Sukses

Ciri dan Gejala Kelebihan Protein, Bisa Picu Masalah Serius

Kontrol asupan protein sewajarnya saja.

Liputan6.com, Jakarta Diet tinggi protein kini kian digemari. Mulai dari diet Atkins, keto, Caveman atau Paleo semua memungkinkan Anda mengonsumsi makanan tinggi protein. Bahkan sebagian besar atau seluruh diet nabati bisa tinggi protein.

Protein adalah bagian penting dari diet sehat. Ini membantu untuk membangun dan memperbaiki otot, organ, dan tulang. Diet tinggi protein juga terbukti membantu mengurangi lemak, menurunkan berat badan, meningkatkan rasa kenyang, atau perasaan kenyang, dan mempertahankan otot. Anjuran yang direkomendasikan rata-rata untuk protein dihitung menggunakan rasio 1 gram protein untuk setiap 1 kilogram berat badan seseorang.

Namun, diet tinggi protein juga telah dikaitkan dengan beberapa risiko yang penting untuk diperhatikan dan dipahami. Mengonsumsi sejumlah besar nutrisi untuk jangka waktu yang lama biasanya disertai dengan risiko, seperti halnya dengan protein. Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan risiko komplikasi kesehatan tertentu, menurut penelitian.

Ada beberapa ciri seseorang kelebihan asupan protein. Ciri dan gejala ini sekaligus membawa dampak buruk bagi kesehatan. Berikut ciri seseorang kelebihan protein yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (2/7/2019).

2 dari 6 halaman

Bau Mulut

Makan protein dalam jumlah besar dapat menyebabkan bau mulut, terutama jika membatasi asupan karbohidrat. Dalam sebuah penelitian, 40 persen peserta melaporkan bau mulut saat makan lebih banyak protein.

Ini mungkin sebagian karena tubuh masuk ke keadaan metabolisme yang disebut ketosis, yang menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau buah yang tidak menyenangkan.

Menyikat dan membersihkan mulit dengan benang tidak akan menghilangkan baunya. Anda dapat memperbanyak asupan air, menyikat gigi lebih sering, dan mengunyah permen karet untuk mengatasi beberapa efek ini.

3 dari 6 halaman

Masalah Pencernaan

Sembelit

Dalam studi yang sama, 44 persen partisipan melaporkan mengalami sembelit saat makan lebih banyak protein. Makanan tinggi protein yang membatasi karbohidrat biasanya rendah serat. Meningkatkan asupan air dan serat dapat membantu mencegah sembelit.

Diare

Makan terlalu banyak susu atau makanan olahan berprotein, ditambah dengan kekurangan serat, dapat menyebabkan diare. Ini terutama benar jika Anda tidak toleran laktosa atau mengonsumsi sumber protein seperti daging goreng, ikan, dan unggas.

Sebaliknya, makanlah protein yang menyehatkan jantung. Untuk menghindari diare, minumlah banyak air, hindari minuman berkafein, batasi makanan yang digoreng dan konsumsi lemak berlebih, dan tingkatkan asupan serat.

4 dari 6 halaman

Berat Badan Bertambah

Konsumsi makanan tinggi protein dapat mempromosikan penurunan berat badan, tetapi jenis penurunan berat badan ini mungkin hanya bersifat jangka pendek.

Kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino diekskresikan. Ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dari waktu ke waktu, terutama jika Anda mengonsumsi terlalu banyak kalori saat mencoba meningkatkan asupan protein.

Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa kenaikan berat badan secara signifikan dikaitkan dengan diet di mana protein menggantikan karbohidrat, tetapi tidak ketika itu menggantikan lemak.

5 dari 6 halaman

Dehidrasi

Tubuh akan mengeluarkan nitrogen berlebih dengan cairan dan air. Ini bisa membuat dehidrasi walaupun Anda mungkin tidak merasa lebih haus dari biasanya.

Sebuah penelitian kecil tahun 2002 yang melibatkan atlet menemukan bahwa ketika asupan protein meningkat, tingkat hidrasi menurun. Namun, sebuah penelitian tahun 2006 menyimpulkan bahwa mengonsumsi lebih banyak protein memiliki dampak minimal pada hidrasi.

Risiko atau efek ini dapat diminimalkan dengan meningkatkan asupan air, terutama jika Anda adalah orang yang aktif. Terlepas dari konsumsi protein, selalu penting untuk minum banyak air sepanjang hari.

6 dari 6 halaman

Komplikasi Akibat Kelebihan Protein

Kerusakan ginjal

Meskipun tidak ada penelitian besar yang menghubungkan asupan protein tinggi dengan kerusakan ginjal pada individu sehat, kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan pada orang dengan penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya.

Ini karena kelebihan nitrogen yang ditemukan dalam asam amino yang membentuk protein. Ginjal yang rusak harus bekerja lebih keras untuk menyingkirkan nitrogen tambahan dan produk sisa metabolisme protein.

Risiko kanker meningkat

Penelitian telah menunjukkan bahwa diet tinggi protein tertentu yang sangat tinggi protein berbasis daging merah terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker. Makan lebih banyak daging merah atau olahannya dikaitkan dengan kanker kolorektal, payudara, dan prostat.

Sebaliknya, mengonsumsi protein dari sumber lain telah dikaitkan dengan penurunan risiko kanker. Para ilmuwan percaya ini bisa disebabkan, sebagian, oleh hormon, senyawa karsinogenik, dan lemak yang ditemukan dalam daging.

Penyakit jantung

Mengonsumsi banyak daging merah dan makanan olahan susu berlemak sebagai bagian dari diet tinggi protein dapat menyebabkan penyakit jantung. Ini bisa terkait dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi. Menurut sebuah studi 2010, makan daging merah dalam jumlah besar dan produk susu berlemak tinggi terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita.

Sebuah studi 2018 juga menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjang daging merah dapat meningkatkan trimethylamine N-oxide (TMAO), bahan kimia yang dihasilkan usus yang terkait dengan penyakit jantung.

Kehilangan kalsium

Diet yang tinggi protein dan daging dapat menyebabkan kehilangan kalsium. Ini kadang-kadang dikaitkan dengan osteoporosis dan kesehatan tulang yang buruk. Sebuah tinjauan studi tahun 2013 menemukan hubungan antara tingkat konsumsi protein yang tinggi dan kesehatan tulang yang buruk.

 

Video Terkini