Liputan6.com, Jakarta Macam ibadah dalam agama islam ternyata ada banyak. Ibadah merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Â Selain itu, ibadah juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang diberikan-Nya.
Dalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam oleh Ustaz Isnan Anshory Lc, secara bahasa ibadah berasal dari bahasa Arab al-ibadah. Kata tersebut merupakan pola mashdar dari kata kerja ‘abada-ya’budu yang bermakna ketaatan.
Secara umum, selama ini kita hanya mengetahui macam ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji. Ternyata dalam islam masih banyak macam ibadah yang dikelompokkan berdasarkan bentuk dan sifatnya.
Advertisement
Berikut ini penjalasan mengenai macam ibadah berdasarkan bentuk dan sifatnya, yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum’at (22/10/2021).
Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut para ulama fikih, ibadah merupakan bentuk pekerjaan yang bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat. Secara bahasa, ibadah berasal dari kata 'abd yang artinya hamba.
Allah SWT mengutus rasul-Nya untuk mengajak manusia agar menyembah Allah SWT. Perintah untuk beribadah termaktub dengan jelas dalam Al Quran. Salah satunya pada surat Al Anbiya ayat 25:
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku." (QS. Al Anbiya: 25)
Dalam syariah Islam, ibadah yang merupakan ketundukan atau ketaatan seorang hamba secara khusus kepada Allah diklasifikasikan menjadi beberapa macam ibadah. Di antaranya berdasarkan jenis perbuatan hamba, kualitasnya, keberadaan 'illah di dalamnya, dan berdasarkan ruang lingkupnya serta berdasarkan hukum syariahnya.
Advertisement
Macam-macam Ibadah dan Keluasan Cakupannya
Berikut ini macam ibadah dan keluasan cakupannya yng perlu Anda ketahui.
1. Berdasarkan pelaksanaannya, ibadah digolongkan menjadi tiga, sebagai berikut:
a. Macam ibadah jasmaniah dan rohaniah (jasmani dan rohani). Contohnya: sholat dan puasa.
b. Macam ibadah rohaniah dan maliyah (rohani dan harta). Contonya: zakat.
c. Macam ibadah jasmaniah, rohaniah, dan maliyah (jasmani, rohani, dan harta). Contohnya: ibadah haji.
2. Sedangkan, dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi lima, sebagai berikut:
a. Macam ibadah dalam bentuk perkataan/ lisan. Contohnya: zikir, doa, dan baca Al Quran.
b. Macam ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya. Contohnya: membantu atau menolong orang lain.
c. Macam ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan bentuknya. Contohnya: sholat, puasa, zakat, ibadah haji.
d. Macam ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri. Contohnya: puasa, iktikaf, dan ihram.
e. Macam ibadah yang berbentuk menggugurkan hak. Contohnya: memaafkan kesalahan orang lain dan membebaskan hutang seseorang.
3. Secara umum, konsep ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah atau sering disebut muamalah. Ibadah mahdhah adalah macam ibadah yang telah ditentukan dan menjadi syariat bagi umat Islam. Dalam kata lain, ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan secara vertikal. Ibadah sholat, zakat, puasa, dan haji dinamakan ibadah mahdhah. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah atau umum atau muamalah, merupakan segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Ibadah ini juga dilakukan antar sesama manusia atau hubungan horizontal. Ibadah ghairu mahdhah contohnya silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, menolong orang, dan perbuatan baik lainnya.
Syarat Diterimanya Ibadah
Supaya bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dalam hal ini ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat, yaitu:
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
2. Sesuai dengan tuntunan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa-llah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Seperti sabda Allah SWT dalam surat Al Baqarah 2:112, yaitu:
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [Al-Baqarah/2: 112]
Advertisement
Ibadah yang Paling Utama di Mata Allah SWT
Dalam ajaran Islam, ada jenis ibadah yang paling utama di mata Allah SWT. Rasulullah SAW menjelaskan ibadah ini dalam hadits yang diceritakan sahabatnya Abdullah Ibnu Mas'ud RA. Ini hadisnya:
Artinya: "Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , 'Amalan apakah yang paling dicintai Allah?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Shalat pada waktunya." Aku (Abdullah bin Mas'ud) mengatakan, 'Kemudian apa lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Berbakti kepada dua orang tua." Aku bertanya lagi, 'Lalu apa lagi?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jihad di jalan Allâh." (HR Bukhari).
Pentingnya sholat tepat waktu kembali ditegaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya, yang diceritakan Anas bin Malik RA. Hadits ini dikutip dari buku Yang Disenangi Nabi SAW dan yang Tak Disukai karya Adnan Tharsyah. Berikut hadisnya:
Artinya: "Telah dijadikan bumi untukku sebagai tempat bersujud dan bersuci. Maka barangsiapa dari umatku yang mengetahui datangnya waktu sholat, hendaklah dia segera sholat." (HR Bukhari).