Sukses

8 Penyakit Tropis di Indonesia, Ketahui Penyebabnya

Penyakit tropis di Indonesia tak jarang menyumbang kasus kematian.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit tropis di Indonesia masih menjadi perhatian dunia kesehatan. Menurut WHO, penyakit tropis merupakan kondisi terjadi semata-mata atau terutama di daerah tropis. Dalam praktiknya, istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada penyakit menular yang berkembang dalam kondisi panas dan lembab.

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki beragam kasus penyakit endemik. Penyakit tropis di Indonesia bahkan masih banyak ditemui. Tak jarang kasus penyakit tropis di Indonesia ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) di beberapa wilayah. Penyakit tropis di Indonesia menjadi salah satu penyebab kematian yang tak boleh diabaikan.

Meski begitu, beberapa kasus penyakit tropis di Indonesia sudah mulai berkurang jumlahnya. Hal ini terjadi berkat upaya pencegahan dan penanganan yang tepat. Penyakit tropis di Indonesia ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan parasit.

Berikut 8 penyakit tropis di Indonesia yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (28/11/2019).

2 dari 9 halaman

Kaki Gajah

Kaki gajah atau dalam istilah medis disebut Filariasis merupakan penyakit tropis di Indonesia yang masih banyak ditemui. Kaki gajah disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.

Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.

Saat masuk ke tubuh cacing membentuk "sarang" dalam sistem limfatik manusia. Sistem limfatik adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.

3 dari 9 halaman

Malaria

Malaria disebabkan oleh protozoa parasit dalam tipe Plasmodium. Parasit ini ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain.

Malaria biasanya ditemukan di iklim tropis dan subtropis seperti Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan RI, kasus malria lebih banyak terkonsetrasi di wilayah timur.

Penyakit endemik ini biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi parasit Plasmodium. Begitu parasit ada di dalam tubuh, mereka akan pergi ke hati, setelah beberapa hari, parasit dewasa memasuki aliran darah dan mulai menginfeksi sel darah merah.

4 dari 9 halaman

Demam Berdarah

Demam berdarah menjadi salah satu penyakit tropis di Indonesia yang paling sering ditemui. Demam berdarah disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Daerah tropis menjadi daerah endemik penyakit ini, termasuk pula Indonesia.

Di Indonesia penyakit ini selalu meningkat pada setiap awal musim hujan dan menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa wilayah. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah endemis. Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba; sakit kepala (biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi.

5 dari 9 halaman

Kusta

Menurut Kementerian Kesehatan RI, Secara Nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta (angka kasus kusta terdaftar atau angka prevalensi <1/10.000 penduduk) pada tahun 2000. Namun masih ada 10 Provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Selanjutnya di tingkat Kabupaten/Kota, pada akhir tahun 2017 masih tedapat 142 Kabupaten/Kota belum mencapai eliminasi kusta yang tersebar di 22 Provinsi.

Kusta adalah infeksi bakteri progresif kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama menyerang kulit, saraf tepi, permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mata.

6 dari 9 halaman

Frambusia

Frambusia adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum subspesies pertenue. Penyakit ini ditemukan terutama di komunitas masyarakat di daerah hutan yang hangat, lembab dan tropis di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Pasifik.

Di Indonesia, kasus Frambusia makin menurun setiap tahunnya. Namun, penyakit ini masih dapat ditemukan di sejumlah wilayah timur. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada 2018 masih ditemukan kasus baru frambusia sebanyak 355.

Kasus ini tersebar di 79 kabupaten kota dan 699 desa yang sebagian besar terkonsentrasi di Banten, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua dan Provinsi Papua Barat.

7 dari 9 halaman

Rabies

Rabies merupakan virus yang biasanya disebarkan oleh gigitan atau cakaran hewan yang terinveksi virus RNA dari keluarga rhabdovirus. Bagi manusia yang terjangkit rabies, gigitan anjing yang tidak divaksinasi adalah penyebab paling umum. Selain itu, kucing, dan hewan liar, seperti sigung, rakun, dan kelelawar, dapat mentransfer virus ke manusia melalui gigitan dan cakaran.

Di Indonesia, kasus rabies masih menjadi endemis. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada awal 2019 penyakit rabies masuk dalam kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Dompu NTB dan meluas hingga ke Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima.

Setelah seseorang digigit, virus menyebar melalui saraf ke otak. Aktivitas ini menyebabkan peradangan otak dan sumsum tulang belakang yang parah. Infeksi akan memburuk dengan cepat dan menyebabkan kematian.

8 dari 9 halaman

Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan nyamuk yang terinfeksi ke manusia. Chikungunya menyebabkan demam dan nyeri sendi yang parah.

Gejala lain termasuk nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam. Gejala chikungunya serupa dengan gejala yang dialami penderita DBD. Hal ini karena merupakan reaksi tubuh alami dalam memerangi virus yang masuk dalam tubuh.

Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973. Hampir di seluruh wilayah Indonesia berpotensi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya. Kejadian ini biasanya terjadi pada akhir musim hujan.

9 dari 9 halaman

Schistosomiasis

Schistosomiasis atau juga dikenal sebagai demam keong adalah penyakit parasit akut dan kronis yang disebabkan oleh cacing darah (cacing trematoda) dari genus Schistosoma. Penyakit ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan akses dan sanitasi air yang buruk. Cacing Schistosoma japonicum di Indonesia termasuk endemik dan hanya bisa ditemukan di dataran tinggi Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI pada 2016, Indonesia menjadi satu-satunya negara di wilayah Asia Tenggara yang masih memiliki kasus Schistosomiasis. Schistosomiasis di usus dapat menyebabkan sakit perut, diare, dan darah di tinja. Pembesaran hati sering terjadi pada kasus lanjut, dan sering dikaitkan dengan akumulasi cairan di rongga peritoneum dan hipertensi pembuluh darah perut.