Sukses

Negara Agraris adalah Negara Pertanian, Ketahui Perkembangan dan Potensinya

Negara agraris adalah salah satu julukan untuk Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Negara agraris adalah salah satu julukan untuk Indonesia. Indonesia dikenal dengan kekayaan keanekaragaman hayati. Keragaman ini dimanfaatkan masyarakat untuk berdaya dalam kehidupannya.

Ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara agraris terbesar di dunia. Indonesia sebagai negara agraris adalah bukti bahwa negara ini adalah negara subur dengan sumber daya alam melimpah. Negara agraris adalah penopang kebutuhan pangan masyarakat.

Melalui negara agraris ini, stok pangan dapat terpenuhi. Negara agraris adalah negara yang mengutamakan sektor pertaniannya. Tulang punggung dari negara agraris adalah aktivitas pertanian.

Di dunia, negara agraris adalah negara yang memiliki peran penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan. Berikut pengertian tentang negara agraris, dirangkun Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (4/10/2021).

2 dari 6 halaman

Pengertian negara agraris

Menurut KBBI, agraris artinya mengenai pertanian atau tanah pertanian, mengenai pertanian atau cara hidup petani, atau bersifat pertanian. Negara agraris adalah negara yang memiliki sektor pertanian besar. Negara agraris menjadikan pertanian sebagai penopang kehidupannya.

Singkatnya, negara agraris adalah negara yang setiap perekonomianya didasarkan pada memproduksi dan mempertahankan tanaman dan lahan pertanian. Cara lain untuk mendefinisikan masyarakat agraris adalah dengan melihat berapa banyak dari total produksi suatu negara di bidang pertanian.

Masyarakat di negara agraris adalah masyarakat yang menekankan pentingnya pertanian. Mereka telah menjadi bentuk paling umum dari organisasi sosial-ekonomi untuk sebagian besar catatan sejarah manusia.

3 dari 6 halaman

Perkembangan masyarakat agraris

Masyarakat agraris telah ada di berbagai belahan dunia sejak 10.000 tahun yang lalu dan terus ada hingga saat ini hingga menjadi bentuk negara, bangsa, atau komunitas. Masyarakat agraris didahului oleh pemburu dan pengumpul dan masyarakat hortikultura dan transisi ke masyarakat industri.

Hortikultura dan pertanian sebagai jenis subsisten berkembang di antara manusia di suatu tempat antara 10.000 dan 8.000 tahun yang lalu di wilayah Bulan Sabit Subur di Timur Tengah. Selain munculnya pertanian di Bulan Sabit Subur, pertanian muncul di: setidaknya 6.800 SM di Asia Timur (beras) dan, kemudian, di Amerika Tengah dan Selatan (jagung dan labu).

Selain munculnya pertanian di Bulan Sabit Subur, pertanian muncul di: setidaknya 6.800 SM di Asia Timur (beras) dan, kemudian, di Amerika Tengah dan Selatan.

Pertanian memungkinkan kepadatan populasi yang jauh lebih besar daripada yang dapat didukung oleh perburuan dan pengumpulan dan memungkinkan akumulasi kelebihan produk untuk disimpan untuk penggunaan musim dingin atau untuk dijual demi keuntungan.

Kemampuan petani untuk memberi makan sejumlah besar orang yang kegiatannya tidak ada hubungannya dengan produksi material adalah faktor penting dalam munculnya surplus, spesialisasi, teknologi maju, struktur sosial hierarkis, ketidaksetaraan, dan pasukan tetap. Masyarakat agraris dengan demikian mendukung munculnya struktur sosial yang lebih kompleks.

Sampai beberapa dekade terakhir, transisi ke pertanian dipandang sebagai sesuatu yang progresif secara inheren. Orang-orang belajar bahwa menanam benih menyebabkan tanaman tumbuh, dan sumber makanan baru yang ditingkatkan ini menyebabkan populasi yang lebih besar, pertanian menetap dan kehidupan kota, lebih banyak waktu luang dan spesialisasi.

Antara Revolusi Pertanian dan Revolusi Industri abad kedelapan belas dan kesembilan belas, ekonomi agraris tidak berubah secara signifikan, meskipun masyarakat agraris menjadi lebih terhubung satu sama lain dan meningkatkan perdagangan.

4 dari 6 halaman

Contoh hasil pertanian di negara agraris

Contoh hasil pertanian di negara agraris adalah:

Biji-bijian

- Padi

- Sorgum

- Jagung

- Gandum

- Jelai

Kacang-kacangan

- Kacang tanah

- Kacang kedelai

- Kacang hijau

- Kacang mete

Umbi-umbian

- Ubi kayu

- Ubi jalar

- Kentang

- Wortel

Hasil perkebunan

- Cokelat

- Tebu

- Karet

- Teh

- Kopi

- Lada

- Sagu

Hortikultura

- Sayuran

- Bawang

- Buah-buahan

- Tanaman obat

5 dari 6 halaman

Indonesia sebagai negara agraris

Indonesia merupakan negara agraris terbukti dengan luasnya sektor pertanian yang dimiliki. Menurut data Kementerian Pertanian, per 2018 Indonesia memproduksi 83,037 juta ton padi dengan luas pertanian 15,995 juta Ha.

Sementara di kelompok palawija yang terdiri dari jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar, Indonesia juga termasuk unggul. Pada 2018, produksi jagung di Indonesia mencapai 30,056 juta ton dengan luas lahan pertanian mencapai 5,734 juta Ha.

Masih pada data di tahun yang sama, produksi kedelai mencapai 983 juta ton, dengan luas lahan 680 juta Ha. Produksi kacang tanah 512 juta ton, dengan luas 373 juta Ha. Kacang hijau 235 juta ton dengan luas lahan 198 juta Ha. Ubi kayu 19,341 juta ton dengan luas lahan mencapai 793 juta Ha. Dan ubi jalar mencapai 2,029 juta ton dengan luas lahan 111 juta Ha.

Sektor pertanian merupakan kekuatan negara untuk mencukupi kebutuhan pangan dan memperoleh keuntungan dari hasil ekspornya. Meski dikenal sebagai negara agraris, masih banyak masalah yang dihadapi Indonesia di sektor pertanian. Masalah ini meliputi tingginya angka impor hasil pertanian, keterbatasan teknologi dan modal, alih fungsi lahan, dan tingginya harga produksi.

6 dari 6 halaman

Negara agraris selain Indonesia

Berikut negara-negara agraris selain Indonesia:

- Thailand

- Filipina

- India

-Brazil

- Tiongkok

- Vietnam

- Afrika

- Amerika Serikat

- Australia

- Jepang

- Rusia

- Meksiko

- Perancis

- Jerman