Sukses

Cara Menghitung Berat Badan Ideal dari Tinggi, Mudah dan Cepat

Cara menghitung berat dan tinggi badan ideal bisa menggunakan body mass index dan formula broca.

Liputan6.com, Jakarta Tinggi badan ideal adalah tinggi badan yang dianggap optimal, untuk kesehatan dan kesejahteraan seseorang berdasarkan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, struktur tubuh dan faktor genetik. Secara umum, tinggi badan ideal dapat diinterpretasikan sebagai tinggi yang proporsional, dengan berat badan mencerminkan indeks massa tubuh (BMI) yang sehat.

Memiliki berat badan dan tinggi badan ideal memang idaman banyak orang. Selain menambah kepercayaan diri, juga ampuh jauhkan dari serangan penyakit berbahaya. Untuk itu, ada beberapa cara yang mudah bagi Anda, untuk mengetahui dan menghitung berat badan ideal dari tinggi badan.

Cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan ini bisa diterapkan untuk pria, wanita, ibu hamil dan anak-anak. Rumus yang digunakan adalah Body Mass Indeks dan Formula Broca. Tak perlu khawatir akan membingungkan, cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan ini sangatlah mudah. 

Mengerti dan memahami cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan, akan menghindarkanmu dari banyak bahaya penyakit. Mulai dari penyakit jantung, tulang, kanker dan masalah kehamilan. Bahkan, obesitas dan stunting pada anak bisa dicegah serta diatasi lebih dini.

Berikut Liputan6.com ulas cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan dari berbagai sumber, Kamis (13/8/2020).

2 dari 5 halaman

Body Mass Index

Body Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh, adalah sebuah metode perkiraan lemak tubuh seseorang berdasarkan tinggi dan berat badan mereka. Ini adalah alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi apakah seseorang memiliki berat badan yang sehat atau tidak. Cara menghitung BMI adalah dengan membagi berat badan seseorang dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan mereka dalam meter. Rumus ini adalah: BMI = berat badan (kg) / (tinggi badan (m))^2.

BMI memberikan gambaran kasar tentang proporsi lemak tubuh seseorang, dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan rentang nilai yang dianggap normal atau sehat. Melansir dari laman Healthline, semakin tinggi nilai BMI seseorang, semakin besar potensi mereka untuk mengembangkan kondisi serius tertentu, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes.

Penting untuk dicatat bahwa metode ini memiliki beberapa batasan. Misalnya, BMI tidak memperhitungkan komposisi tubuh secara spesifik, seperti perbandingan antara lemak tubuh dan massa otot. Oleh karena itu, ada kasus di mana seseorang dengan BMI yang tinggi sebenarnya memiliki persentase lemak tubuh yang rendah karena memiliki massa otot yang besar, seperti atlet.

Metode menghitung berat badan ideal dengan menggunakan rumus BMI umumnya ditujukan untuk orang dewasa di usia 20-an ke atas. Untuk usia di bawah 20 tahun, metode perhitungannya akan sedikit berbeda karena pertumbuhan tubuh yang masih berlangsung. Namun, untuk orang dewasa, rumus BMI tersebut dapat memberikan gambaran kasar tentang apakah berat badan seseorang berada dalam kisaran yang sehat.

Keterangan BMI:

  1. Angka BMI normal berada pada kisaran 18.5-25.
  2. Jika angka BMI melebihi 25, hal ini berarti berat badan berlebih.
  3. Jika angka BMI berada di bawah 18 berarti berat badan kurang.
  4. Jika angka BMI sudah melebihi angka 40, sebaiknya dilakukan penanganan secepatnya karena angka ini menunjukkan tanda bahaya.

Contoh Perhitungan:

  1. Berat badan 55 kilogram (kg) dan tinggi 160 centimeter (cm) ==> 1,60 meter (m).
  2. Kalikan tinggi badan dalam kuadrat: 1,60 x 1,60 = 2,56.
  3. Bagi angka berat badan dengan hasil kuadrat tinggi badan: 55/2,56 = 21,5.

Dari hasil perhitungan BMI di atas kamu mendapatkan angka 21,5 dimana jika berdasarkan standar World Health Organization (WHO), kamu termasuk kategori ‘normal’. Berikut kategori BMI tersebut:

  1. Berat Badan Kurang = < 18.5
  2. Berat Badan Normal = 18.5-24.9
  3. Berat Badan Berlebih = 25-29.9
  4. Obesitas = > 30
3 dari 5 halaman

Formula Broca

Formula Broca yang dikembangkan pada tahun 1871 oleh Pierre Paul Broca, seorang dokter, ahli bedah dan antropolog Perancis (1824-1880), telah menjadi salah satu metode yang digunakan untuk menentukan berat badan ideal seseorang berdasarkan tinggi badan mereka. Metode ini awalnya digunakan untuk menghitung berat badan normal, tetapi kemudian diperluas menjadi Berat Badan Ideal.

Formula Broca berbeda untuk pria dan wanita. Awalnya, rumus ini menghitung berat badan dengan mengurangi 100 dari tinggi badan dalam sentimeter. Namun, kemudian rumus ini mengalami perkembangan untuk meningkatkan keakuratannya. 

Pengembangan dilakukan karena metode pengukuran awal dinilai kurang ideal. Hasilnya, rumus Broca telah disesuaikan agar lebih akurat dan relevan. Ini berlaku baik untuk pria maupun wanita, sehingga setiap individu dapat memperoleh estimasi berat badan ideal yang lebih sesuai dengan karakteristik tubuh mereka.

Rumus Formula Broca:

  1. Pria: ((berat badan – 100) – (10% x (tinggi badan -100))
  2. Wanita: ((tinggi badan – 100) – (15% x (tinggi badan – 100))

Contoh Perhitungan:

Seorang wanita memiliki tinggi badan 165, maka cara menghitung berat badan ideal wanita itu dengan cara:

  1. (165-100) – {(165-100) x 15%} = 65 – 9.75 = 55.25
  2. Maka berat badan ideal wanita tersebut adalah 55.25 kg.
4 dari 5 halaman

Ibu Hamil

Mempraktikkan cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan pada ibu hamil perlu dilakukan. Tujuannya agar berat badan ibu hamil tidak berlebihan dan bahayakan kehamilan. Hal ini pun untuk mengantisipasi bayi atau janin dalam kandungan akan bermasalah karenya.

Kelebihan berat badan saat kehamilan bisa meningkatkan risiko berbagai komplikasi kehamilan. Mulai dari diabetes gestasional, gangguan tekanan darah tinggi, dan preeklampsia. Cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan pada ibu hamil bisa gunakan rumus broca. Selain itu bisa juga gunakan jumlah usia kehamilan.

Rumus Broca:

Berat badan ideal ibu hamil = berat badan ideal + (usia kehamilan (dalam minggu) x 0.35)

Contoh Perhitungan:

Ani memasuki kehamilan minggu ke 20. Berat badan ideal jika dihitung dengan rumus Broca adalah 70. Maka berat badan ideal Ani di minggu kehamilan 24 adalah:

Berat badan ideal ibu hamil = 70 + (20 x 0.35) = 77 kg.

Anak-Anak

Menghitung berat badan ideal anak sangat perlu dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi berat badan anak yang bisa sampai sebabkan obesitas. Anak yang sudah mengalami obesitas memang terbilang imut dan menggemaskan. Akan tetapi, ada banyak pula bahaya yang mengintai anak obesitas ini.

Agar anak bisa terhindar dari obesitas, cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan anak dan usianya bisa dilakukan. Menerapkan cara menghitung berat badan ideal dari tinggi badan atau usia anak bisa disesuaikan. Selain obesitas, stunting juga bisa dicegah. Stunting adalah kondisi pertumbuhan anak yang kerdil.

Rumus Perhitungan:

- Anak Usia 0-12 bulan

- Berat badan ideal bayi = (umur saat ini (umur dalam satuan bulan) : 2) + 4

- Anak Usia 1-10 tahun

- Berat badan ideal anak = 2n + 8

*n = usia anak dalam satuan tahun

Contoh Perhitungan:

  1. Anak Usia 0-12 bulan
  2. Seorang bayi berusia 9 bulan, maka berat badan idealnya?
  3. Berat badan ideal = (9 : 2) + 4 = 8.5 kg
  4. Anak Usia 1-10 tahun
  5. Seorang anak berusia 10 tahun, maka berat badan idealnya?
  6. Berat badan ideal = (2 x 10) + 8 = 28 kilogram
5 dari 5 halaman

Bahaya Kelebihan Berat Badan Bagi Kesehatan

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tingginya tekanan darah adalah kondisi serius yang umumnya terkait dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Ketika seseorang mengalami obesitas, jaringan lemak tambahan dalam tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen dan nutrisi untuk mempertahankan kehidupannya. Sebagai respons, pembuluh darah harus memompa lebih banyak darah ke jaringan lemak tersebut. Ini mengakibatkan peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada gilirannya, meningkatkan tekanan darah secara keseluruhan. Peningkatan tekanan darah ini dapat menyebabkan beban kerja yang lebih besar pada jantung, dan jika dibiarkan tidak terkontrol, dapat meningkatkan risiko serius seperti penyakit jantung dan stroke.

Diabetes Tipe 2

Obesitas juga sering kali menjadi pemicu utama diabetes tipe 2. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin, hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Resistensi insulin menyebabkan tingginya kadar gula darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes. Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan resistensi insulin di mana menyebabkan peningkatan produksi insulin oleh pankreas, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan pada pankreas dan gangguan metabolisme gula darah.

Penyakit Jantung

Obesitas juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Kelebihan lemak dalam tubuh dapat menumpuk di sekitar arteri, menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan risiko pengerasan arteri (aterosklerosis). Akibatnya, pasokan darah ke jantung dapat terganggu, yang meningkatkan risiko serangan jantung dan penyakit jantung lainnya. Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, yang juga merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung.

Masalah Persendian

Kelebihan berat badan dapat menimbulkan beban ekstra pada persendian, terutama pada lutut, pinggul, dan tulang belakang. Akibatnya, persendian tersebut mungkin mengalami kerusakan, terutama pada orang yang memiliki gaya hidup yang tidak aktif atau tidak sehat. Masalah persendian yang umum terkait dengan obesitas termasuk osteoartritis, di mana kerusakan tulang rawan menyebabkan rasa sakit dan kekakuan pada persendian.

Masalah Tidur dan Pernapasan

Obesitas juga dapat menyebabkan masalah tidur dan pernapasan, seperti sleep apnea. Sleep apnea adalah kondisi di mana seseorang berhenti bernapas selama beberapa detik selama tidur, yang mengganggu pola tidur dan dapat menyebabkan kelelahan dan kantuk di siang hari. Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan tekanan berlebih pada dinding dada, yang dapat menyebabkan pembatasan napas dan masalah pernapasan lainnya.

Kanker

Penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara, kantung empedu, rahim, usus besar, dan prostat. Meskipun mekanisme pastinya masih belum sepenuhnya dipahami, obesitas diyakini dapat mempengaruhi proses biologis dalam tubuh yang meningkatkan risiko perkembangan kanker.

Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik adalah kumpulan faktor risiko yang terkait dengan penyakit kardiovaskular, termasuk obesitas perut, peningkatan kolesterol darah, tekanan darah tinggi, dan resistensi insulin. Ini adalah kondisi yang serius yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Efek Psikososial

Selain dampak fisiknya, obesitas juga dapat memiliki dampak psikososial yang signifikan. Di beberapa budaya, orang dengan kelebihan berat badan sering kali menghadapi stereotip negatif, seperti dikaitkan dengan kemalasan atau kurangnya disiplin diri. Namun, penting untuk diingat bahwa obesitas sering kali disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks, termasuk genetika, lingkungan hingga kebiasaan hidup.Â