Liputan6.com, Jakarta Gejala HIV atau Human Immunodeficiency Virus perlu benar-benar dipahami. Virus HIV ini dapat menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV tidak akan naik kelas menjadi AIDS.Â
Baca Juga
Advertisement
Sampai sekarang obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderita dapat menjalani hidup dengan normal.
HIV dapat ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti pada cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. Namun, HIV tidak dapat tersebar melalui keringat atau urine karena HIV tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.
Virus HIV disebarkan melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi, hubungan seks bebas tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik bersama hingga alat pembuat tato. HIV juga dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan menyusui. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (20/10/2020) tentang gejala HIV.
Gejala HIV
Banyak penderita yang tak menyadari tertular HIV/AIDS karena gejala awalnya mirip dengan infeksi virus biasa. Selain itu gejala HIV AIDS berlangsung secara lambat hingga terlambat untuk dideteksi. Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap dengan masing-masing gejala.
Gejala HIV Tahap Pertama
Seseorang yang terinfeksi HIV pertama kali disebut juga dengan infeksi HIV akut, atau sindrom retrovirus akut. Gejala HIV akan muncul 2-6 minggu setelah terpapar virus. Gejala yang paling awal ini sulit dibedakan dengan infeksi virus biasa. Hal ini karena antibodi sudah mulai melawan HIV. Pada masa ini terjadi viremia, ketika kadar virus dalam darah penderitanya sangat tinggi sehingga dapat dengan mudah menularkannya pada orang lain.
Maka dari itu diperlukan pemeriksaan medis untuk memastikan infeksi virus yang sesungguhnya. Berikut beberapa Gejala HIV tahap pertama yang harus kamu waspadai:
Demam. Hampir seluruh kasus infeksi HIV tahap awal mengalami gejala ini. Suhu saat demam pun bervariasi mulai dari ringan sampai tinggi hingga 40 derajat Celsisus
Nyeri tenggorokan. Pasien infeksi HIV awal dapat mengeluhkan nyeri tenggorokan, terutama saat menelan. Pada pemeriksaan, sering kali tenggorokan juga tampak merah.
Nyeri otot dan sendi. Sebagaimana infeksi virus lainnya, mereka yang mengalami infeksi HIV juga akan merasakan nyeri sendi dan otot. Penderitanya biasa mengeluh pegal linu, mudah lelah, dan badan terasa lemas.
Sakit kepala. Infeksi HIV awal juga menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala. Keluhan ini dapat juga disertai keluhan nyeri di belakang mata, mata terasa pegal, dan perih.
Ruam kemerahan di kulit. Pada masa awal infeksi, dapat muncul ruam kemerahan di kulit terutama bagian punggung, dada, dan perut. Ruam tersebut umumnya tidak terasa gatal.
Pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi HIV membuat kelenjar getah bening membesar sehingga terasa seperti ada benjolan, terutama di bagian leher dan ketiak. Sebenarnya hal ini adalah bentuk respons tubuh terhadap infeksi.
Advertisement
Gejala HIV
Gejala HIV Tahap Kedua
Pada tahap kedua penderita tidak mengalami gejala apapun dalam jangka waktu yang lama. Pengidap HIV pada tahap ini akan merasa sehat dan baik-baik saja, bahkan tahap ini dapat berlangsung hingga 10 tahun bahkan lebih. Hal ini yang dapat mengecoh penderita sehingga bisa saja penderita telah menularkan HIV melalui aktivitas berisikonya.
Namun, di dalam tubuhnya, virus telah menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Disinilah HIV secara perlahan melumpuhkan sistem daya tahan tubuh penderita, dengan membunuh sel darah putih yang dinamakan CD 4 T cells.
Gejala HIV Tahap Ketiga
Setelah HIV berhasil melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, kadar CD 4 T cells sudah menurun dan dapat berada di bawah nilai normal yaitu 200. Pada tahap inilah, pengidap dapat didiagnosa menderita AIDS. Penyakit AIDS ini kemudian akan membuat penderita sangat rentan terserang penyakit mematikan seperti kanker, TB, dan pneumonia. Berikut beberapa gejala yang pelu kamu waspadai:
- Demam lebih dari sepuluh hari
- Merasa lelah setiap saat
- Sulit bernapas
- Diare parah
- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan alat vital
- Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
- Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastis
Penyebab HIV
Penyebab HIV di Indonesia umumnya terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular.
Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Namun, beberapa penyebab HIV antara lain:
- Hubungan seks tanpa kondom, baik sesama jenis kelamin maupun heteroseksual.
- Sering membuat tato atau melakukan tindik, dengan alat yang tidak steril.
- Berhubungan seksual dengan pasangan yang memiliki penyakit kelamin
- Suntikan Narkoba
- Berhubungan seksual dengan pengguna narkotika.
Advertisement
Pengobatan HIV
Walaupun obat HIV belum ada, namun pengobatan yang memperlambat perkembangan penyakit bisa dilakukan. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat.
Ada berbagai macam jenis obat HIV yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus. Apabila seseorang merasa atau mencurigai dirinya dalam rentang waktu 3x24 jam baru terinfeksi virus, dapat mengonsumsi obat anti HIV yang bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP). Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.
PEP harus segera dimulai, maksimal tiga hari setelah terpapar terhadap virus. Pengobatan memakai PEP berlangsung selama sebulan. Tidak ada jaminan bahwa pengobatan HIV akan berhasil.
Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat HIV yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. ARV akan memperlambat pertumbuhan virus. Seiring berjalannya waktu, HIV bisa menjadi kebal terhadap satu golongan ARV.
Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita. Begitu pengobatan HIV dimulai, obat tersebut harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, bisa dikonsultasikan untuk menggantinya ke kombinasi ARV lain.
Pengobatan HIV baru bisa berhasil jika pengidap mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.
Pencegahan HIV
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun demikian, infeksi dapat dicegah. Berikut beberapa cara mencegah HIV:
- Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks.
- Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
- Beri tahu pasangan bila kamu positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.
- Diskusikan kembali dengan dokter bila kamu didiagnosis positif HIV dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
- Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
Â
Â
Â