Sukses

Penyebab dan Proses Terjadinya Hujan Es, Ditandai Munculnya Awan Cumulonimbus

Fenomena hujan es adalah cuaca alamiah, penyebab utamanya pembekuan saat kondensasi.

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut fenomena hujan es adalah cuaca alamiah yang sudah biasa terjadi. Faktor penyebab hujan es adalah ketika suatu wilayah sedang mengalami peralihan musim atau pancaroba dan ada awan Cumulonimbus.

Proses terjadinya hujan es tak jauh berbeda dengan hujan air biasa, yang membedakan adalah pada proses kondensasi atau penguapan. Proses kondensasi adalah saat uap air berubah menjadi partikel-partikel es yang dipengaruhi oleh suhu udara rendah di ketinggian. 

Perlu diketahui penyebab hujan es yang paling utama adalah pembekuan pada proses kondensasi ini. Tepatnya saat ada pengembunan mendadak akibat pergerakan massa udara naik dan turun sangat kuat di dalam awan Cumulo Nimbus. Hingga massa udara yang sangat kuat membentuk partikel es yang besar.

Itulah penyebab hujan es dan proses yang sebenarnya terjadi. Hujan es adalah hujan lokal dengan luas berkisar 5-10 km saja. Durasi hujan es pun singkat, paling lama 10 menit. Terjadinya hujan es lebih sering pada siang atau sore hari.

Berikut Liputan6.com ulas penyebab dan proses terjadinya hujan es dari berbagai sumber, Jumat (16/4/2021).

2 dari 4 halaman

Hujan Es

Istilah dalam ilmu meteorologi menyebut hujan es adalah hail. Hujan es adalah hujan yang menghasilkan bola-bola atau butiran es. Hujan es bisa terjadi di berbagai daerah, termasuk subtropis dan tropis.

Hujan es adalah fenomena alami yang sebenarnya sudah biasa terjadi. Hujan es biasanya berupa bongkahan es besar, hanya saat sudah turun di dataran rendah akan mencair bersama hujan air lebat.

Fenomena hujan es umumnya terjadi saat pancaroba atau peralihan antara musim hujan dan kemarau. Faktor penyebab hujan es adalah adanya awan Cumulo Nimbus. Awan ini memiliki bentuk berlapis-lapis yang menyerupai kembang kol.

Hujan es biasanya akan diiringi dengan angin puting beliung. Sifat dari hujan es adalah lokal dan tidak merata. Luasan terjadinya hujan es adalah berkisar 5-10 km saja.

Durasi berlangsungnya hujan es adalah singkat, paling lama 10 menit. Biasanya akan lebih sering terjadi antara siang dan sore hari. Istimewanya, hujan es hanya memiliki kemungkinan kecil terjadi di tempat yang sama dalam waktu singkat.

3 dari 4 halaman

Penyebab Hujan Es

Hujan es adalah hujan alami yang tak terjadi begitu saja. Proses terjadinya hujan es pun tak jauh berbeda dengan hujan air biasa. Penyebab hujan es yang paling utama adalah pembekuan, terutama di masa peralihan musim atau pancaroba.

Hal lain yang dapat menjadi penyebab hujan es adalah keberadaan awan Cumulo Nimbus. Awan penyebab hujan es ini dapat dikenali dari warna dan bentuknya. Belapis-lapis menyerupai kembang kol, ukurannya besar, berwarna kelabu, dan menjulang tinggi.

Awan mirip kembang kol ini identik dengan adanya badai petir dan hujan lebat. Keduanya adalah pemengaruh pengembunan secara mendadak hingga terbentuklah es yang berukuran sangat besar. Tak heran bila awan ini menjadi penyebab hujan es. Terbentuknya awan Cumulo Nimbus rata-rata terjadi di bawah 20.000 kaki dan relatif dekat dengan daratan.

Pembekuan adalah penyebab hujan es. Pembekuan ini terjadi pada proses pengembunan atau kondensasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Proses kondensasi terjadi saat uap air berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil.

Akan tetapi, fenomena hujan es terjadi karena pengembunannya terjadi secara mendadak. Kondensasi penyebab hujan es membentuk partikel es dengan ukuran yang tidak lagi kecil, tetapi besar. Saat hujan air, partikel es kecil yang jatuh ke permukaan bumi sudah mencair.

Namun saat hujan es, partikel es besar akibat pengembunan mendadak yang turun ke bumi masih berbentuk bongkahan es. Inilah yang menjadi penyebab hujan es sebenarnya. Es yang jatuh merupakan kondensasi air hujan yang menggumpal di atas permukaan bumi dan memiliki sebutan awan gelap.

4 dari 4 halaman

Proses Terjadinya Hujan Es

1. Energi panas yang dimiliki oleh matahari membuat air yang berada di laut, sungai, danau, dan sumber air dipermukaan bumi lainnya mengalami proses evaporasi atau penguapan. Semakin tinggi panas matahari, jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi semakin banyak.

2. Uap-uap air yang naik pada ketinggian tertentu akan mengalami proses pengembunan atau kondensasi. Proses kondensasi adalah saat uap air berubah menjadi partikel-partikel es yang dipengaruhi oleh suhu udara rendah di ketinggian.

3. Fenomena hujan es terjadi saat ada pergerakan massa udara naik dan turun sangat kuat di dalam awan Cumulo Nimbus. Inilah yang membuat massa udara naik cukup kuat membawa uap air sampai ketinggian dengan udara sangat dingin.

4. Di sini ada proses naik turun massa udara yang sangat kuat hingga membentuk partikel es yang terus membesar. Ketika sudah terlalu besar, pergerakan naik tidak akan mampu dilakukan dan membuat butiran es berukuran besar jatuh ke permukaan bumi.

5. Hal ini dipengaruhi tingkat pembekuan yang turun lebih rendah dari ketinggian normal. Sehingga membuat butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair dengan sempurna, masih dalam bentuk bongkahan.

6. Lapisan pembekuan (freezing level) adalah lapisan pada ketinggian tertentu di atas permukaan bumi yang suhu udaranya bernilai nol derajat celcius. Pada ketinggian ini butiran air akan membeku.

7. Untuk lapisan tingkat pembekuan di Indonesia berada di kisaran ketinggian 4 km sampai 5 km di atas permukaan air laut.