Liputan6.com, Jakarta Gejala buta warna sering kali tidak dikenali oleh penderita. Hal ini disebebkan karena kebanyakan penderita mengalami gejala ringan, sehingga tidak sadar bahwa mereka buta warna. Gejala buta warna sendiri dapat ringan maupun berat.
Buta warna sendiri merupakan kondisi ketika seseorang masih bisa melihat warna, namun tidak mampu membedakan warna-warna tersebut. Buta warna umumnya diwariskan dari orang tua dan lebih banyak ditemukan pada laki-laki (5–8%).Â
Baca Juga
Advertisement
Buta warna merupakan penyakit seumur hidup. Namun, penderita dapat melatih diri beradaptasi dengan kondisi ini, sehingga kegiatan sehari-hari tetap berjalan normal. Dokter akan memberikan metode penanganan sesuai dengan tipe buta warna yang diderita.
Jenis buta warna yang paling banyak ditemui adalah buta warna merah-hijau. Pada kasus ini, merah dan hijau terlihat sebagai warna yang sama, yaitu kecokelatan. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (3/10/2020) tentang gejala buta warna.
Gejala Buta Warna
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gejala buta warna bisa ringan ataupun berat. Banyak orang mengalami gejala ringan, sehingga tidak sadar bahwa ia mengalami buta warna. Gejala buta warna yang dirasakan tiap orang dapat berbeda, tergantung sel pigmen mana yang rusak atau tidak berfungsi.
Namun, gejala buta warna yang umumnya terjadi adalah:
- Sulit membedakan warna dan kecerahan warna.
- Sulit membedakan bayangan warna yang mirip, seperti merah dengan hijau atau biru dengan kuning.
Ada dua tipe gejala buta warna, yaitu buta warna merah-hijau dan buta warna biru-kuning. Buta warna merah hijau merupakan yang lebih umum terjadi. Buta warna merah-hijau ini biasanya membuat penderitanya melihat warna kuning dan hijau terlihat memerah, oranye, merah, dan kuning terlihat seperti hijau, merah terlihat seperti hitam, serta merah terlihat kuning kecokelatan, dan hijau terlihat seperti warna krem.
Sedangkan pada gejala buta warna biru-kuning, biasanya membuat penderitnya melihat biru terlihat kehijauan, serta sulit membedakan merah muda dengan kuning dan merah, biru terlihat seperti hijau, dan kuning terlihat seperti abu-abu atau ungu terang.
Selain gejala buta warna, orang yang tidak dapat membedakan warna sama sekali, atau semua warna terlihat abu-abu, disebut dengan akromatopsia. Kondisi ini sangat jarang, dan biasanya berhubungan dengan ambliopia (mata malas), nistagmus (gerakan mata cepat dan tidak disadari), sensitif terhadap cahaya, dan buruknya ketajaman penglihatan.
Advertisement
Penyebab Buta Warna
Setelah mengenali berbagai gejala buta warna, kamu juga perlu memahami penyebabnya. Proses melihat warna dimulai dari kemampuan mata dalam membedakan tiga warna utama, yaitu merah, hijau, dan biru.
Mata memiliki sel-sel saraf khusus mengandung pigmen yang bereaksi terhadap warna dan cahaya. Sel ini memiliki tiga pigmen yang berfungsi mendeteksi warna merah, hijau, dan biru. Pada penderita buta warna, sel pigmen tersebut mengalami kerusakan atau tidak berfungsi, sehingga mata tidak dapat mendeteksi warna-warna tertentu atau bahkan seluruh warna.
Kebanyakan kasus buta warna merupakan kelainan kongenital (bawaan lahir), yang biasanya diturunkan dari ibu ke anak laki-laki. Kelainan ini dapat ringan hingga berat, dialami oleh kedua mata, dan tingkat keparahannya tidak akan berubah seiring usia.
Penyebab buta warna lainnya adalah adanya gangguan pada retina atau saraf mata akibat cedera, efek samping obat-obatan, kelainan metabolik atau pembuluh darah. Buta warna jenis ini biasanya hanya terjadi di satu mata, dan cenderung memburuk seiring berjalannya waktu.
Berikut beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan mengalami buta warna:
- Jenis kelamin pria. Peluang mengalami buta warna kongenital lebih tinggi pada pria daripada wanita, yaitu sebanyak 1 dari 10 pria.
- Bertambahnya Usia. Kemampuan melihat dan membedakan warna perlahan-lahan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia.
- Penyakit Tertentu. Beberapa penyakit yang dapat menurunkan kemampuan melihat warna, yaitu anemia sel sabut, diabetes, degenerasi makular, penyakit alzheimer, glaukoma, penyakit parkinson, alkoholisme, dan leukemia.
- Obat-obatan. Obat-obatan yang ditujukan untuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, reumatoid artritis, disfungsi ereksi, infeksi, gangguan saraf dan psikologis dapat menurunkan kemampuan melihat dan membedakan warna.
- Zat kimia. Kemampuan melihat dan membedakan warna dapat menghilang akibat terpapar zat kimia, seperti karbon disulfida dan penyubur kimia.
Pencegahan Buta Warna
Belum ada anjuran khusus untuk mencegah buta warna. Namun kamu dapat menjalani tes Ishihara, baik di rumah maupun dengan dokter, jika terdapat riwayat buta warna dalam keluarga, atau curiga mengalami buta warna.
Dalam prosesnya, dokter akan meminta pasien mengenali angka atau huruf yang tertera secara samar pada gambar berupa titik-titik berwarna. Khusus untuk anak, pemeriksaan mata dan tes buta warna perlu dilakukan sebelum memasuki usia sekolah.
Advertisement
Penanganan Buta Warna
Belum ada metode pengobatan yang dapat mengembalikan kemampuan pasien melihat warna sepenuhnya. Namun, penderita buta warna dapat melatih diri agar terbiasa dengan buta warna yang diderita. Caranya tentunya dengan beradaptasi dalam kegiatan sehari-hari, seperti:
- Meminta bantuan kerabat atau keluarga saat mengalami situasi sulit yang berhubungan dengan warna, seperti ketika mencocokkan warna pakaian yang digunakan atau melihat apakah daging yang dimasak telah matang.
- Menggunakan lampu yang terang di rumah agar membantu memperjelas warna yang ada.
- Menggunakan teknologi pendukung yang tersedia, seperti aplikasi khusus yang dapat mendeteksi dan memberi tahu warna pada suatu objek.
- Menggunakan lensa mata khusus. Lensa khusus ini dapat membantu pasien dalam mendeteksi warna tertentu. Namun, lensa ini tidak selalu cocok dan bekerja efektif di tiap orang.
- Kemampuan membedakan warna pada buta warna yang didapat akibat penyakit atau obat-obatan tertentu, akan membaik jika penyebabnya adalah obat-obatan.
Selalu berkonsultasi dengan dokter jika kamu mengalami buta warna. Berbagai upaya bisa kamu temukan dengan dokter terkait dengan pengaruh buta warna terhadap kegiatan sehari-hari.