Sukses

Trauma Healing adalah Proses Penyembuhan Ketakutan pada Anak, Orang Tua Harus Paham

Trauma healing adalah proses penyembuhan setelah trauma yang dilakukan agar seseorang bisa terus melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang kejadian tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Trauma healing adalah proses penyembuhan setelah trauma yang dilakukan agar seseorang bisa terus melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang kejadian tersebut. Hal ini kerap kali terjadi pada anak-anak serta remaja, akibat pengalaman traumatis tertentu. 

Trauma ini bisa terjadi karena berbagai kejadian, seperti bencana alam, perkosaan, KDRT, Penyakit atau cedera parah, hingga kematian orang yang disayangi. Anak-anak rentan mengalami trauma, depresi, perasaan tertekan dan was-was, karena mereka belum mampu mengontrol emosi sepenuhnya.

Trauma healing bisa dilakukan oleh orang tua, tentunya dengan mempelajari tentang hal ini. Apalagi trauma bisa timbul, entah karena mereka secara langsung mengalami peristiwa traumatis atau berulang kali melihat gambar-gambar media yang mengerikan setelah kejadian.

Perhatian orang tua sangat diperlukan dalam proses penyembuhan trauma ini. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai KlikDokter, Senin (15/3/2021) tentang trauma healing.

2 dari 4 halaman

Dampak Buruk Trauma pada Anak

Trauma healing sangat dibutuhkan oleh anak saat ia mengalami trauma atau stres traumatik. Peristiwa traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai atau terlibat langsung dalam peristiwa bencana alam dapat merusak rasa aman, serta membuat anak merasa tidak berdaya dan rentan.

Berikut beberapa dampak buruk trauma pada anak berdasarkan usianya:

Trauma pada anak di bawah usia 5 tahun. Trauma healing sangat penting diterapkan pada anak yang mengalaminya. Untuk anak berusia di bawah 5 tahun, trauma dapat menyebabkan ketakutan, selalu ingin dekat dengan orang tua atau pengasuh, menangis, menjerit atau merintih. Kemudian, anak-anak juga bisa menjadi sangat aktif, bergerak tanpa tujuan, atau tidak bergerak sama sekali.

Trauma pada anak usia 6–11 tahun. Dampak buruk trauma pada anak usia ini adalah membuatnya kehilangan minat pada teman, keluarga, dan kegiatan yang menyenangkan. Hal tersebut juga menyebabkan mimpi buruk atau masalah tidur lainnya, menjadi mudah tersinggung, mudah mengganggu, atau marah. Tidak hanya itu, trauma yang dialami anak juga berkaitan dengan kesulitannya untuk belajar di sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Keadaan tersebut juga membuat anak kerap mengeluh masalah fisik, ketakutan yang tidak berdasar, merasa tertekan, mati rasa secara emosional, atau merasa bersalah atas apa yang terjadi.

Trauma pada anak usia 12–17 tahun. Dampak buruk trauma pada anak usia ini membuatnya mengalami mimpi buruk, penyalahgunaan obat-obatan, alkohol, dan tembakau. Anak yang trauma dan berada di usia ini juga akan menjadi orang yang suka menggangu, bersikap tidak sopan, dan cenderung merusak. Di sisi lain, mereka bisa saja merasa terkucil, bersalah atau depresi, kehilangan minat dalam hobi dan lainnya. Hal yang paling parah adalah adanya pikiran untuk bunuh diri.

3 dari 4 halaman

Penerapan Trauma Healing yang Bisa Dilakukan

Peran orang tua dalam trauma healing sangatlah besar untuk kesembuhan anak. Jadi, orang tua wajib mengenali dan memahami tentang trauma dan stres traumatis ini. Semakin banyak pengetahuan orang tua terhadap gejala, efek, dan pilihan perawatan, semakin baik pula kamu dapat membantu memulihkan kondisi mental anak.

Dengan cinta dan dukungan, pikiran dan perasaan stres traumatis yang mengganggu anak dapat menghilang. Hal ini bisa membuat kehidupan anak kembali normal dalam beberapa hari atau minggu setelah kejadian yang membuatnya trauma.

Berikut beberapa cara menerapkan trauma healing oleh orang tua:

Habiskan Waktu Bersama Anak

Trauma healing bukanlah proses penyembuhan yang memaksa. Kamu tidak dapat memaksa anak untuk pulih dari stres traumatis. Namun, kamu dapat memainkan peran utama dalam proses penyembuhan dengan menghabiskan waktu bersama dan berbicara tatap muka. Kamu harus menciptakan lingkungan di mana anak merasa aman untuk mengomunikasikan apa yang mereka rasakan. Jangan lupa untuk memberikan respons positif, agar tekanan pada dirinya bisa memudar secara perlahan-lahan.

Minimalkan Paparan Media

Penerapan trauma healing selanjutnya adalah dengan mejauhkan anak dari paparan media yang membuatnya teringat kejadian traumatis yang dialaminya. Paparan media dapat menciptakan tekanan traumatis pada anak atau remaja, bahkan pada mereka yang tidak merasakan langsung bencana tersebut. Jangan biarkan anak menonton berita atau berselancar di media sosial, agar dirinya tak merasakan kembali peristiwa yang membuatnya tertekan.

4 dari 4 halaman

Penerapan Trauma Healing yang Bisa Dilakukan Orang Tua

Dorong Aktivitas Fisik

Berolahraga juga penting dalam proses trauma healing anak. Aktivitas fisik dapat membakar adrenalin, melepaskan endorfin yang meningkatkan suasana hati, dan membantu anak tidur lebih nyenyak di malam hari. Temukan olahraga yang disukai anak. Kegiatan seperti bola basket, sepak bola, lari, seni bela diri, atau berenang yang memerlukan gerakan lengan dan kaki dapat membantu membangunkan sistem saraf anak dari perasaan "terjebak" yang sering kali mengikuti pengalaman traumatis.

Beri Anak Makanan Sehat

Makanan memiliki dampak besar pada suasana hati dan kemampuan anak untuk mengatasi trauma pada trauma healing. Makanan olahan, karbohidrat olahan, minuman manis, dan camilan tidak sehat dapat menciptakan perubahan suasana hati dan memperburuk gejala trauma.

Sebaliknya, makan sehat seperti buah dan sayuran segar, protein berkualitas tinggi, dan lemak yang sehat (terutama asam lemak omega-3) dapat membantu anak kamu terbebas dari tekanan yang menganggu dirinya. Berikan menu sehat ini dalam porsi yang seimbang, agar rasa trauma tidak berkembang dan bisa menghilang.

Membangun Kembali Rasa Percaya dan Rasa Aman

Trauma dapat mengubah cara seorang anak melihat dunia, bahkan bisa membuatnya tampak jauh lebih berbahaya dan menakutkan. Trauma mungkin akan membuat anak merasa lebih sulit mempercayai lingkungan mereka dan orang-orang di sekitarnya.

Untuk mencegah hal tersebut, bangunlah kembali suasana aman dan selamat di sekitar lingkungan anak. Hal ini bisa dilakukan dengan menyusun rutinitas yang mengasyikkan, minimalkan stres di rumah, bersikap tenang setiap saat, dan berusaha relaks. Berbicara tentang masa depan yang diidamkan juga bisa membantu.

Video Terkini