Sukses

Skeptis adalah Sikap Meragukan Kebenaran Sesuatu, Pahami juga Skeptisisme

Skeptis adalah sikap kurang percaya atau meragukan sesuatu.

Liputan6.com, Jakarta Skeptis adalah sikap kurang percaya atau meragukan sesuatu. Seseorang yang memiliki sikap skeptis akan meragukan apa yang diterima dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu.  Istilah skeptis ini mungkin sudah tidak jarang lagi kamu dengar. 

Skeptis adalah sikap yang mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu karena keyakinan bahwa segala sesuatu tersebut bersifat tidak pasti. Sikap skeptis memperlihatkan bahwa ada pengetahuan yang diduga sebagai keyakinan atau dogma belaka.

Sikap skeptis ini sering kali dikaitkan sebagai sikap negatif, padahal sebenarnya tidak selalu berlaku begitu. Pada pelaksanaannya, skeptisisme mempertanyakan sesuatu dengan cara menyampaikan argumen yang terstruktur untuk menimbulkan keraguan agar mendapatkan penjelasan yang akurat dan memadai.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (28/1/2022) tentang skeptis

2 dari 5 halaman

Makna Skeptis Secara Umum

Skeptis adalah asal kata skeptisisme, yaitu aliran (paham) yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). Secara etimologis, skeptisisme berasal dari bahasa Yunani skeptomai yang berarti 'untuk melihat sekitar' atau 'untuk mempertimbangkan'. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skeptis adalah kurang percaya atau ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya).

Secara umum, skeptis adalah sikap mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu karena adanya keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat tidak pasti.  Skeptis adalah sikap yang tidak harus dipahami sebagai sikap negatif yang langsung meragukan sesuatu dan tidak memercayai keberadaan pengetahuan. Pasalnya, pada pelaksanaannya, skeptisisme mempertanyakan sesuatu dengan cara menyampaikan argumen yang terstruktur untuk menimbulkan keraguan agar mendapatkan penjelasan yang akurat dan memadai.

Menurut Tom Friedman dari New York Times, skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Hal ini tentunya sangat baik, karena seorang yang skeptis adalah orang yang selalu mengecek betul kebenaran dari sebuah informasi yang diterimanya.

Skeptis adalah sifat yang dapat diartikan sebagai sikap keraguan atau kecenderungan untuk tidak percaya, baik secara umum maupun terhadap objek tertentu. Skeptisisme juga dapat disebut sebagai doktrin bahwa pengetahuan bukan hal yang pasti, sebuah metode penilaian yang ditangguhkan, keraguan yang terstruktur, atau karakteristik dari kritik skeptis. 

3 dari 5 halaman

Makna Skeptis Ditinjau dari Berbagai Bidang Ilmu

Ilmu Psikologi

Dalam ilmu psikologi, skeptis adalah suatu sikap kecenderungan untuk meragukan pendapat orang lain. Orang lain yang berinteraksi langsung dengannya akan dipandang sebelah mata dan tak memiliki kemampuan kognitif yang sama. Akibatnya, pertentangan pun seringkali terjadi. Tak jarang, sikap skeptis akan berubah dari pertentangan menjadi konflik jika tak kunjung menemukan persamaan sudut pandang dan resolusi yang tepat.

Ilmu Sosiologi

Dalam sosiologi, skeptis adalah hasil pemahaman kognitif seorang individu yang berbeda dari orang lain. Hal ini dapat terjadi lantaran pengaruh dari banyak faktor seperti intensitas komunikasi dengan orang lain, lingkungan keluarga, dan lain sebagainya. Sikap ragu terhadap pandangan orang lain ini pun juga akan berpengaruh terhadap bentuk interaksi yang hendak dilakukan individu.

Ilmu Filsafat

Dalam ilmu filsafat, skeptis adalah suatu sikap meragukan sesuatu informasi ataupun pengetahuan yang telah diwariskan kepada umat manusia selama ini. Berbagai ilmu yang tertulis di masa lampau dianggap bukan sesuatu hal yang pasti. Maka dari itu, dibutuhkan diskursus untuk menyempurnakan pengetahuan yang telah diwariskan dari generasi umat manusia di masa lalu. Pemikiran ini bermula dari adanya beberapa tokoh filsafat klasik seperti Socrates hingga Plato yang merenungkan pengetahuan dan informasi.

4 dari 5 halaman

Mengenal Skeptisisme

Secara formal, skeptisisme merupakan topik yang menarik dalam filsafat, khususnya epistemologi. Dalam filsafat, skeptisisme dapat merujuk pada metode penyelidikan yang menekankan pengawasan kritis, kehati-hatian, dan ketelitian intelektual; metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui keraguan terstruktur dan pengujian terus-menerus; dan seperangkat tuntutan mengenai keterbatasan pengetahuan manusia dan tanggapan yang tepat untuk keterbatasan tersebut.

Skeptisisme dapat digolongkan berdasarkan tingkat keraguannya. Dalam filsafat, setidaknya ada tiga pemetaan skeptisisme. 

Pertama, skeptisisme yang diperkenalkan oleh Aristoteles, yaitu sikap menunda putusan penilaian dan mempertanyakan semua dugaan dan simpulan, sehingga orang terpaksa menjustifikasi dirinya dengan analisis yang kritis. 

Kedua, skeptisisme yang diperkenalkan dalam fenomenalisme Immanuel Kant, bahwa pengetahuan hanya terkait dengan pengalaman atau fenomena, dan pikiran manusia tidak mampu mengetahui sumber atau landasan dari pengalaman. 

Ketiga, skeptisisme yang dipelopori oleh Gorgias dari kelompok sofis Yunani, yaitu mustahil mencapai pengetahuan, dan pencarian kebenaran merupakan hal yang sia-sia.

Sikap skeptis adalah sebuah pendirian di dalam epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menyangsikan kenyataan yang diketahui, baik ciri-cirinya maupun eksistensinya. Penganut skeptisisme sudah ada sejak zaman Yunani kuno, tetapi di dalam filsafat modern, Rene Descartes adalah perintis sikap ini dalam metode ilmiah. Kesangsian descartes dalam metode kesangsiannya adalah sebuah sikap skeptis, tetapi skeptisisme macam itu bersifat metodis, karena tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan kepastian yang tak tergoyahkan, yaitu: cogito atau subjectum sebagai instansi akhir pengetahuan manusia.

Secara informal skeptisisme dapat diterapkan pada topik apa pun, seperti politik, agama, atau pseudosains. Ini sering diterapkan dalam ranah yang terbatas, seperti moralitas (skeptisisme moral), teisme (skeptisisme tentang keberadaan Tuhan), atau supernatural.

5 dari 5 halaman

Jenis Skeptisisme

Secara umum, skeptis adalah sikap mempertanyakan segala sesuatu. Seperti Liputan6.com kutip dari Merdeka, berikut jenis-jenis skeptisisme yang perlu kamu ketahui:

- Dogmatic skepticism. Dogmatic skepticism menganggap bahwa segala sesuatunya tak ada yang dapat diketahui. Tidak ada kebenaran yang pasti dan sejati menyangkut semua hal, sebab pandangan manusia selama ini merupakan sebuah kekeliruan besar.

- Pyrrhonian skepticism. Jenis skeptisisme ini menganggap bahwa hal yang pasti itu tidak akan mungkin. Individu yang bijaksana hendaknya menjauhi untuk segera memberikan penilaian terhadap suatu hal teoritis.

- Empiricist foundationalism. Pada jenis skeptisisme ini, tidak ada pengetahuan yang pasti. Hanya indra manusia yang mampu memberikan bukti nyata dan kepastian.

- Rationalist foundationalism. Dalam jenis skeptisisme ini, pancaindra manusia bukan sesuatu yang mampu memberikan bukti nyata dan objektif. Hanya akal yang dapat menentukan kebenaran.

- Authoritarianism. Jenis skeptisisme ini beranggapan bahwa hanya sejumlah orang yang mampu mengetahui secara pasti mengenai suatu pengetahuan dan informasi. Orang lain di luar kelompok dianggap tak memiliki kemampuan sama.