Sukses

Apa Itu Vaksin Booster? Ketahui Efek dan Kriteria Penerimanya Untuk Umum

Vaksin booster adalah dosis vaksin tambahan yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit.

Liputan6.com, Jakarta Vaksin booster adalah dosis vaksin tambahan yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit. Vaksin ini diperlukan karena beberapa alasan, yang pertama adalah kekebalan tubuh seseorang mulai berkurang seiring waktu. Dan kedua karena adanya varian virus.

Di beberapa negara, vaksin booster atau vaksin ketiga telah diberikan kepada warganya. Sedangkan di Indonesia sendiri vaksin booster masih diperuntukkan untuk tenaga kesehatan. Namun, kali ini pemerintah membuka opsi memperluas cakupan vaksinasi dosis ketiga atau vaksin booster dengan menambah sasaran di luar tenaga kesehatan. Rencana tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

"Program vaksinasi juga terdapat opsi untuk memperluas cakupan vaksinasi, utamanya pada vaksin dosis ketiga atau booster di luar tenaga kesehatan," kata Wiku.

Namun, menurut Wiku, kebijakan ini masih membutuhkan pengkajian dari data seroprevalensi yang tengah dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Seroprevalensi sendiri adalah jumlah individu dalam suatu populasi yang menunjukkan hasil positif untuk penyakit tertentu berdasarkan spesimen serologi (serum darah).

Lantas, seperti apa efek samping dari vaksin booster dan siapa saja yang masuk dalam kriteria penerimanya? Berikut ini penjelasan mengenai apa itu vaksin booster beserta efek dan kriteria penerimanya untuk umum yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (27/11/2021).

2 dari 4 halaman

Apa Itu Vaksin Booster

Vaksin booster atau vaksin ketiga merupakan dosis vaksin tambahan yang bertujuan memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit karena efek dari beberapa vaksin yang dapat menurun seiring waktu. Vaksin booster umum diberikan pada infeksi virus, seperti tetanus, difteri, dan pertusis (DTaP) yang membutuhkan booster setiap 10 tahun.

Pemberian vaksin booster akan membantu sistem kekebalan mengingat virus penyebab penyakit. Jika tubuh kembali terpapar virus tersebut, antibodi dapat mengenali dan membunuhnya sebelum menyebabkan kerusakan. Dikutip dari WebMD, penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin booster dapat melatih tubuh untuk mengenali bakteri atau virus dan mempertahankan diri. Bergantung pada jenis vaksin dan produsennya, beberapa vaksin memerlukan booster berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun setelah suntikan pertamanya. Jessica Justman, Profesor Kedokteran di Columbia Mailman School of Public Health mengatakan, vaksin booster mungkin paling bermanfaat bagi orang dengan kondisi medis tertentu.

“Suntikan (booster) mungkin paling bermanfaat bagi mereka yang memiliki kondisi media seperti penerima transplantasi organ padat dan orang dengan penyakit autoimun yang mencegah mereka memiliki respons imun yang efektif,” jelas Justman.

Di Indonesia, vaksin booster saat ini baru diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap. Pasalnya, peningkatan kasus berat dan kritis di Indonesia mengakibatkan angka kematian meningkat, termasuk dokter dan tenaga kesehatan. Sedangkan, Prof. Dr. dr. Sri Rejeki mengatakan bahwa kematian para dokter dan tenaga kesehatan sejak Maret 2020 hingga Juli 2021 mencapai 1.141 jiwa. Dengan adanya vaksin booster dianggap sebagai model yang paling baik untuk meningkatkan imun para tenaga kesehatan. Vaksin booster pun dibutuhkan untuk memperkuat antibodi terhadap varian baru

Dengan adanya varian virus Covid-19 baru, pemerintah mulai melakukan rencana untuk memberikan vaksin booster untuk masyarakat umum yaitu lansia dan peserta peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) golongan penerima bantuan iuran (PBI) akan disediakan oleh pemerintah. Dan rencananya paling cepat pada tahun 2022. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

"Belum final kebijakannya. Rencananya paling cepat tahun 2022, kalau lansia dan PBI rencana awal disediakan pemerintah," kata Nadia melalui pesan singkat.

3 dari 4 halaman

Efek Vaksin Booster pada Sistem Kekebalan

Menurut Jonathan Abraham, asisten profesor mikrobiologi di Blavatnik Institute di Harvard Medical School dan spesialis penyakit menular di Brigham and Women's Hospital, menjelaskan beberapa hal terkait booster vaksin. Abraham juga mengatakan, suntikan booster vaksin dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat respons kekebalan setelah secara alami berkurang.

“Booster vaksin menipu sistem kekebalan untuk berpikir bahwa ia kembali melihat patogen, sehingga sel-sel yang memproduksi antibodi, dan sel-sel kekebalan lainnya, dipanggil kembali,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menyebutkan, kuantitas dan kualitas antibodi yang dihasilkan juga akan meningkat. Melalui proses yang disebut pematangan afinitas antibodi, sistem kekebalan kita belajar untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mengenali patogen dan membuat antibodi yang mengikat lebih erat ke targetnya.

4 dari 4 halaman

Kriteria Vaksin Booster Menurut ITAGI

Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro mengungkap kriteria jenis vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk vaksin booster. Menurut Sri Rezeki, vaksin booster dapat diberikan dengan jenis vaksin yang sama dengan vaksinasi pertama dan kedua (homologous) atau menggunakan jenis vaksin berbeda (heterologous).

"Misalnya Sinovac (dosis pertama) Sinovac (dosis kedua) di-booster pakai AstraZeneca kan beda itu," kata dia.

Sri mengatakan, hasil penelitian vaksin booster kemungkinan baru akan diketahui pada akhir tahun 2021. Ia mengatakan, ada tiga kriteria yang ditetapkan ITAGI untuk vaksin booster, yaitu:

1. Dapat memblokir protein spike

Pertama, vaksin Covid-19 tersebut dapat memblokir protein spike pada Covid-19 yang bisa masuk melalui saluran pernapasan.

2. Efikasinya lebih tinggi

Selanjutnya, vaksin tersebut memiliki efikasi yang lebih tinggi. "Kita mencari efikasinya lebih tinggi misalnya AstraZeneca, Pfizer, Moderna lebih tinggi dari Sinovac," kata Sri.

3. Efikasi terhadap varian

Delta kriteria terakhir adalah efikasi vaksin terhadap varian baru virus corona, terutama varian Delta.

"Ketiga itu menjadi pemikiran kita maka kita meneliti Sinovac (dosis pertama) Sinovac (dosis kedua) di-booster Sinovac, Sinovac-Sinovac di-booster AstraZeneca, Sinovac-Sinovac di-booster Pfizer, kemudian AstraZeneca di-booster oleh Pfizer atau vaksin yang sama," imbuhnya.