Liputan6.com, Jakarta Kehilangan indra penciuman berarti tidak bisa mencium bau-bauan. Kondisi ini disebut dengan istilah anosmia. Anosmia bisa menyerang siapa saja dan paling utama adalah lansia. Penyebab hilangnya indra penciuman bisa karena infeksi virus, bakteri, dan indikasi penyakit lain.
Umumnya, penyebab hilangnya indra penciuman seperti anosmia ini hanya karena flu, pilek, dan sinusitis. Namun kini, anosmia turut disebut sebagai indikasi gejala infeksi virus corona. Hanya saja, anosmia yang dialami penderita tetap disertai demam dan batuk kering.
Advertisement
Baca Juga
Anosmia memang sulit untuk dikenali gejalanya, bahkan terkadang penderita yang mengalami anosmia tidak menyadarinya. Beberapa ada yang langsung merasa depresi karena tidak memiliki perasaan senang dan tidak memiliki nafsu makan.
Memang bukan penyakit, tetapi anosmia adalah tanpa adanya kondisi kesehatan tertentu yang harus diwaspadai. Seperti infeksi virus corona, walaupun sebenarnya penyebab hilangnya indra penciuman tidak hanya infeksi virus corona. Bisa karena cedera kepala, polip, ISPA, dan masih banyak lagi.
Berikut Liputan6.com ulas penyebab hilangnya indra penciuman dari berbagai sumber, Jumat (17/7/2020).
Cedera Kepala
Cedera kepala termasuk salah satu penyebab hilangnya indra penciuman. Cedera ini terjadi karena trauma dan rusak saluran hidung dan sinus manusia. Jadi, tidak heran jika cedera kepala bisa hambat mekanisme mencium bau dan sebabkan anosmia.
Pada sebuah penelitian, gegar otak kecil atau cedera kepala ringan karena jatuh dari sepeda bisa menjadi penyebabnya. Hal ini memiliki kemungkinan cukup besar untuk bisa memengaruhi indra penciuman.
Bahkan terkadang, pasien yang mengalami gegar otak ringan harus diberi tahu bahwa kehilangan indra penciuman sementara akan terjadi. Hingga menyebabkan terjadinya kecemasan hhingga berminggu-minggu lamanya.
Â
Advertisement
Sindrom Kallmann
Sindrom Kallmann merupakan kelainan genetik yang bisa terjadi karena keturunan. Faktor utamanya adalah ketika tubuh tidak bisa memproduksi gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Sindrom ini bahkan bisa menjadi penyebab hilangnya indra penciuman. Kehilangan secara total disebut sebagai anosmia. Sedangkan kehilangan secara sebagian disebut hiposmia. Gejala ini terjadi sejak lahir dan tidak akan disadari kecuali jika dilakukan pemeriksaan.
Kehilangan indra penciuman memang bukan gejala utama, tetapi tetap harus diwaspadai. Penderita akan lebih dominan merasa produksi hormon untuk perkembangan seksualnya sedikit. Bagi yang tidak kunjung diobati bisa sampai berakibat ganggu kesuburannya.
Polip Hidung
Polip hidung merupakan kelainan yang terjadi pada selaput permukaan hidung. Karakteristik utamanya berupa massa lunak yang bertangkai. Selain itu bisa berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening.
Risiko dari polip hidung ini akansemakin meningkat jika memiliki asma, rinitis alergi, dan sinus. Jadi, tidak heran jika polip hidung bisa menjadi penyebab hilangnya indra penciuman.
Jika tidak ditangani dengan baik, polip hidung dapat berkembang menjadi obstructive sleep apnea atau terganggunya pernapasan ketika sedang tidur. Selain itu, polip hidung juga dapat menyebabkan sinus lebih mudah untuk terinfeksi.
Advertisement
Sinusitis
Sinusitis terjadi ketika seseorang sedang kedinginan. Pada saat yang bersamaan, sinusitis juga menjadi penyebab hilangnya indra penciuman. Hal ini disebabkan karena penderita sinus akan kehilangan kepekaan karena alergi atau infeksi ini.
Bagi kasus sinus yang ringan, masalah tidak bisa mencium bau hanya terjadi sementara. Sedangkan pada kasus sinus yang kronis bisa terjadi pada jangka waktu sangat panjang. Pada sebuah penelitian, sinusitis menjadi penyebab utama terjadinya anosmia.
Sinusitis bisa disebabkan karena alergi, tetapi bisa juga karena infeksi virus dan bakteri. Penanganan dari penyebab sinus jelas berbeda. Antibiotik tentu bisa digunakan untuk mengatasi sinus karena alergi dan bakteri. Namun, jika ingin menerapkannya pada sinus akibat infeksi virus, tidak akan bisa berdampak apapun.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Infeksi saluran pernapasan atas biasanya terjadi karena infeksi virus dan bakteri. Infeksi yang paling sering terjadi common cold, yang ditandai dengan gejala batuk dan pilek.
Infeksi ini bisa menular melalui droplet saat penderita bersin dan batuk. Terutama ketika virus dan bakteri berada di udara dan terhirup oleh orang di sekitarnya.
Selain melalui droplet, infeksi juga bisa terjadi secara tidak langsung. Tepatnya ketika seseorang menyentuh hidung atau mata setelah menyentuh permukaan benda. Bisa juga terjadi ketika seseorang menyentuh permukaan benda setelah disentuh oleh orang yang memiliki virus di tangannya.
Kondisi infeksi ini jelas bisa merusak dan mengganggu lapisan kerja hidung pendeteksi bau. Jadi wajar saja jika penyebab hilangnya indra penciuman ini karena ISPA.
Advertisement
Infeksi Virus Corona
Infeksi virus corona memang cukup menyeramkan. Termasuk SARS, MERS, dan SAR-CoV-2 atau COVID-19. Meski vaksin SARS dan MERS masih ada, tetapi vaksin SARS-CoV-2 atau COVID-19 belum tersedia. Gejala utama dari infeksi virus corona COVID-19 adalah demam dan batuk kering. Sedangkan pada beberapa kasus, infeksi ini bisa menjadi penyebab hilangnya indra penciuman penderita atau anosmia.
American Academy of Otoloraryngology – Head and Neck Surgery (AAO-HNS) dan badan keanggotaan profesional yang mewakili ilmu bedah THT dan spesialisasi terkait di Inggris (ENT), memberi peringatan tentang pasien COVID-19 positif yang hanya mengalami gejala gangguan atau kehilangan kemampuan indra penciuman atau indra pengecap.
Sedangkan di Jerman, dilaporkan lebih dari 2 dari 3 kasus yang dikonfirmasi memiliki anosmia. Di Korea Selatan dengan pengujian lebih luas, ada 30 persen pasien yang dites positif. Pasien ini juga menderita anosmia sebagai gejala utama pada kasus ringannya.
Sedangkan untuk saat ini, peneliti berhasil mengungkap alasan infeksi virus corona bisa menjadi penyebab hilangnya indra penciuman. Analisis ini dilakukan menggunakan hasil CT-scan hidung dan sinus orang-orang yang terinfeksi SARS-nCoV-2 atau COVID-19. Terutama bagi yang mengeluhkan hilangnya kemampuan indra penciuman. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa pada bagian hidung sebagai celah penciuman (olfactroy cleft) ini diblokir dengan jaringan lunak. Hingga membuat lendir menjadi membengkak atau cleft syndrome.
Peneliti di King's College mengatakan hilangnya indera penciuman dan perasa memang bisa menjadi tanda terinfeksi virus. Namun, tetap saja penderita yang terinfeksi harus disertai gejala utamanya, yakni batuk kering dan demam. Kehilangan indra penciuman saja tidak bisa diindikasi sebagai infeksi virus corona.