Sukses

Penyebab AIDS, Faktor Risiko, Gejala, dan Pencegahannya yang Wajib Dipahami

Penyebab AIDS harus dipahami dan diwaspadai setiap orang.

Liputan6.com, Jakarta Penyebab AIDS harus dipahami dan diwaspadai setiap orang. Pasalnya hingga kini belum ada obat yang sepenuhnya dapat menyembuhkan penyakit ini. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan tahapan akhir dari penyakit infeksi HIV.

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini merupakan virus yang bisa menyebabkan AIDS. HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh, yang mana adalah pertahanan tubuh dari berbagai penyakit. Kemudian jika kekebalan tubuh seseorang telah dirusak oleh virus, maka akan berkembang menjadi AIDS.

Namun, orang yang mengidap HIV belum tentu terjangkit AIDS jika ditangani dengan cepat dan tepat. Sementara itu, orang yang mengalami AIDS dipastikan di dalam tubuhnya terdapat virus HIV.

HIV AIDS dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh kesulitan melawan kuman, virus, jamur, dan lain sebagainya. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (17/9/2021) tentang penyebab AIDS.

2 dari 6 halaman

Penyebab AIDS

Penyebab AIDS diawali dengan tubuh yang terkena virus HIV. Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel kekebalan yang disebut sel CD4, yang merupakan jenis sel T. Ini adalah sel darah putih yang bergerak di sekitar tubuh, mendeteksi kesalahan dan anomali dalam sel serta infeksi. Ketika HIV menargetkan dan menginfiltrasi sel-sel ini, ia mengurangi kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit lain.

Segera setelah seseorang tertular HIV, ia mulai bereproduksi dalam tubuh. Sistem kekebalan seseorang bereaksi terhadap antigen (bagian dari virus) dengan memproduksi antibodi (sel yang melawan virus). Kebanyakan orang mengembangkan antibodi HIV yang terdeteksi dalam waktu 23 hingga 90 hari setelah infeksi.

Penyebab AIDS pada akhirnya berkembang menjadi tingkat lanjutan. AIDS merupakan tingkat lanjutan dari HIV yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh berhenti bekerja karena HIV. Seseorang tidak dapat tertular AIDS jika mereka tidak tertular HIV.

Setelah infeksi HIV berkembang menjadi AIDS, infeksi dan kanker menimbulkan risiko yang lebih besar. Orang sehat memiliki jumlah CD4 500 hingga 1.500 per milimeter kubik. Tanpa pengobatan, HIV terus bertambah banyak dan menghancurkan sel CD4. Jika jumlah CD4 seseorang turun di bawah 200, ia akan menderita AIDS.

Jika kamu ternyata mengidap HIV, maka biasanya dokter akan melakukan pengecekan lebih lanjut seperti pengecekan TBC dan lain sebagainya. Setelah itu kamu akan diberi obat ARV yang harus dikonsumsi seumur hidup.

Perlu kamu ketahui juga bahwa HIV tidak bisa disembuhkan atau dihilangkan dari dalam tubuh 100 persen. Fungsi dari mengonsumsi obat ARV adalah untuk menekan pertumbuhan virus HIV sehingga tidak merusak komponen-komponen atau organ dalam tubuh lainnya dan menimbulkan AIDS atau infeksi yang lebih parah.

Maka dari itu hindari segala jenis bentuk penyebab HIV, jangan melakukan hubungan seksual yang berisiko, dan rajinlah untuk tes HIV untuk mengetahui virus tersebut apakah ada dalam tubuhmu.

3 dari 6 halaman

Faktor Risiko Penyebab AIDS

Penyebab AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. HIV/AIDS tidak menular melalui kontak fisik sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, berbagi benda pribadi, makanan, atau air. Penyebab AIDS menular hanya dapat terjadi melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.

Berikut faktor risiko penyebab AIDS:

Hubungan Seks

Hubungan seks baik vaginal, anal, atau oral dengan pasangan yang terinfeksi dapat menyebarkan HIV. Ini disebabkan oleh darah, air mani atau cairan vagina yang terinfeksi masuk ke tubuh individu lain. Virus juga dapat masuk melalui luka mulut atau cairan yang kadang-kadang berkembang di dubur atau vagina selama aktivitas seksual.

Transfusi darah

Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ini bisa disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak steril. Penyebab AIDS ini tentu harus diperhatikan lagi.

Jarum suntik

Berbagi peralatan obat intravena (jarum dan jarum suntik) yang terkontaminasi membuat seseorang berisiko tinggi terhadap HIV dan penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.

Selama kehamilan, persalinan atau menyusui

Ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus ke bayinya. Ibu HIV-positif yang mendapatkan pengobatan untuk infeksi selama kehamilan dapat secara signifikan menurunkan risiko pada bayi.

4 dari 6 halaman

Gejala HIV/AIDS Tahap Awal

Dilansir dari Healthline, minggu pertama setelah seseorang tertular HIV disebut tahap infeksi akut. Pada masa ini virus bereproduksi dengan cepat. Sistem kekebalan seseorang merespons dengan memproduksi antibodi HIV, protein yang melawan infeksi.

Selama tahap ini, beberapa orang tidak memiliki gejala pada awalnya. Namun, banyak orang mengalami gejala pada bulan pertama atau kedua setelah tertular virus. Gejala tahap akut bisa sangat mirip dengan flu atau virus musiman lainnya. Gejala bisa ringan hingga parah serta datang dan pergi. Gejala awal ini dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu.

Gejala awal HIV dapat meliputi:

- Demam,

- Panas dingin,

- Pembengkakan kelenjar getah bening,

- Sakit dan nyeri umum,

- Ruam kulit,

- Sakit tenggorokan,

- Sakit kepala,

- Mual,

- Sakit perut.

Disebabkan karena gejala-gejala ini mirip dengan penyakit umum seperti flu, seseorang mungkin tak segera memeriksakannya. Selama masa ini, HIV juga dapat dengan mudah ditularkan ke orang lain. Gejala HIV awal biasanya sembuh dalam beberapa bulan ketika orang memasuki tahap laten kronis, atau klinis.

5 dari 6 halaman

Gejala HIV/AIDS Tahap Lanjutan

Tahap Kedua

Pada tahap kedua penderita tidak mengalami gejala apapun dalam jangka waktu yang lama. Pengidap HIV pada tahap ini akan merasa sehat dan baik-baik saja, bahkan tahap ini dapat berlangsung hingga 10 tahun bahkan lebih. Hal ini yang dapat mengecoh penderita sehingga bisa saja penderita telah menularkan HIV melalui aktivitas beresikonya.

Namun, di dalam tubuhnya, virus telah menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Di sinilah HIV secara perlahan melumpuhkan sistem daya tahan tubuh penderita, dengan membunuh sel darah putih yang dinamakan CD 4 T cells.

Tahap Ketiga

Setelah HIV berhasil melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, kadar CD 4 T cells sudah menurun dan dapat berada di bawah nilai normal yaitu 200. Pada tahap inilah, pengidap dapat didiagnosa menderita AIDS. Penyakit AIDS ini kemudian akan membuat penderita sangat rentan terserang penyakit mematikan seperti kanker, TB, dan pneumonia.

Pada tahap ketiga muncul gejala yang makin parah di antaranya adalah:

- Demam lebih dari sepuluh hari

- Merasa lelah setiap saat

- Sulit bernapas

- Diare parah

- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan alat vital

- Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang

- Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastis

6 dari 6 halaman

Pencegahan HIV/AIDS

1. Hindari perilaku seksual yang berisiko

Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV. Baik pelaku maupun penerima seks anal berisiko untuk tertular HIV, namun penerima seks anal memiliki risiko tertular lebih tinggi. Karena itu disarankan untuk melakukan hubungan seks yang aman, serta gunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.

2. Jangan gunakan jarum bergantian

Pencegahan HIV/AIDS yang harus kamu perhatikan adalah jangan gunakan jarum secara bergantian. Selalu perhatikan penggunaan jarum yang steril jika kamu berniat untuk membuat tato atau pun tindik.

3. Menggunakan kondom

Pencegahan HIV selanjutnya adalah kamu harus ekstra hati-hati jika tahu bahwa pasangan memiliki HIV. HIV bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk ke dalam tubuh, juga melalui hubungan seksual.

Ketika berhubungan seksual, lindungi diri dengan alat pengaman ekstra untuk mencegah kemungkinan terjadinya alat pengaman/kondom yang robek dan lain sebagainya.

4. Perhatikan luka yang terbuka

Jika bekerja dengan pasien HIV, pastikan kamu melindungi diri dengan sangat hati-hati. Pencegahan HIV yang bisa kamu lakukan yaitu dengan menggunakan pakaian yang diwajibkan oleh rumah sakit dan hati-hati dengan segala luka terbuka yang dimiliki.

Terutama jika luka terbukamu akan bersentuhan atau terkena kontak dengan pasien HIV. Karena virus tersebut bisa menular melalui luka yang terbuka.

5. Lakukan vaksin

Pencegahan HIV yang kelima adalah melakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis B, serta melakukan tes secara teratur sangat baik untuk melindungi diri dari HIV.

6. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)

PrEP merupakan metode pencegahan HIV/AIDS dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV. Mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual, memiliki pasangan dengan HIV positif, menggunakan jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman.

Video Terkini