Sukses

Gejala Biduran dan Penyebabnya, Serta Cara Mengatasinya yang Tepat

Pentingnya mengetahui penyebab dan gejala biduran.

Liputan6.com, Jakarta Penyebab biduran pada umumnya adalah reaksi alergi terhadap suatu benda atau zat tertentu, yang mengakibatkan sistem imun tubuh mengeluarkan zat histamin. Zat histamin inilah yang kemudian menyebabkan timbulnya berbagai gejala biduran. Biduran, yang juga dikenal sebagai kaligata atau urtikaria, merupakan reaksi pada kulit yang sering ditandai dengan munculnya bentol berwarna kemerahan yang disertai dengan rasa gatal yang intens.

Gejala biduran dapat muncul di seluruh bagian tubuh secara tiba-tiba, dan seringkali dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan bagi penderitanya. Penting untuk memahami bahwa gejala biduran dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Selain munculnya bentol berwarna kemerahan dan rasa gatal yang kuat, gejala biduran juga dapat mencakup pembengkakan pada kulit, sensasi terbakar, dan bahkan kesulitan bernapas jika reaksi alergi yang mendasari sangat parah.

Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang penyebab biduran dan gejala biduran menjadi kunci dalam mengenali dan mengelola kondisi ini dengan efektif. Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber penyebab biduran dan gejala biduran, beserta dengan tata cara mengatasinya, pada Senin (22/4).

2 dari 6 halaman

Mengenal Biduran

Kaligata, yang juga dikenal sebagai biduran atau urtikaria dalam konteks medis, adalah suatu kondisi di mana kulit mengalami ruam yang menonjol dan bersifat gatal, muncul baik pada satu bagian tubuh maupun menyebar ke area yang lebih luas. Meskipun tidak mengancam jiwa, namun biduran dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan karena sensasi gatal yang terus-menerus, terutama saat tidur atau sepanjang hari.

Kondisi ini umumnya lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria, dan dapat mempengaruhi pasien dari segala usia. Biduran dapat terjadi dalam dua bentuk utama: biduran akut dan biduran kronis. Biduran akut, atau yang juga dikenal sebagai urtikaria jangka pendek, terjadi pada sekitar satu dari lima orang pada suatu waktu dalam hidupnya dan dapat muncul hanya sekali dalam seumur hidup.

Sementara itu, biduran kronis, atau urtikaria jangka panjang, lebih jarang terjadi namun dapat menjadi masalah yang menetap. Biasanya, urtikaria lebih umum terjadi pada anak-anak, wanita di usia 30 hingga 60 tahun, serta pada individu yang memiliki riwayat alergi dengan gejala gatal-gatal.

Pentingnya mengenali jenis-jenis biduran dan karakteristiknya adalah agar dapat melakukan pengelolaan yang tepat sesuai dengan kondisi yang dialami. Hal ini meliputi upaya untuk mengidentifikasi pemicu biduran, menghindari faktor-faktor pemicu tersebut, serta memperlakukan gejalanya dengan tepat guna meminimalkan ketidaknyamanan yang mungkin timbul.

3 dari 6 halaman

Penyebab Biduran

Penyebab biduran terjadi saat terpapar oleh reaksi alergi, bahan-bahan kimia pada makanan, sengatan serangga, paparan sinar matahari, atau obat-obatan. Hal-hal tersebut menyebabkan tubuh untuk mengeluarkan senyawa kimia yang disebut histamin.

Histamin ini akan menyebabkan pelepasan plasma dalam darah, sehingga memicu terjadinya rasa gatal dan pembengkakan jaringan di sekitarnya. Histamin dan zat kimia lain yang masuk ke dalam aliran darah inilah yang dapat menjadi penyebab biduran. Berikut beberapa penyebab biduran secara umum:

1. Alergi Makanan. Penyebab biduran bisa terjadi karena alergi makanan tertentu seperti telur, kerang, kacang tanah, atau buah beri. Bentol merah akibat biduran bisa langsung muncul sesaat setelah seseorang makan makanan pemicu alergi, namun ada juga yang memerlukan waktu beberapa jam sebelum muncul gejala. Selain itu, biduran juga dapat dipicu oleh beberapa bahan makanan tambahan, termasuk pewarna buatan dan pengawet.

2. Reaksi Terhadap Suhu. Penyebab biduran berikutnya adalah paparan sinar matahari, suhu dingin, atau angin kencang. Hal ini lebih berkaitan kepada kondisi kulit yang sangat sensitif dengan berbagai cuaca di luar ruangan. Selain dengan menghindari pemicu gatal, dokter mungkin akan meresepkan antihistamin untuk mengobati biduran akibat perubahan cuaca atau suhu.

3. Penyakit Tertentu. Biduran ternyata bukan sekadar rasa gatal dan bentol-bentol di kulit. Penyebab kaligata atau biduran juga bisa menandakan adanya masalah kesehatan pada tubuh. Pasien dengan penyakit lupus, limfoma, penyakit tiroid, hepatitis, maupun HIV sama-sama memiliki gejala gatal-gatal mirip biduran. Namun, jenis bidurannya tergolong kronis sehingga dapat diatasi dengan bantuan obat-obatan.

Selain itu, menurut American Osteopathic College of Dermatology, 50 persen kasus urtikaria kronis disebabkan oleh penyakit autoimun, yaitu saat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Penyakit tiroid merupakan salah satu penyakit autoimun yang paling sering dilaporkan oleh penderita biduran kronis, selanjutnya diikuti oleh keluhan rematik dan diabetes tipe 1.

4. Keringat Setelah Olahraga. Bagi beberapa orang, kenaikan suhu tubuh atau keringat setelah olahraga dapat menjadi salah satu penyebab biduran. Saat berkeringat, tubuh memproduksi asetilkolin, yaitu bahan kimia yang menghambat pemecahan sel. Asetilkolin ini dapat mengganggu perkembangan sel-sel kulit sehingga kulit menjadi iritasi dan memicu ruam.

5. Alergi Debu. Masih terkait alergi, salah satu penyebab biduran yang mungkin jarang disadari adalah alergi debu. Alergi terhadap tungau debu rumah juga bisa menjadi penyebab kaligata atau biduran. Tumpukan debu yang terkumpul di sudut-sudut rumah menyediakan tempat tinggal yang nyaman bagi tungau. Tungau juga hidup dari sel-sel kulit mati yang kamu lepaskan setiap hari, maka dari itu, salah satu area favorit mereka adalah kasur, spreai, sela-sela jahitan pinggir kasur, bantal, bahkan di koleksi boneka anak.

6. Stres. Penelitian menunjukkan bahwa stres merupakan biang keladi dari berbagai penyakit fisik dan mental, termasuk menjadi penyebab kaligata atau biduran ini. Stres berlebihan dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga lebih rentan terkena masalah kulit yaitu biduran.

Stres dan amarah dapat membuat tubuh melepaskan histamin. Akibatnya, tubuh memberikan respon peradangan dengan memunculkan bentol merah seperti biduran. Dokter mungkin akan menyarankan resep antihistamin untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan. Kamu juga bisa mengendalikan stres dengan beberapa cara seperti berolahraga, latihan pernapasan, atau meditasi.

4 dari 6 halaman

Gejala Biduran

Kaligata, juga dikenal sebagai biduran atau urtikaria, memiliki gejala utama yang mencakup munculnya bentol pada kulit dengan warna kemerahan yang disertai rasa gatal. Bentol ini dapat bervariasi ukurannya dan dapat muncul di seluruh bagian tubuh, menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Gejala biduran dapat semakin parah jika terjadi stres atau paparan suhu panas yang tinggi.

Selain gejala utama tersebut, ada beberapa gejala tambahan yang dapat terjadi pada individu yang mengalami biduran:

  • Pembengkakan: Terutama terjadi pada bibir, kelopak mata, dan tenggorokan. Pembengkakan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang lebih lanjut dan bahkan kesulitan dalam bernapas atau menelan.
  • Reaksi Anafilaksis: Ini adalah reaksi alergi yang serius dan berpotensi mengancam nyawa. Gejalanya meliputi pusing, mual, keringat dingin, dan sesak napas. Reaksi anafilaksis memerlukan penanganan medis segera dan merupakan kondisi darurat.

Walaupun dalam banyak kasus, biduran dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa jam atau hari, ada situasi di mana kondisi ini perlu perhatian medis lebih lanjut. Jika gejala biduran tidak kunjung membaik setelah beberapa hari, disertai dengan pembengkakan yang parah, demam saat muncul biduran, atau jika biduran terus menyebar dan mengganggu aktivitas sehari-hari, segera berkonsultasi dengan dokter adalah langkah yang bijak.

Mengetahui gejala-gejala biduran dengan lebih mendalam dapat membantu seseorang mengambil tindakan yang tepat dan menghindari komplikasi yang mungkin terjadi. Selalu penting untuk memperhatikan reaksi tubuh dan meresponsnya dengan cepat, terutama dalam kondisi seperti biduran yang dapat memberikan gejala yang bervariasi dan kadang-kadang serius.

 

5 dari 6 halaman

Cara Mengatasi Biduran di Rumah

Setelah memahami penyebab dan gejala biduran, penting juga untuk mengetahui cara mengatasi kondisi ini. Sebagian besar kasus biduran tidak memerlukan pengobatan khusus karena seringkali bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, dalam beberapa situasi di mana gejala biduran lebih parah atau berulang, pengobatan mungkin diperlukan.

Pengobatan biduran biasanya disesuaikan dengan faktor penyebab biduran dan tingkat keparahan gejalanya. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu meredakan gejala biduran, antara lain:

  • Hindari Menggaruk: Menggaruk bagian kulit yang terkena biduran dapat memperparah iritasi dan memicu penyebaran ruam. Lebih baik hindari menggaruk dan fokus pada upaya meredakan gatal dengan cara lain.
  • Pilih Pakaian yang Nyaman: Gunakan pakaian yang longgar dan ringan untuk mengurangi gesekan pada kulit dan memberikan sirkulasi udara yang baik.Gunakan Sabun Lembut: Pilih sabun yang mengandung bahan-bahan lembut dan hindari yang mengandung bahan kimia keras atau pewangi yang dapat memicu reaksi kulit.
  • Oleskan Krim Pelembap: Gunakan krim pelembap atau penyejuk pada area kulit yang terkena biduran untuk membantu mengurangi iritasi dan meredakan gatal.
  • Hindari Pemicu Biduran: Coba hindari faktor-faktor pemicu biduran seperti makanan tertentu, minuman beralkohol, obat-obatan tertentu, stres berlebihan, serta lingkungan dengan suhu ekstrem (panas atau dingin).
  • Catat Aktivitas dan Makanan: Catat setiap aktivitas yang dilakukan dan makanan yang dikonsumsi sebelum munculnya biduran. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi pemicu biduran dan menghindarinya di masa mendatang.

Selain pengobatan di rumah, penggunaan obat-obatan juga dapat membantu mengatasi biduran, terutama dalam kasus yang lebih parah. Jenis obat yang digunakan dapat mencakup antihistamin untuk mengurangi reaksi alergi, kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada kulit, krim antidepresan untuk meredakan gatal, serta obat-obatan lain seperti agonis reseptor leukotriene, omaluzimab, atau ciclosporin dalam kasus yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut. Penting untuk mendiskusikan penggunaan obat-obatan dengan dokter untuk memastikan pengobatan yang aman dan efektif sesuai dengan kondisi masing-masing individu.

6 dari 6 halaman

Cara Mencegah Biduran

Untuk mencegah biduran, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya reaksi kulit yang tidak diinginkan. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah biduran:

  • Identifikasi Pemicu: Salah satu langkah pencegahan yang paling penting adalah mengidentifikasi pemicu biduran yang dapat berbeda untuk setiap individu. Catat dan perhatikan pola-pola yang mungkin terkait dengan munculnya biduran, seperti makanan tertentu, obat-obatan, stres, suhu ekstrem, atau paparan alergen lainnya.
  • Hindari Pemicu: Setelah mengidentifikasi pemicu-pemicu tersebut, usahakan untuk menghindari atau membatasi kontak dengan faktor-faktor pemicu biduran sesuai dengan kemampuan. Misalnya, hindari makanan yang diketahui memicu alergi, gunakan pakaian yang nyaman dan sesuai dengan cuaca, hindari stres berlebihan, serta hindari obat-obatan yang memicu reaksi alergi.
  • Gunakan Produk Kesehatan yang Aman: Pastikan untuk menggunakan produk kesehatan, kosmetik, dan bahan-bahan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan kulit dan tidak menyebabkan reaksi alergi atau iritasi. Pilihlah produk yang mengandung bahan-bahan alami dan bebas dari bahan kimia keras atau pewangi yang dapat memicu biduran.
  • Jaga Kebersihan Kulit: Menjaga kebersihan kulit dengan rajin mandi menggunakan sabun yang lembut dan membersihkan tubuh secara teratur dapat membantu mengurangi risiko iritasi kulit yang dapat menyebabkan biduran.
  • Gunakan Krim Pelembap: Penggunaan krim pelembap secara teratur dapat membantu menjaga kelembapan kulit dan mengurangi risiko iritasi serta munculnya ruam.
  • Hindari Paparan Suhu Ekstrem: Upayakan untuk menghindari paparan suhu ekstrem, baik itu suhu panas maupun dingin yang dapat memicu reaksi kulit sensitif.
  • Jaga Kesehatan Umum: Memelihara kesehatan umum seperti pola makan sehat, olahraga secara teratur, mengelola stres, dan menjaga berat badan dapat membantu meningkatkan kesehatan kulit secara keseluruhan dan mengurangi risiko terjadinya biduran.
  • Konsultasi dengan Dokter: Jika Anda memiliki riwayat alergi atau gejala kulit yang sering kambuh, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kulit untuk evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang sesuai. Dokter dapat memberikan saran dan rekomendasi yang tepat untuk mencegah biduran dan merawat kulit secara optimal.