Liputan6.com, Jakarta Istilah anonim adalah menggambarkan sesuatu tanpa identitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anonim adalah tanpa nama, tidak beridentitas, dan tidak ada penandatanganannya. Istilah anonim adalah sangat marak digunakan dalam bermedia sosial atau berselancar internet di Indonesia.
Website Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kominfo mengungkap anonim adalah muncul sebagai wujud ketakutan dan ketidakpercayaan akan internet karena lemahnya kontrol sosial dan negara perlu melakukan perlindungan diri. Anonim adalah dilakukan atas keinginan tampil beda, prasyarat sistem, atau niat buruk.
Advertisement
Baca Juga
“Anonim adalah terjadi dalam bentuk mengubah nama panggilan, memalsukan atau menyembunyikan identitas, sampai dengan menggunakan teknologi canggih untuk menutupi rekaman IP Address,” dijelaskan lebih dalam.
Mengkhawatirkannya lagi, kini anonim adalah sebagai tindak menyembunyikan identitas atau tindak pemalsuan identitas di Indonesia sudah didukung oleh banyak teknologi dan layanan. Contoh penerapan identitas anonim adalah pada Standar ISO/IEC 20008-2:2013.
Ini mengenai aturan mekanisme tanda tangan digital anonim, di mana entitas yang tidak mempunyai otorisasi tidak dapat mengetahui secara pasti dan jelas. Ini terjadi meskipun identitas penandatangan meskipun tanda tangan digital tersebut sah.
Berikut Liputan6.com ulas tentang anonim adalah tindak menyembunyikan atau memalsukan identitas lebih jauh, Kamis (25/11/2021).
Asal Usul Istilah Anonim
Istilah anonim adalah berasal dari kata dasar “anonymos” bahasa Yunani yang artinya tanpa nama atau identitas atau tidak dikenali. Dalam Jurnal Pendidikan dan Bahasa yang diterbitkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, dijelaskan anonim adalah pertama kali merujuk pada konteks kepengarangan atau asal usul yang tidak diketahui.
Ahli dalam bidang ini, Juwono (2010) menjelaskan anonim adalah bagian dari sifat yang menunjukkan ketidakjelasan atau ketidakpastian identitas seseorang atau suatu pihak. Dua jenis hirarki anonimitas atau anonim adalah ada “true anonym” atau anonim penuh dan “pseudo anonym” atau anonim semu.
Ciri khas anonim penuh adalah pemilik identitas biasanya sangat sulit dilacak karena memang sengaja menyembunyikan identitas agar hal tersebut tak dapat diketahui atau menjadi misteri saja. Sementara ciri khas anonim semu adalah masih bisa dilacak dengan beberapa cara, misalnya saja pengguna media sosial hanya menggunakan nama alay (berlebihan) yang masih menggambarkan dirinya.
Advertisement
Peranan Identitas Anonim
Jurnal Pendidikan dan Bahasa yang diterbitkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB oleh Itsna Hadi Saptiawan yang berjudul “Dari Anonim Kembali ke Anonim” mengungkap sebuah kesimpulan hasil penelitian menakjubkan di dunia komunikasi.
Anonim adalah di dunia komunikasi memegang prinsip menawarkan stabilitas rasa aman bagi para penggunanya (media sosial dan selancar di internet). Dijelaskan lebih dalam, fase aman yang dimaksudkan pada konteks komunikasi kontemporer untuk menyebar konten negatif di ruang publik.
Begitu pula anonim adalah dalam bentuk teks berkembang dari berita rahasia yang sensitif menjadi konsumsi publik. Ketika lembaga anonimitas dilindungi oleh negara, keberadaannya akan berubah dari sekadar pemindari menjadi pengawar yang menghadirkan banyak teror meresahkan.
Mengenai perkembangan karakteristik anonim adalah di media sosial dapat dijangkau dengan kemampuan lebih kuat dan luas dibanding media komunikasi yang lain. Penyebabnya, identitas anonim adalah bisa dikendalikan secara langsung oleh individu itu dengan ikatan emosionalnya.
Platform Media Sosial dengan Akun Anonim Terbanyak di Asia Tenggara
Pengguna internet di Asia Pasifik, terutama di Asia Tenggara, ternyata memiliki banyak akun anonim. Demikian berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan keamanan siber Kaspersky.
Dalam laporannya, ada 3 dari 10 pengguna internet di Asia Pasifik yang memiliki akun media sosial anonim. Artinya pengguna tak memakai nama asli, foto, ataupun identitas pribadi lainnya.
Survei ini dilakukan November 2020 lalu dengan 1.240 responden. Survei bertajuk Digital Reputation ini memperlihatkan, akun anonim paling banyak dimiliki pengguna di Asia Tenggara (35 persen), disusul pengguna di Asia Selatan (28 persen), dan Australia (20 persen).
Akun-akun anonim ini 70 persen ditemukan di platform Facebook, YouTube 37 persen, Instagram 33 persen, dan Twitter 25 persen.
Masih mengenai temuan survei yang dilakukan Kaspersky, hampir separuh (49 persen) responden menyebut, mereka memakai akun anonim agar bisa bebas berpendapat tanpa harus takut akan jatuhnya reputasi.
Sementara 48 persen responden menyebut, penggunaan akun anonim untuk mencurahkan kepentingan dan minat rahasia tanpa ketahuan teman ataupun rekan kerja.
34 persen pengguna menyebut, mereka menggunakan akun anonim untuk menentang pendapat orang lain. Sementara 30 persen responden menyebut, ingin melindungi privasi mereka untuk aktivitas online yang melibatkan kesukaan akan sesuatu (misalnya artis favorit maupun tujuan tidak berbahaya lainnya).
22 persen lainnya yang memakai akun anonim untuk stalking alias kepo tentang sesuatu atau seseorang. Dari jumlah itu, hanya 3 persen yang memakai akun anonim untuk menghindari doxing ataupun ingin main gim.
Advertisement