Sukses

Terbuat dari Bahan Alami, Ini 4 Baju Adat Paling Unik di Indonesia

Baju Adat dari Bahan Alami

Liputan6.com, Jakarta Sejak dahulu, Indonesia terkenal dengan kekayaan alam dan beragam kebudayaan. Ada berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki budaya dan tradisi sendiri.

Sehingga tak heran bila pada setiap provinsi yang ada di negara Indonesia memiliki baju adat yang sering sekali dikenakan pada setiap acara-acara tertentu, termasuk pada saat acara pernikahan.

Masing-masing baju adat di tiap daerah memiliki keunikan tersendiri. Ada yang terbuat dari bahan yang mewah dan hanya dipakai oleh raja dan para bangsawan. Ada juga yang terbuat dari bahan alami seperti jerami yang dikeringkan.

Penasaran? Untuk itu, berikut Liputan6.com sajikan baju adat paling unik yang merupakan kekayaan budaya dari negara kita tercinta, Indonesia Kamis (8/8/2019).

2 dari 5 halaman

1. Baju Adat Suku Ngaju

Suku ngaju merupakan sebutan bagi penduduk Dayak yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah. Suku Dayak memiliki baju adat yang dianggap sebagai simbol peradaban masyarakat di daerah tersebut.

Baju adat yang digunakan oleh pria berupa rompi, kain penutup bagian bawah sebatas lutut. Ikat kepala berhiaskan bulu-bulu enggang, kalung manik-manik dan ikat pinggang, serta tameng kayu beserta mandau dibagian pinggang.

Sementara baju adat yang digunakan oleh wanita yaitu berupa baju rompi, kain (rok pendek), ikat penutup kepala yang berhiakan bulu-bulu enggang, kalung manik-manik, ikat pingganng serta gelang tangan.

Uniknya pembuatan baju Adat Suku Ngaju menggunakan kulit kayu siren atau nyamu dengan dibubuhi warna dan corak hias yang diilhami oleh keyakinan dan mitologi yang berkembang di masyaraklat untuk mempercantik pakaian mereka.

3 dari 5 halaman

2. Baju Adat Paes Ageng Yogyakarta

Dahulu kala, Paes Ageng atau yang disebut dengan kebesaran, hanya boleh digunakan oleh kerabat Kraton saja. Namun, semenjak era Sultan Hamengku Buwono IX, Paes Agengmulai diizinkan untuk dikenakan di luar Kraton.

Paes ageng memakai pakaian yang disebut dengan dodotan, yang terdiri dari kain cinde dan dodotan itu sendiri. Biasanya, kain dodot ini menggunakan motif semen raja yang memiliki makna agar pengantin mempunyai hidup mulia seperti raja.

Motif cinde sendiri melambangkan penghormatan kepada Dewi Sri (Dewi Padi) yang melambangkan kemakmuran. Baju adat Paes Ageng memiliki makna tersendiri dari motif baju dan aksesorisnya.

4 dari 5 halaman

3. Baju Adat Perang dari Kalimantan Barat

Baju adat dari Kalimantan Barat terinspirasi dari pakaian adat suku dayak. Uniknya, pakaian adat ini berbahan kulit kayu yang diproses menjadi kain. Bahan utamanya adalah kayu kapuo atau ampuro.

Kulit kayu tersebut dipukul-pukul di dalam air menggunakan pemukul yang berbentuk bulat.]

Teknik menenun juga dikenal oleh masyrakat Dayak. Dan lagi, yang mereka tenun adalah berupa serat dari kulit pohon tengang. Untuk mendaptkan warna tertentu, mereka mencelup serat ini ke dalam air yang bercampur getah pohon tertentu.

5 dari 5 halaman

4. Baju Adat Papua Barat