Liputan6.com, Jakarta Cara mengatasi inflasi pada suatu negara diperlukan kerja sama yang konkret antara masyarakat, pemerintah, dan juga para pelaku usaha. Inflasi adalah suatu keadaan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan menyeluruh.
Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Umumnya, inflasi terjadi karena terdapat banyak permintaan dari masyarakat, pertambahan penawaran uang, dan peningkatan biaya produksi. Kondisi inflasi di suatu negara dapat menimbulkan akibat buruk dari segi kegiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, perlu segera diatasi supaya dampaknya tidak berkepanjangan.
Berikut ini ulasan mengenai cara mengatasi inflasi beserta penyebab dan dampaknya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (16/2/2022).Â
Pengertian Inflasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI pengertian inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Dengan kata lain, inflasi adalah menurunnya nilai mata uang karena beberapa faktor.
Sedangkan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi adalah keadaan perekonomian negara di mana ada kecenderungan kenaikan harga-harga dan jasa dalam waktu panjang. Penyebabnya karena tidak seimbangnya arus uang dan barang. Jika inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam periode tertentu, maka deflasi adalah kebalikanya. Deflasi artinya penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.
Advertisement
Penyebab Inflasi pada Suatu Negara
Berikut ini terdapat beberapa penyebab inflasi pada suatu negara, antara lain:
1. Inflasi Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Penyebab inflasi salah satunya adalah karena kelangkaan produksi atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meski permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Berkurangnya produksi bisa terjadi akibat berbagai hal seperti masalah pada sumber produksi, bencana alam, cuaca atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tersebut. Sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait produk di pasaran. Selain itu, meningkatnya biaya produksi juga dapat disebabkan oleh kenaikan harga misalnya kenaikan harga bahan baku. Selain itu, juga bisa disebabkan kenaikan upah atau gaji, contohnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
2. Inflasi Permintaan (Demand Pull Inflation)
Penyebab inflasi berikutnya terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Sebab keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan menjadi bertambah, sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik.
3. Tingginya Peredaran Uang
Penyebab inflasi ini terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibanding yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan uang yang beredar meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga 100%. Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit, di mana kekurangan anggaran tersebut diatasi dengan mencetak uang baru. Namun hal ini malah membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin bertambah dan mengakibatkan inflasi.
Dampak Inflasi
Salah satu dampak inflasi adalah menurunkan daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah. Jika masyarakat mengurangi belanja, maka pertumbuhan ekonomi akan bergerak lambat atau stagnan, bahkan bisa lebih rendah. Selanjutnya, dampak inflasi yang kedua adalah merugikan konsumen karena gaji atau penghasilan menjadi stagnan, namun biaya pengeluaran membengkak akibat kenaikan harga barang atau jasa. Dampak inflasi yang ketiga adalah berpengaruh pada kemampuan ekspor sebuah negara. Biaya ekspor menjadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun sehingga devisa akan berkurang.
Dampak inflasi yang tidak stabil ini akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Jenis-Jenis Inflasi
1. Jenis Inflasi Berdasarkan SifatnyaÂ
Jenis-jenis inflasi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi empat macam yaitu sebagai berikut:
a. Inflasi Ringan atau Merayap (Creeping Inflation)
Ditandai dengan peningkatan laju inflasi yang rendah. Biasanya, kurang dari 10% setahun. Ciri dari inflasi ini adalah kenaikan harga yang relatif lambat dan berlangsung dengan lambat.
b. Inflasi Sedang (Galloping Inflation)
Inflasi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi ringan. Lajunya berkisar antara 10-30% per tahun. Jenis inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dalam waktu singkat.
c. Inflasi Berat (High Inflation)
Sesuai dengan namanya, jenis inflasi ini tergolong berat. Mencakup laju mulai dari 30-100% setahun. Pada tingkat ini, harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan sulit dikendalikan.
d. Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation)
Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena terjadi secara besar-besaran dan mencapai lebih dari 100% setahun. Indonesia pun pernah mengalami hiperinflasi ini. Bahkan mencapai 600% di tahun 1998. Penyebabnya, karena terjadinya pencetakan uang secara besar-besaran demi menutup defisit anggaran pada waktu itu.
2. Jenis Inflasi Berdasarkan AsalnyaÂ
Sedangkan jenis-jenis inflasi bila ditinjau dari asalnya terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:Â
a. Domestic inflation
Domestic inflation berasal dari dalam negeri. Inflasi jenis ini biasanya diawali dengan adanya defisit dalam APBN. Jika pemerintah memutuskan untuk membiayai APBN dengan melakukan pencetakan uang baru, maka akan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Meningkatnya jumlah uang yang beredar ini akan cenderung meningkatkan harga-harga kebutuhan. Akhirnya, timbul inflasi dalam negeri. Adapun hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi dalam negeri adalah meningkatnya biaya produksi dalam negeri, dan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang sementara kenaikan penawaran tidak bisa mengimbanginya.
b. Imported inflation
Imported inflation berasal dari luar negeri. Inflasi ini timbul karena naiknya harga-harga kebutuhan di luar negeri atau di negara-negara mitra dagang. Sebab harga kebutuhan di luar negeri meningkat, otomatis harga barang tersebut pada saat dijual kembali di Indonesia juga akan menjadi tinggi.
Cara Mengatasi Inflasi
Pemerintah bisa menekan laju dari inflasi dengan melakukan beberapa cara. Berikut ini 3 cara mengatasi inflasi pada suatu negara, antara lain:
1. Kebijakan Fiskal
Cara mengatasi inflasi yang pertama adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal ini sendiri berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran dari anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini antara lain dengan meningkatkan tarif pajak, mengurangi pengeluaran dari pemerintah, dan melakukan pinjaman.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter menjadi salah satu dari cara mengatasi inflasi yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan moneter atau kebijakan keuangan bisa dilakukan dengan menambah ataupun mengurangi jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan moneter dengan tujuan bisa meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat suatu negara. Kebijakan moneter lainnya adalah dengan melakukan kebijakan operasi pasar terbuka. Kebijakan ini bisa dilakukan dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar.
3. Kebijakan Non-fiskal dan Non-moneter
Cara mengatasi inflasi yang lainnya adalah dengan kebijakan non fiskal dan juga non moneter. Kebijakan nonfiskal dan nonmoneter ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Setidaknya terdapat 5 cara mengatasi inflasi yang termasuk ke dalam kebijakan non-fiskal dan non-moneter yang biasanya dilakukan oleh pemerintah, antara lain:
a. Menambah hasil produksi
Pemerintah akan memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa meringankan para pengusaha. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan harapan para pengusaha bisa menggenjot produksi agar lebih banyak lagi. Dengan banyaknya barang yang beredar di masyarakat, maka perputaran uang akan semakin cepat dan banyak, sehingga uang yang beredar menjadi kembali seimbang.
b. Mempermudah masuknya barang impor
Tak semua barang bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri, untuk itu mempermudah masuknya barang barang impor menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menurunkan pajak dan juga mempermudah perizinan barang impor.
c. Menstabilkan pendapatan masyarakat
Menjaga pendapatan masyarakat agar tidak naik juga bisa menjadi salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan inflasi yang tak terkendali.
d. Menetapkan harga maksimum
Pada saat terjadi inflasi, harga barang cenderung naik tak terkendali. Hal inilah yang membuat daya beli dari masyarakat menurun. Dengan menetapkan harga maksimum, pemerintah mengharap agar daya beli masyarakat menjadi lebih baik lagi.
e. Pengawasan distribusi barang
Distribusi barang yang terhambat juga menjadi salah satu faktor naiknya harga di suatu wilayah. Permintaan yang besar tidak diimbangi dengan jumlah barang yang terbatas akibat terhambatnya proses distribusi barang. Dengan melakukan pengawasan sebagai salah satu cara mengatasi inflasi, diharapkan barang tersebut bisa cepat didistribusikan kepada masyarakat.
Advertisement