Sukses

Sejarah Daulah Abbasiyah dan Masa Keemasan Peradaban Islam

Daulah Abbasiyah berhasil mencapai masa keemasan peradaban Islam ketika dipimpin oleh Harun al-Rasyid dan al-Makmun.

Liputan6.com, Jakarta Daulah Abbasiyah adalah dinasti yang didirikan Abu al-Abbas pada tahun 750 M setelah berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayah. Daulah Abbasiyah berhasil mencapai masa keemasan peradaban Islam ketika dipimpin oleh Harun al-Rasyid dan al-Makmun.

Masa ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari pendirian perpustakaan, pemberian gaji kepada para ilmuwan, penerjemahan buku, dan penjaminan keterbukaan serta kebebasan akademik.

Sebagian para ilmuwan pada masa Dinasti Abbasiyah telah memulai karir keilmuannya pada usia yag sangat muda. Hal inilah yang pada akhirnya mengantarkan peradaban Islam menuju masa keemasannya, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.

Berikut Liputan6.com rangkum dari cendikia.kemenag.go.id, Senin (22/5/2023) tentang sejarah Daulah Abbasiyah.

2 dari 4 halaman

Sejarah Daulah Abbasiyah

Daulah Abbasiyah adalah salah satu dinasti besar yang pernah memimpin kekhilafahan Islam pasca Khulafaur Rasyidin. Daulah Abbasiyah berkuasa selama 500 tahun atau 5 abad, mulai dari tahun 750 M (132 H) sampai 1258 (656 H). Dalam menjalankan roda pemerintahan, Daulah Abbasiyah atau Bani Abbasiyah menjadikan kota Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan.

Dinasti adalah keturunan raja-raja yang berkuasa atas suatu pemerintahan dan melanjutkan kekuasaan pemerintahannya kepada satu garis keturunan keluarga. Jadi, yang dimaksud dengan Dinasti Abbasiyah adalah kekuasaan pemerintahan yang dipegang dan dilanjutkan oleh keturunan raja-raja dari Bani Abbasiyah.

Bani Abbasiyah adalah keturunan dari Abbas Bin Abdul Muthalib, paman termuda Nabi Muhammad SAW. Adapun pendiri Dinasti Abbasiyah adalah anak dari cicit Abbas Bin Abdul Muthalib yang bernama Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Abu al-Abbas diangkat menjadi khalifah setelah berhasil memimpin pemberontakan terhadap kekhalifahan Dinasti Bani Umayah.

Bani Abbasiyah melakukan pemberontakan karena menilai para penguasa Bani Umayah telah berbuat dzalim terhadap kelompok-kelompok yang berseberangan, khususnya Syiah. Di samping itu Bani Abbas berpikir bahwa mereka lebih berhak menjadi pemimpin umat Islam karena kedekatan garis keturunan Bani Abbas dengan Nabi Muhammad SAW.

Masa kepemimpinan Abu al-Abbas tidak bertahan lama. 5 tahun setelah dibaiat menjadi khalifah, di usia 33 tahun, Abu al-Abbas meninggal karena penyakit yang dideritanya. Tampuk kekuasaan dipegang oleh al-Mansur, saudara Abu al-Abbas. Selanjutnya keturunan al-Mansur inilah yang melanjutkan kekuasaan Daulah Abbasiyah sampai 5 abad berikutnya.

3 dari 4 halaman

Masa Keemasan Peradaban Islam

Masa keemasan Daulah Abbasiyah terjadi pada masa tujuh khalifah setelah al-Mansur, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa-masa itu, sejarah Islam mencapai puncak kejayaan. Beragam ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang pesat dan menjadi pondasi utama perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa sesudahnya.

Ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu dapat dipetakan menjadi dua, yakni disiplin ilmu keislaman dan ilmu umum. Disiplin ilmu keislaman terdiri dari ilmu kalam, fikih, tasawuf, dan hadis. Sementara ilmu umum yang berkembang pada saat itu sangat luas seperti astronomi, kedokteran, matematika, dan ilmu-ilmu sosial.

Para sejarawan mencatat bahwa masa-masa awal Daulah Abbasiyah, khususnya di masa Khalifah Harun al-Rasyid dan al-Makmun, merupakan masa keemasan Islam. Masa itu ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan di dunia Islam. Pusat-pusat intelektual seperti madrasah, perpustakaan, observatorium, halaqah tumbuh di seantero negeri.

Karya-karya tulis di berbagai bidang ilmu terus bermunculan. Perkembangan ilmu pengetahuan ini berdampak pada kemajuan peradaban Islam pada saat itu. Ketika jalan-jalan di Eropa masih gelap dan becek akibat gerimis, Baghdad dan kota-kota besar Islam lainnya sudah terang benderang dan tertata rapi. Saat para pengeran Eropa masih belajar menulis namanya, ilmuwan-ilmuwan muslim sudah menghasilkan ribuan karya di berbagai bidang ilmu pengetahuan.

4 dari 4 halaman

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah

Peradaban ilmu ini berhasil dicapai oleh Daulah Abbasiyah dengan melakukan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Mendirikan Bait al-Hikmah (perpustakaan) sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Di sini terjadi aktivitas membaca, berdiskusi, dan menulis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan .

2. Memberikan gaji yang besar kepada para ilmuwan untuk mengembangkan karya ilmu pengetahuan.

3. Membiayai kegiatan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari berbagai peradaban lain, seperti Yunani, Mesir, dan Persia.

4. Menciptakaan keterbukaan dan memberikan kebebasan akademik kepada para ilmuwan. Mereka bebas mengeksplorasi nalar kritis dan kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini mengakibatkan budaya debat, tukar pikiran, dan kritik, tumbuh subur serta berdampak positif bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan.

5. Daulah Abbasiyah membuka kesempatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara luas. Tidak ada pembatasan sumber ilmu. Ilmu pengetahuan bisa dikembangkan dari mana saja, termauk dari Yunani dan India yang memiliki agama kebudayaan yang berbeda. Tidak ada juga pembatasan penggunaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan digunakan ke manapun tanpa ada sekat agama maupun suku bangsa.