Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang membacanya harus didasari dengan ilmu. Salah satu ilmu membaca Al-Qur’an, yakni ilmu tajwid. Tajwid artinya ilmu membaca Al-Qur’an dengan memperindah dan memperbagus.
Dalam ilmu qiraah, tajwid artinya melibatkan pengeluaran huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat yang dimiliki oleh huruf tersebut. Tempat keluarnya huruf hijaiyah ini dapat menentukan jenis dan hukum tajwid yang berlaku.
Mempelajari ilmu tajwid dihukumi fardu kifayah atau wajib dilakukan. Jika ada umat Muslim di suatu tempat atau wilayah yang telah mempelajarinya, maka kewajiban bagi Muslim lain menjadi gugur. Tetapi, mengamalkan ilmu tajwid merupakan fardu 'ain.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang ilmu tajwid artinya membaca Al-Qur’an dengan indah dan bagus, Jumat (26/5/2023).
Membaca Al-Qur'an dengan Indah
Menurut Samsul Amin dalam bukunya berjudul lmu Tajwid Lengkap, istilah tajwid artinya berasal dari bentuk masdar جوّد – يجوّد – تجويدا (jawwada- yujawwidu-tajwid). Makna dari kata tajwid adalah memperbaiki, memperindah, dan memperbagus.
Tajwid artinya ilmu yang mempelajari tentang cara membaca Al-Qur'an dengan indah, bagus, dan membaguskan. Dalam ilmu qiraah, tajwid artinya melibatkan pengeluaran huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat yang dimiliki oleh huruf tersebut. Tempat keluarnya huruf hijaiyah ini dapat menentukan jenis dan hukum tajwid yang berlaku.
Menurut Abu Nizhan dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar Al-Qur'an, tajwid artinya juga dikenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan kalimat-kalimat Al-Qur'an. Dalam buku berjudul Dasar-Dasar Ilmu Tajwid oleh Dr. Marzuki, M.Ag. dan Sun Choirul Ummah, S.Ag., M.S.I., dikatakan bahwa secara etimologis, kata tajwid artinya berasal dari Bahasa Arab yang berarti tahsin atau memperbaiki.
Secara terminologis, menurut 'Athiyyah Qabil Nashar, ilmu tajwid merupakan ilmu yang membahas kata-kata atau ayat-ayat Al-Qur'an dari segi pemberian huruf pada haknya yang berupa sifat-sifat yang lazim yang diperlukan. Sifat-sifat ini mencakup isti'la' dan istifal, serta hukum-hukum bacaan seperti tafkhim, tarqiq, idgham, izhar, dan lain sebagainya.
Dalam buku berjudul Belajar Cepat Ilmu Tajwid oleh Khalillurrahman El-Mahfani, dikemukakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah kewajiban fardu kifayah atau wajib dilakukan.
“Bacalah Alquran itu dengan tartil yaitu dengan memakai tajwidnya.” (QS. Al-Muzzammil ayat 4)
Namun, jika ada umat Muslim di suatu tempat atau wilayah yang telah mempelajarinya, maka kewajiban bagi Muslim lain menjadi gugur. Meskipun demikian, mengamalkan ilmu tajwid merupakan fardu 'ain bagi setiap Muslim.
Advertisement
15 Diantaranya
Agar lebih memahami tentang ilmu tajwid, perhatikan 15 hukum tajwid yang dirangkum dari buku berjudul Sehari Mahir Tajwid + Juz'Amma Warna oleh Ustadz Rusdianto, S.Pd.I. sebagai berikut:
- Izhar: Merupakan pengucapan yang jelas dan terang saat nun sukun (نْ) atau tanwin (ـَــًـ, ـِــٍـ, ـُــٌـ) bertemu dengan huruf halqi seperti 'ain (ع), ghoin (غ), ha (ح), kho (خ), ha' (هـ), dan hamzah (ء).
- Idgham bighunnah: Merupakan peleburan atau penggabungan suara nun sukun (نْ) atau tanwin (ـَــًـ, ـِــٍـ, ـُــٌـ) dengan suara dengung ke dalam huruf idgham bighunnah berikutnya, yaitu mim (م), wawu (و), ya (ي), dan nun (ن).
- Idgham bilaghunnah: Merupakan peleburan atau penggabungan suara nun sukun (نْ) atau tanwin (ـَــًـ, ـِــٍـ, ـُــٌـ) tanpa suara dengung ke dalam huruf idgham bilaghunnah berikutnya, yaitu lam (ل) dan ra (ر).
- Iqlab: Merupakan penggantian bunyi nun sukun (نْ) atau tanwin (ـَــًـ, ـِــٍـ, ـُــٌـ) dengan bunyi mim sukun (مْ) ketika bertemu dengan huruf ba' (ب).
- Ikhfa': Merupakan penyamaran atau pengucapan samar ketika nun sukun (نْ) atau tanwin (ـَــًـ, ـِــٍـ, ـُــٌـ) bertemu dengan huruf ikhfa'. Terdapat 15 huruf ikhfa', antara lain kaf (ك), qaf (ق), fa' (ف), zha (ظ), tha (ط), dhad (ض), shad (ص), syin (ش), sin (س), za' (ز), dzal (ذ), dal (د), jim (ج), tsa' (ث), dan ta' (ت).
- Ikhfa' syafawi: Merupakan penyamaran atau pengucapan samar nun sukun (مْ) ketika bertemu dengan huruf ba' (ب) dengan melafalkan mim sukun di bibir seperti bersiap untuk melafalkan huruf ba'.
- Idgham mimi: Terjadi ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf mim (م) dengan melafalkan mim rangkap atau ditasdidkan, wajib dengan suara dengung.
- Izhar syafawi: Terjadi ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf selain ba' (ب) dan mim (م) dengan pengucapan yang jelas dan terang tanpa suara dengung di bibir, serta mulut tertutup.
- Idgham mutamatsilain: Merupakan peleburan huruf sejenis yang berdampingan, di mana huruf pertama sukun dan huruf kedua berharakat, dengan pengucapan yang diidghamkan.
- Idgham mutaqaribain: Terjadi ketika dua huruf hampir sama makhraj dan sifatnya berdampingan, di mana huruf pertama sukun dan huruf kedua berharakat, dengan pengucapan yang melebur ke huruf kedua.
- Idgham mutajanisain: Terjadi ketika dua huruf sejenis makhrajnya tetapi tidak memiliki sifat yang sama berdampingan, di mana huruf pertama sukun dan huruf kedua berharakat, dengan pengucapan yang mengabaikan huruf pertama dan memasukkannya ke huruf kedua.
- Ghunnah: Terjadi ketika huruf mim atau nun dengan tasydid di atasnya dibaca dengan suara dengung. Lama atau durasi dengung sekitar dua ketukan. Huruf mim atau nun dengan tasydid yang dibaca dengan dengung adalah ketika berharakat kasrah, fathah, dan dhammah.
- Izhar qamariyah: Terjadi ketika lam tarif atau alif dan lam (ال) bertemu dengan huruf qamariyah, dengan pengucapan yang menjelaskan suara alif dan lam (ال). Huruf qamariyah terdiri dari ba (ب), jim (ج), kha (ح), kho (خ), 'ain (ع), ghoin (غ), fa (ف), qof (ق), kaf (ك), mim (م), wawu (و), hamzah (ء), ha (ه), dan ya (ي).
- Idgham syamsiyah: Terjadi ketika lam tarif atau alif dan lam (ال) bertemu dengan huruf syamsiyah, dengan memasukkan atau melebur bunyi alif dan lam ke huruf syamsiyah yang berada setelahnya. Huruf syamsiyah terdiri dari ta (ت), tsa (ث), dal (د), dzal (ذ), ra (ر), za (ز), sin (س), syin (ش), shod (ص), dhod (ض), tho (ط), dhlo (ظ), lam (ل), dan nun (ن).
- Huruf lam dibaca tebal: Huruf lam dibaca tebal ketika terdapat dalam lafzhul jalalah (اللّٰه) yang didahului oleh harakat fathah atau dhammah.