiliki Rasa Tanggung Jawab
Di samping kerap bertindak spontan (impulsif), sosiopat tidak memiliki rasa tanggung jawab. Mulai dari tanggung jawab terhadap dirinya sendiri hingga orang lain, termasuk keluarga.Itulah yang membuat pengidap sosiopat tidak mampu mempertahankan pekerjaan maupun kehidupan sosialnya. Contohnya, terlalu sering bolos bekerja atau tidak bisa menjaga hubungan asmara.
6. Selalu Mementingkan Diri Sendiri
Pengidap sosiopat tak ragu untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan yang ia lakukan. Mereka akan berusaha untuk mencari alasan apapun agar tidak perlu mengakui perbutanannya.Sebagai contoh, sosiopat dalam dunia kerja akan memanipulasi orang-orang di sekitarnya sedemikian rupa untuk mencapai ambisinya. Hal ini juga kerap membuat dirinya tidak memiliki teman.
7. Cenderung Narsis
Ciri selanjutnya dari sosiopat adalah hanya peduli pada dirinya sendiri dan menjurus ke arah sikap narsistik. Penderita selalu merasa bahwa dirinya yang paling benar dan paling hebat.Karena itu, pengidap sosiopat suka merendahkan orang lain dan egois. Mereka takkan ragu untuk berbuat curang dan menyakiti orang lain untuk mendapatkan keinginannya.
Penyebab dan Faktor Risiko Seseorang Menjadi Sosiopat
Penyebab pasti gangguan kepribadian antisosial sampai sekarang belum diketahui, tetapi kemungkinan besar bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
1. Gen
Ciri-ciri kepribadian tertentu dapat diturunkan oleh orang tua melalui gen. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki anggota keluarga yang menderita sosiopat atau gangguan kepribadian lainnya, kemungkinannya untuk menderita gangguan kepribadian antisosial akan lebih besar.
2. Lingkungan
Banyak ahli mengungkapkan bahwa munculnya perilaku sosiopat juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti riwayat pola asuh dari keluarga yang tidak baik atau kejadian traumatis selama masa kanak-kanak, seperti pelecehan seksual, fisik, emosional, atau penelantaran. Selain itu, kehidupan keluarga yang tidak stabil, keras, atau kacau selama masa kanak-kanak juga bisa meningkatkan risiko seseorang menjadi sosiopat.Â
3. Pola PengasuhanÂ
Pengalaman pengasuhan selama masa perkembangan, termasuk pola asuh orang tua dan model peran keluarga, dapat memiliki dampak signifikan pada perkembangan kepribadian individu. Keluarga yang tidak memberikan batasan yang jelas atau memberikan sanksi yang konsisten terhadap perilaku antisosial dapat memperburuk risiko sosiopati.
4. Ketidakstabilan Sosial dan Ekonomi
Ketidakstabilan sosial dan ekonomi dalam kehidupan seseorang dapat menjadi faktor risiko. Kondisi sosial yang sulit, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, atau kebijakan sosial yang tidak mendukung, dapat menciptakan lingkungan yang memperumit perkembangan sosial dan emosional individu.
5. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis atau kesehatan mental lainnya, seperti gangguan perilaku atau gangguan kejiwaan, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sosiopati. Kondisi-kondisi ini dapat saling terkait dan memperburuk gejala satu sama lain.
Advertisement
Cara Menangani Sosiopat
Seorang penderita sosiopat harus mendapat penanganan dari psikolog atau psikiater. Maka dari itu, jika seseorang merasa mengalami gejala gangguan ini, disarankan segera berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Secara umum, gangguan ini tidak dapat disembuhkan. Namun, penderitanya dapat menjalani terapi yang dapat mengurangi perilaku destruktif yang dapat merugikan orang lain. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani gangguan sosiopat adalah:
1. Psikoterapi
Orang yang mengalami gangguan ini harus mengikuti terapi dalam jangka waktu lama. Seorang penderita gangguan ini harus memiliki jadwal rutin untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Dengan konsultasi, psikolog atau psikater akan mengetahui gejala apa saja yang dapat memperburuk kondisi penderita gangguan ini.
2. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Terapi ini dapat membantu penderita berpikir lebih panjang ketika akan bertindak. Meski tidak dapat menyembuh perilaku destruktif, setidaknya penderita gangguan ini akan lebih berhati-hati saat bertindak. Terapi ini juga membantu penderita mengembangkan prilaku positif. Dengan terapi ini juga diharapkan seorang sosiopat dapat menerima keadaan dirinya.
3. Obat
Sebenarnya tidak ada obat yang khusus mengobati gangguan kesehatan mental ini. Namun, dokter bisa menggunakan obat untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan perilaku agresif pada penderita gangguan ini. Salah satu jenis obat yang umum digunakan adalah clozapine yang biasa digunakan untuk penderita psikosis.Â
4. Pertahankan Jarak
Menjaga jarak dengan individu yang memiliki gangguan kepribadian antisosial, adalah langkah pertama yang penting. Batasi kontak fisik dan emosional Anda dengan mereka. Jangan terperangkap dalam kebiasaan mereka yang mungkin mencoba memanipulasi dan memengaruhi Anda. Pembatasan ini dapat membantu melindungi kesejahteraan emosional dan mental Anda.
5. Buat Batasan dan Pahami Konsekuensinya
Sosiopat cenderung memiliki ketidakpedulian terhadap norma sosial dan etika. Oleh karena itu, sangat penting untuk menetapkan batasan yang jelas dan tegas. Jelaskan konsekuensi yang akan dihadapi jika mereka melanggar batasan tersebut, dan pastikan untuk menjaga konsistensi dalam mengaplikasikannya. Batasan yang tegas dapat membantu melindungi integritas Anda dan menciptakan batas yang jelas antara perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
6. Hindari Konfrontasi Langsung yang Berpotensi Berbahaya
Meskipun memahami bahwa menetapkan batasan itu penting, konfrontasi langsung dapat menjadi berbahaya, terutama jika dealing dengan sosiopat. Pilih waktu yang tepat dan gunakan komunikasi yang bijak untuk menyampaikan kekhawatiran atau ketidaksetujuan Anda. Hindari melibatkan diri dalam pertikaian yang dapat meningkatkan risiko terhadap keamanan Anda.
7. Bicarakan dengan Ahli Kesehatan Mental
Penanganan individu dengan gangguan kepribadian antisosial bisa sangat menantang secara emosional. Jika Anda merasa kesulitan atau terpapar secara emosional, sangat dianjurkan untuk mencari bantuan dari ahli kesehatan mental. Mereka dapat memberikan panduan dan dukungan profesional yang dapat membantu Anda mengatasi situasi ini dengan lebih baik.