Liputan6.com, Jakarta Lagu Cublak Cublak Suweng merupakan salah satu lagu tradisional Jawa. Lagu ini juga menjadi lagu dolanan yang dimainkan anak-anak masyarakat Jawa. Lagu tradisional dibuat dengan memiliki arti dan makna yang sangat mendalam. Hal ini menjadikan lagu Cublak Cublak Suweng masuk dalam kearifan lokal lisan masyarakat Jawa.
Syair lagu Cublak Cublak Suweng diciptakan oleh Syeh Maulana Ainul Yaqin atau Sunan Giri pada tahun 1442 M. Meski terlihat sederhana, arti syair lagu Cublak Cublak Suweng sendiri merujuk pada nilai moral dalam kehidupan manusia. Selain itu, lagu ini menjadi penguat sebuah nilai budaya di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga
Banyak yang menilai bahwa lagu ini hanyalah lagu dolanan yang bernuansa bahagia dan ceria. Arti syair lagu Cublak Cublak Suweng sarat akan makna yang perlu diketahui oleh masyarakat khususnya masyarakat Jawa. Sayangnya, lagu ini perlahan dilupakan dengan adanya syair lagu modern yang lebih mudah. Perlu adanya pemahaman bagi generasi muda untuk tetap melestarikan kearifan lokal dalam bentuk lagu ini.
Advertisement
Berikut informasi mengenai arti syair lagu Cublak Cublak Suweng yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (16/5/2023).
Lirik dan Terjemahan Lagu Cublak Cublak Suweng
Lagu Cublak Cublak Suweng berbahasa Jawa dengan lirik yang sulit dipahami bagi sebagian orang. Sebelum mengetahui arti syair lagu Cublak Cublak Suweng, terlebih dahulu seseorang mengetahui terjemahan dari lagu ini. Berikut terjemahan lagu Cublak Cublak Suweng dalam bahasa Indonesia.
Cublak cublak suweng
(Tempat anting)
Suwenge ting gelenter
(Antingnya berserakan)
Mambu ketundhung gudel
(Berbau anak kerbau yang terlepas)
Pak empong lera lere
(Bapak ompong yang menggelengkan kepalanya)
Sapa ngguyu ndelikkake
(Siapa yang tertawa dia yang menyembunyikannya)
Sir sir pong dhele kopong
(Kedelai kosong tidak ada isinya)
Sir sir pong dhele kopong
(Kedelai kosong tidak ada isinya)
Advertisement
Arti Syair Lagu Cublak Cublak Suweng
Melansir laman unhas.ac.id, makna Cublak Cublak Suweng dalam bahasa adalah tempat suweng. Suweng dalam bahasa Jawa berarti anting yang merupakan perhiasan perempuan Jawa. Dalam hal ini suweng berarti tempat harta yang berharga (suwung, sepi sejati) atau ahrta sejati. Gelenter yang berarti berserakan menandakan bahwa harta yang dicari sebenarnya sudah ada dan berserakan di pelosok bumi.
Masyarakat Jawa menggunakan istilah gudel untuk menyebut anak kerbau yang melambangkan orang bodoh. Arti syair lagu Cublak Cublak Suweng pada kalimat “mambu ketundhung gudel” memiliki makna orang bodoh dengan pendidikan minim akan mencari harta dengan penuh nafsu dan ego. Mereka hanya mencari kebahagiaan sesaat dengan melakukan tindakan kotor untuk mendapatkannya. Orang bodoh tersebut diibaratkan seperti orang tua ompong yang sedang kebingungan. Hal ini merujuk pada kalimat “pak empo lera lere”. Mereka akan kebingungan dan selalu gelisah akan harta yang didapatkannya itu.
Kalimat selanjutnya “sapa ngguyu ndelikkake” memiliki makna bahwa orang-orang bijaksana akan tetap tersenyum dalam menjalani setiap cerita kehidupannya. Merekalah yang akan menemukan kebahagiaan yang abadi. Sir pong dele kopong memiliki makna seseorang yang ingin mencapai kebahagiaan abadi harus senantiasa menghindari rasa cinta berlebih pada duniawi. Mereka harus rendah hati dengan melatih kepekaan sir atau hati nurani miliknya.
Nilai Moral dalam Syair Lagu Cublak Cublak Suweng
Arti syair lagu Cublak Cublak Suweng ini dapat memberikan pengajaran pada anakpanak agar tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Melansir laman journal.unnes.ac.id, syair lagu ini memiliki makna mendalam yang dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia. Makna tersebut menjadi nilai-nilai kearifan lokal berwujud nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Berikut beberapa nilai moral yang ada di dalam arti syair lagu Cublak Cublak Suweng.
1. Nilai Kebersamaan
Nilai ini merujuk pada permainan Cublak Cublak Suweng yang tidak bisa dilakukan seorang diri. Setidaknya diperlukan tiga anak untuk memainkannya. Mereka juga harus bernyanyi dan bergerak secara bersama-sama sebagai aturan permainannya. Semakin banyak pemain, maka permainan akan semakin meriah.
2. Nilai Berbagi
Kerikil atau biji dalam permainan ini diibaratkan sebagai suweng. Langkah permainan dilakukan dengan membagikan kerikil atau biji pada satu per satu pemain. Hal ini menggambarkan kedermawanan seseorang dengan membagikan suatu hal yang tidak dimiliki orang lain. seseorang tidak diperbolehkan untuk serakah atas harta yang dimilikinya.
3. Nilai Edukasi
Dalam permainannya, ada satu anak yang bertugas mencari biji atau kerikil yang disembunyikan. Hal ini akan melatih anak menjadi kritis dengan mengatur strategi untuk menebak dengan benar. Ia dapat mengamati gerakan dan ekspresi dari anak-anak lainnya.
4. Nilai Religius
Nilai religius merujuk pada sikap nerimo ing pandum pada syair terakhir lagu ini. Seseorang harus mampu melepaskan diri dari kekayaan duniawi dengan senantiasa mengasah hati nuraninya. Selain itu, ia juga harus menerima nasib dengan memasrahkan dirinya atas segala sesuatu yang diberikan Tuhan. Segala keberhasilan dan kegagalan dalam hidup harus disyukuri dengan keikhlasan sebagai anugerah dari Tuhan.
Advertisement