Liputan6.com, Jakarta Nasihat Luqman kepada anaknya perlu dikenali oleh setiap umat Islam. Nama Luqman Al Hakim tentunya sudah cukup familiar di telinga sebagian muslim, karena Allah SWT mengabadikan namanya menjadi nama salah satu surah Al-Quran.
Baca Juga
Advertisement
Surah Luqman merupakan surah ke 31 dalam Al-Quran. Luqman merupakan seorang hamba Allah yang sholeh dan bijaksana. Walaupun bukan seorang nabi, kisah Luqman mengandung banyak kebaikan dan nasihat baik untuk umat Islam.
Nasihat Luqman kepada anaknya diabadikan dalam surah Luqman ayat 12-19. Nasihat-nasihat tersebut bersumber dari ilmu hikmah dari Allah SWT. Salah satu kisah hikmah dari Luqman yang cukup masyhur adalah kisahnya saat menunggangi keledai dengan sang putra, yang memberikan pelajaran penting hidup sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial di saat yang bersamaan.
Berikut Liputan6.com rangkum dari laman Kemenag, Kamis (1/6/2023) tentang nasihat Luqman kepada anaknya.
Nasihat Luqman kepada Anaknya dalam Al-Quran
Nasihat Luqman kepada anaknya menjadi panutan bagi umat Islam. Pasalnya, setiap nasihat Luqman kepada anaknya bahkan sampai diabadikan di dalam Al-Quran. Nasihat Luqman kepada anaknya alam Al-Quran yaitu sebagai berikut:
1. Surah Luqman ayat 13, artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat ini yaitu untuk tidak mempersekutukan Allah SWT, karena itu merupakan dosa besar.
2. Surah Luqman ayat 14, artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat ini yaitu untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua dan selalu bersyukur kepada Allah SWT.
3. Surah Luqman ayat 16, artinya:
“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat ini yaitu perbuatan sekecil apapun akan dibalas oleh Allah SWT, jika kamu melakukan perbuatan baik walaupun secara sembunyi-sembunyi, maka Allah akan memberikan balasan yang baik untukmu.
4. Surah Luqman ayat 17, artinya:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat ini yaitu untuk selalu mendirikan sholat, serta mengajak manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar. Ayat ini juga mengajarkan untuk selalu bersabar atas apa yeng terjadi dalam kehidupan.
5. Surah Luqman ayat 18, artinya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
6. Surah Luqman ayat 19, artinya:
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Nasihat Luqman kepada anaknya pada ayat 18 dan 19 ini yaitu untuk tidak sombong dan angkuh. Allah SWT membenci orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Ayat ini juga mengajarkan bahwa manusia hendaknya selalu santun dalam bersikap.
Advertisement
Kisah Luqman dan Putranya saat di Perjalanan Bersama Keledai
Suatu hari, Luqman berkata "Wahai putraku! Berusahalah melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus berusahalah hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan apapun kata orang! Karena memang tidak akan pernah ada jalan untuk memuaskan dan melegakan semua orang. Tidak akan ada juga cara untuk menyatukan hati dan pikiran mereka. Itulah fakta hidup ditengah orang banyak dengan berbagai kepentingannya masing-masing. Mari kita buktikan!" Kata Luqman sambil menarik tali kekang keledainya.
Awalnya, Luqman menaiki keledai, sedangkan anaknya disuruhnya untuk berjalan sambil memegang tali keledai. Tidak lama kemudian orang-orang yang mereka temui berkomentar "Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Sungguh bodoh dan egois orang tua itu, masak anak kecil dibiarkannya berjalan kaki sementara dia menunggangi keledai!" Mendengar komentar orang-orang disepanjang jalan tersebut, Luqman-pun berkata kepada anaknya, "Putraku, coba kau dengar, apa yang mereka katakan tentang kita!"
Setelah berkata begitu, Luqman meminta anaknya untuk bergantian posisi. Sekarang Luqman yang menuntun keledai, sedangkan sang anak naik di punggung keledai. Di tengah perjalanan, mereka kembali menjadi omongan orang. "Sungguh buruk perangai dan akhlak anak itu, masak orang tua dibiarkannya berjalan menuntun keledai, sementara dia duduk manis di punggung keledai." Mendengar komentar orang-orang di jalan, Luqman kembali berpesan kepada anaknya, "Anakku, dengarlah sekali lagi, apa saja yang mereka katakan."
Setelah melewati orang-orang tadi, sekarang Luqman meminta anaknya untuk ikut naik ke punggung keledai. Jadi, sekarang keduanya sama-sama duduk di atas punggug keledai yang terlihat kecil dan kurus tersebut. Di tengah perjalanan, mereka kembali menjadi omongan orang-orang yang mereka temui di sepanjang perjalanan. "Betapa dungu dan egois bapak dan anak itu! kasihan sekali keledai tunggangan mereka yang kecil dan kurus begitu dinaiki berdua”. Mendengar komentar tersebut, kembali Luqman meminta anaknya untuk mendengar dengan baik komentar orang-orang tersebut. "Dengar dan perhatikan dengan seksama, apa yang mereka katakan, anakku!" Kata Luqman lembut kepada anaknya.
Setelah berkata begitu, lantas Luqman mengajak anaknya turun dari punggung keledai, sekarang mereka berdua sama-sama berjalan menuntun keledai. Di tengah perjalanan, mereka kembali bertemu dengan orang-orang yang masing-masing mempunyai ekspresi berbeda demi melihat perilaku Luqman dan anaknya. "Sungguh dungu bapak dan anak itu! Sama-sama berjalan menuntun keledai, kenapa keledainya tidak dinaiki saja biar perjalanannya tidak melelahkan!? Atau setidaknya si anak yang dinaikkan, biar bapaknya yang menuntun keledai."
"Anakku, kau dengar sendiri bukan, semua perkataan mereka kepada apa yang kita lakukan dari awal!? Di mata mereka, tidak ada satupun tindakan kita yang benar. Semua salah!" Kata Luqman kepada anaknya.
"Karena itu, dalam hidup ini kita harus punya prinsip, pendirian yang kuat, dan harus tegas. Lakukan saja apa yang bermanfaat bagimu dan agamamu, jangan terlalu ambil pusing dengan perkataan orang lain. Aku berharap kau bisa mengambil sendiri pelajaran berharga dari perjalanan kita dengan keledai ini", kata Luqman sambil mengikat keledai pada sebuah tiang.