Sukses

Karma Adalah Hukum Sebab Akibat, Simak Penjelasannya di Ajaran Hindu dan Buddha

Karma adalah hukum sebab akibat di dalam kehidupan

Liputan6.com, Jakarta Karma adalah konsep yang berasal dari ajaran agama Hindu dan Buddha. Secara sederhana, karma merujuk pada hukum sebab akibat di dalam kehidupan. Menurut konsep ini, setiap tindakan yang kita lakukan, baik berupa pikiran, perkataan, atau perbuatan, akan menghasilkan akibat yang sebanding.

Dalam tiap ajaran agama, setiap tindakan memiliki konsekuensi yang akan mempengaruhi kehidupan kita saat ini atau di masa depan. Maka karma adalah perbuatan, yang tidak hanya berlaku dalam satu kehidupan saja, melainkan dalam siklus kelahiran dan kematian yang tak terbatas. 

Karma adalah bentuk ajaran yang menuntun manusia, untuk bertanggung jawab atas tindakan dan menghindari perbuatan yang merugikan. Dengan menjaga pikiran dan tindakan agar tetap positif dan bermanfaat, manusia dapat mengumpulkan karma baik dan menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Berikut ini karma dalam ajaran Islam dan Buddha yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (22/5/2023). 

2 dari 4 halaman

Karma dalam Ajaran Buddha

Mengutip dari laman bodhidharma, karma merupakan hukum kosmis tentang sebab dan akibat yang juga adalah babak moral lebih ke arah impersonal. Menurut hukumnya, untuk hidup maupun tidak akan muncul oleh sesuatu.

Hukum Dalam Babak Kosmis

Hukum karma dalam ajaran Buddha dapat dilihat dari dua babak yaitu salah satunya babak kosmis. Hukum dalam babak kosmis melingkupi alam fisik dan psikis. Itu berarti, makhluk hidup adalah fenomena materi. Adanya manusia dan hewan merupakan fenomena relatif. Ini dikarenakan dapat merasakan perubahan kemunculan dan hilang, segala sesuatu di alam.

Begitu juga dengan alam, merasakan babak perubahan muncul lalu hilang. Sama halnya seperti alam semesta dengan banyak galaksi di sana, serta tata surya tidak terhitung jumlahnya, turut mengalami babak tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah walaupun babak kosmis demikian, namun itu hanya berupa implikasi dari sebagai hukum sebab dan dampak. Yang selanjutnya paling penting dalam hukum karma adalah babak moral.

Hukum Dalam Babak Moral

Di babak moral, hukum karma dalam ajaran Buddha memegang peranan sebagai petunjuk etika Buddhis. Petunjuk ini tercermin dengan sangat jelas di dalam semua petunjuk yang telah Buddha sampaikan selama hidupnya. Babak moral lebih menitik beratkan pada perbuatan manusia melalui tindakan jasmani, pikiran dan ucapan. Perbuatan tersebut digolongkan sebagai karma bila dilakukan dengan niat atau keinginan yang benar.

 

3 dari 4 halaman

Karma dalam ajaran Hindu

Dalam ajaran Hindu, karma adalah konsep yang sangat penting. Karma mengacu pada hukum universal tindakan dan konsekuensi yang mengikat individu dalam siklus kelahiran dan kematian (samsara). Kata "karma" berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "tindakan" atau "perbuatan".

Menurut ajaran Hindu, setiap tindakan yang dilakukan individu, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan, akan menghasilkan konsekuensi atau akibat yang tepat pada waktunya. Konsekuensi ini bisa terjadi dalam kehidupan saat ini atau di masa depan, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan setelahnya. Dalam konteks karma, tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa konsekuensi.

Karma dipahami sebagai energi moral yang melekat pada individu dan mempengaruhi takdir dan nasib mereka. Tindakan yang baik (punya karma) menghasilkan hasil yang baik dan membawa kesenangan dan kebahagiaan, sedangkan tindakan yang buruk (papa karma) menghasilkan hasil yang buruk dan membawa penderitaan. Karma juga dapat mempengaruhi reinkarnasi, di mana individu yang meninggal akan dilahirkan kembali dalam kehidupan baru dengan berbagai kondisi yang ditentukan oleh tindakan mereka di kehidupan sebelumnya.

Namun, ajaran Hindu juga mengajarkan bahwa karma tidak bersifat mutlak dan dapat diubah melalui upaya spiritual dan pembebasan diri (moksha). Moksha adalah tujuan akhir dalam Hinduisme, yang mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian serta mencapai kesatuan dengan Tuhan yang Maha Esa. Untuk mencapai moksha, individu perlu memahami dan mengatasi karma mereka melalui tindakan yang benar, pengabdian kepada Tuhan, pengetahuan, meditasi, dan pelaksanaan tugas dengan tidak terikat oleh hasil.

Dalam praktik keagamaan Hindu, konsep karma memainkan peran penting dalam menginspirasi individu untuk bertindak dengan kebijaksanaan, etika, dan tanggung jawab, serta menghindari tindakan yang berbahaya atau merugikan orang lain.

4 dari 4 halaman

Macam-Macam Bentuk Karma

Karma Individu

  1. Karma Fisik: Tindakan-tindakan konkret yang dilakukan oleh seseorang, seperti membantu orang lain, memberikan sumbangan, atau melakukan pekerjaan amal, dapat menghasilkan karma positif. Sebaliknya, tindakan buruk seperti mencuri, berbohong, atau menyakiti orang lain secara fisik, dapat menghasilkan karma negatif.
  2. Karma Verbal: Kata-kata yang kita ucapkan juga memiliki konsekuensi karma. Ungkapan yang baik, seperti memberikan pujian, memberikan motivasi, atau berbicara dengan kebenaran, dapat menghasilkan karma positif. Namun, kata-kata yang kasar, menghina, atau berbohong, dapat menghasilkan karma negatif.
  3. Karma Pikiran: Karma juga terbentuk melalui pikiran dan niat individu. Pikiran-pikiran negatif seperti iri hati, kebencian, atau keinginan untuk menyakiti orang lain, dapat menciptakan karma negatif. Sebaliknya, pikiran-pikiran positif seperti cinta, toleransi, dan kasih sayang dapat menghasilkan karma positif.

Karma Kelompok 

  1. Karma Masyarakat: Tindakan kolektif yang dilakukan oleh suatu kelompok atau masyarakat dapat menciptakan karma yang akan mempengaruhi nasib dan keadaan kelompok tersebut. Misalnya, jika suatu masyarakat terlibat dalam tindakan korupsi secara luas, maka karma buruk akan mempengaruhi keadaan sosial dan ekonomi masyarakat tersebut. Sebaliknya, jika suatu masyarakat berusaha untuk keadilan, kesetaraan, dan kebaikan bersama, maka karma positif akan mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan kelompok tersebut.

Karma Reinkarnasi

Konsep karma dalam ajaran Hindu dan Buddha mencakup kehidupan berikutnya dalam siklus reinkarnasi. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam kehidupan ini, akan membentuk karma yang akan mempengaruhi nasib dan keadaan di kehidupan masa depan. Tindakan baik akan menghasilkan karma baik yang akan membawa kebaikan dan keberuntungan di masa depan, sementara tindakan buruk akan menghasilkan karma buruk yang dapat menghadirkan kesulitan dan penderitaan di masa depan.

Karma Kosmik:

  1. Karma Alam Semesta: Konsep ini menyatakan bahwa tindakan kita juga dapat memiliki dampak pada alam semesta secara keseluruhan. Tindakan-tindakan yang merusak lingkungan, atau menyebabkan penderitaan pada makhluk hidup lain dapat menghasilkan karma negatif, yang mempengaruhi keadaan alam semesta secara menyeluruh. Sebaliknya, tindakan-tindakan yang menjaga kelestarian alam dan menyebarkan cinta dan kebaikan kepada makhluk hidup lain, dapat menghasilkan karma positif yang berdampak pada harmoni dan keberlanjutan alam semesta.

Karma Keluarga

Tindakan dan keputusan yang diambil oleh anggota keluarga, dapat menciptakan karma yang mempengaruhi nasib dan keadaan keluarga tersebut. Misalnya, jika anggota keluarga melakukan tindakan positif dan menjaga keharmonisan dalam hubungan keluarga, maka karma positif akan menciptakan suasana yang baik dalam keluarga tersebut. Sebaliknya, konflik, kekerasan, atau tindakan negatif dalam keluarga akan menciptakan karma negatif yang dapat mengganggu kehidupan keluarga.