Liputan6.com, Jakarta TBC (Tuberkulosis) merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini bisa ditularkan manusia ke manusia lain melalui droplet di udara. Termasuk ketika ada penderita TBC aktif yang batuk, meludah, tertawa, menyanyi, dan lain sebagainya. Tingkat keparahannya tak hanya berdampak pada penularan yang lebih mudah, tetapi juga mengakibatkan komplikasi penyakit TBC.
Baca Juga
Advertisement
Komplikasi penyakit TBC ini terjadi karena memang kuman TBC tak hanya menyerang paru. TBC pun bisa terus menyebar dan menyerang otak, tulang, usus, ginjal, jantung, dan organ lainnya. Kondisi penyebaran kuman TBC ini akan semakin diperparah ketika penderitanya tak mendapat pengobatan yang maksimal. Termasuk ketika pengobatan dihentikan di tengah perjalanan saja.
Agar seseorang bisa terhindar dari komplikasi penyakit TBC, pastikan ketika mendapat diagnosis pertama langsung lakukan pengobatan. Jangan pula menyepelekan ketika tubuh sudah membaik padahal obat belum dihabiskan, lantas tak dihabiskan juga. Perilaku tak maksimalkan pengobatan bisa sebabkan bakteri TBC kebal dengan obat awal. Jadi, lebih baik patuhi konsumsi obat sesuai resep dokter.
Berikut Liputan6.com ulas komplikasi penyakit TBC, gejala, dan pencegahannya dari berbagai sumber, Selasa (6/10/2020).
Komplikasi Penyakit TBC
Kerusakan Otak
TBC memang masih termasuk penyakit yang bisa disembuhkan ketika belum parah. Hanya saja ketika sudah parah, dampaknya menyebar ke seluruh tubuh penderitanya dan menjadi komplikasi penyakit TBC. Salah satunya bisa menyebabkan kerusakan otak.
Awalnya akan menyebar melalui aliran darah. Memang tak hanya otak yang terkena dampak ketika aliran darah sudah terinfeksi. Otak adalah alat vital pertama yang paling rawan terkena infeksinya.
Bakterinya akan mulai menginfeksi bagian cincin tulang belakang dan selaput sekeliling otak (meninges). Istilah medis menyebutnya meningitis tuberkulosis. Jika sudah sampai pada otak, penderitanya akan kehilangan kemampuan mendengar. Terjadi peningkatan tekanan otak, stroke, penurunan kesadaran, dan berakhir pada kematian.
Gangguan Fungsi Penglihatan
Gangguan fungsi penglihatan bisa menjadi komplikasi penyakit TBC. Tentu saja kondisi ini terjadi ketika bakteri TB sudah menyebar di aliran darah mata. Tak hanya gangguan tetapi bisa sampai berdampak pada kerusakan permanen.
Konjungtiva, kornea, dan sklera merupakan bagian mata yang paling rentan dan sering terinfeksi. Penderita TBC yang mengalami biasanya akan mengalami beberaoa gejala awal yang mirip dengan penyakit mata pada umumnya. Mulai dari pandangan mengabur dan mata yang terlalu sensitif cahaya.
Advertisement
Komplikasi Penyakit TBC
Kerusakan Tulang dan Sendi
Mengalami kerusakan tulang dan sendi tak hanya menjadi kekhawatiran lansia. Penderita penyakit TBC pun bisa berisiko mengalaminya. Bahkan kondisinya bisa lebih parah.
Komplikasi penyakit TBC ini rentan terjadi ketika bakteri TBC sudah menginfeksi dan menyebar tak terkendali. Rata-rata bagian tulang belakang yang akan terkena dampaknya. Hingga menyebabkan kerusakan saraf dan kerusakan tulang belakang.
Kerusakan Fungsi Hati
Kekhawatiran yang paling ditakutkan oleh penderita penyakit TBC adalah kerusakan fungsi hati. Komplikasi penyakit TBC ini tak hanya terjadi ketika bakteri menyebar melalui aliran darah. Risikonya bisa semakin besar ketika penderita TBC harus mengonsumsi obat dosis sangat tinggi.
Mengonsumsi obat dosis sangat tinggi biasanya terjadi ketika bakteri TB dalam tubuh sudah kebal obat. Sementara ketika melalui aliran darah, hepatic tuberculosis bisa terjadi. Begitu juga terjadi pembengkakan pada hati. Beberapa penderitanya pun akan mengalami penyakit kuning. Hingga bagian kulit dan lapisan mukanya berubah warna karena ada ketidakseimbangan bilirubin.
Â
Komplikasi Penyakit TBC
Resistensi Antibiotik
Penderita TBC memang harus mendapat pengobatan yang ketat. Pengobatan ini pun harus sejalan dengan konsumsi obat yang begitu banyak untuk menekan keganasan bakterinya.
Hanya saja ada beberapa pasien mungkin kualahan dengan konsumsi obat banyak ini. Hingga membuatnya putus obat dan membuat bakteri TBC kebal dengan obat yang diberikan di awal pengobatan. Akhirnya hal ini membuat konsumsi obat dosis tinggi diperlukan.
Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika kuman sudah tidak mempan dibunuh atau dihambat perkembangannya. Terutama menggunakan obat antibiotik, yang sebelumnya masih mempan digunakan untuk melawan kuman. Â
Resistensi antibiotik terjadi akibat evolusi genetik (susunan gen) dan biokimiawi (zat-zat dalam tubuh bakteri). Bahkan telah diketahui bahwa bakteri dapat saling melakukan transfer gen yang menyebabkan semakin meningkatnya jumlah bakteri yang memiliki kemampuan resistensi terhadap antibiotik.
Advertisement
Komplikasi Penyakit TBC
Kerusakan Ginjal
Kerusakan ginjal pada penderita TBC jelas sudah tidak bisa disepelekan. Komplikasi penyakit TBC ini bisa dipastikan sangat membahayakan nyawa penderitanya. Bahkan sebelum kematian, penderita TBC dengan komplikasi ginjal akan sangat menderita.
Kerusakan ginjal biasanya terjadi ketika bakteri menginfeksi bagian luar (cortex) perlahan. Kemudian dilanjutkan dengan menginfeksi ke bagian lebih dalam (medula). Hingga terjadilah penumpukan kalsium dan hipertensi. Parahnya akan ada pembentukan jaringan nanah dan gagal ginjal.
Kerusakan Jantung
Mengalami kerusakan jantung pun termasuk komplikasi penyakit TBC yang harus diwaspadai selain otak dan ginjal. Kondisi ini terjadi ketika bakteri TBCA sudah menyebar ke organ ginjal saking ganasnya. Bahayanya lagi, kerusakan jantung termasuk masalah yang sering terjadi.
Pada awalnya bakteri TBC akan menyerang pericardium, myocardium, dan katup jantung. Dampak paling buruknya akan menyebabkan penderita mengalami gagal jantung hingga kematian. Kasus kematian karena komplikasi jantung pun sering sekali terjadi.
Gejala Penyakit TBC
Sesak Napas
Selain tanda dan gejala di atas, sesak napas juga merupakan kondisi yang bisa dirasakan untuk jenis penyakit lain mulai dari penyakit jantung hingga penyakit paru-paru. Pada kasus infeksi TB, sesak napas terjadi karena terdapat peradangan pada jaringan paru sehingga pertukaran udara menjadi lebih sulit dilakukan.
Selain itu, infeksi TB juga dapat menyebabkan adanya cairan pada rongga pleura yang menyebabkan paru lebih sulit berkembang. Bahkan, pada keadaan sesak napas yang berat, pernapasan bantuan dengan menggunakan ventilator diperlukan guna membantu pernapasan penderitanya.
Berkeringat di Malam Hari
Tanda dan gejala TB paru lainnya yang umum terjadi adalah mengalami keringat berlebih di malam hari. Hal ini diakibatkan oleh infeksi TB. Selain berkeringat di malam hari, demam juga kerap terjadi. Demam yang dialami biasanya tidak terlalu tinggi, yakni bersuhu di bawah 38 derajat celcius.
Berat Badan Menurun
Berat badan menurun bukan menjadi tanda dan gejala spesifik yang bisa dideteksi untuk memastikan penyakit TB. Namun, kondisi ini juga kerap terjadi pada penderita TB.
Penderita infeksi umumnya mengalami penurunan nafsu makan, yang menjadikan dirinya mengalami gangguan penyerapan nutrisi makanan di usus. Kondisi inilah yang menyebabkan penurunan berat badan pada penderitanya.
Batuk Berdahak
Tanda dan gejala TB paru sangat identik dengan batuk berdahak. Batuk berdahak yang terjadi pada penderita TB biasanya terjadi selama tiga minggu bahkan lebih. Apabila Anda mengalami kondisi tersebut, maka perlu untuk memastikannya ke pihak medis.
Perlu ada perhatian khusus untuk mencari kemungkinan infeksi TB. Jika Anda dicurigai mengalami infeksi TB, dokter akan melakukan pemeriksaan dahak untuk melihat ada atau tidaknya kuman TB di dalamnya.
Batuk Berdarah
Batuk berdarah memang merupakan tanda dan gejala yang bisa terjadi untuk gangguan kesehatan lainnya, seperti luka dalam rongga mulut (gusi atau gigi), adanya luka lecet pada saluran pernapasan, infeksi paru-paru, hingga tumor paru.
Namun, batuk berdarah juga bisa menjadi pertanda infeksi TB. Perdarahan saluran napas pada infeksi TB terjadi karena kuman yang menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah paru-paru pada penderitanya.
Advertisement
Pencegahan Penularan Penyakit TBC
Jika seseorang dites positif terinfeksi TB laten, dokter mungkin menyarankan obat untuk mengurangi risiko mengembangkan TB aktif. Satu-satunya jenis TBC yang menular adalah varietas aktif, ketika itu mempengaruhi paru-paru. Jadi, jika bisa mencegah TB laten menjadi aktif, seseorang tidak akan menularkan TB ke orang lain.
Beberapa langkah umum dapat diambil untuk mencegah penyebaran TB aktif. Menghindari orang lain dengan tidak pergi ke sekolah atau bekerja, atau tidur di kamar yang sama dengan seseorang, akan membantu meminimalkan risiko kuman mencapai orang lain.
Mengenakan masker, menutupi mulut, dan ruang ventilasi juga dapat membatasi penyebaran bakteri. Di beberapa negara, suntikan BCG diberikan kepada anak-anak untuk divaksinasi terhadap TB.
Yang paling penting untuk dilakukan adalah menyelesaikan seluruh program pengobatan saat diresepkan. Bakteri TB-MDR jauh lebih mematikan daripada bakteri TB biasa. Beberapa kasus TB-MDR memerlukan kursus kemoterapi yang luas.