Liputan6.com, Jakarta Narkoba jenis Flakka sering dianggap sebagai kombinasi dari heroin dan kokain, atau heroin dan sabu (metamfetamin). Narkoba jenis ini sudah dilarang produksi dan peredarannya di Amerika Serikat sejak tahun 2014. Bahkan pelarangan mengedarkan Flakka sudah diikuti oleh negara lainnya, seperti Inggris, Jerman, Spanyol, Bulgaria, Austria, Republik Ceko, Prancis, dan juga Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Walaupun begitu, Narkoba jenis Flakka ini termasuk pendatang baru di Indonesia. Peredaran NAPZA (Narkotika, Psikotropika , dan Zat Adiktif) tak dapat disangkal memang bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Layaknya pergantian tren makanan atau mode, jenis narkoba baru silih berganti menjamur di berbagai belahan dunia
Narkoba jenis Flakka terkenal mirip kokain dengan harga yang jauh murah, tapi efeknya berkali-kali lipat lebih berbahaya. Flakka juga terkenal membuat penggunanya terlihat seperti zombie atau mayat hidup. Tentunya kamu bisa membayangkan betapa berbahayanya menggunakan narkoba jenis Flakka ini.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (7/1/2020) tentang narkoba jenis Flakka.Â
Mengenal Narkoba Jenis Flakka
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, narkoba jenis Flakka sering dianggap sebagai kombinasi dari heroin dan kokain, atau heroin dan sabu (metamfetamin).
Faktanya, flakka merupakan obat psikoaktif sintesis jenis Amphetamine Type Stimulants (ATS). Flakka mengandung senyawa katinona, atau alpha-pyrrolidinopentiophenone (alpha PVP). Alpha PVP ini adalah narkotika sintesis yang dibuat dari Tiongkok dan sudah ditemukan sejak tahun 1960.
Narkoba ini mulanya dipasarkan sebagai alternatif legal untuk ekstasi. Alpha PVP memiliki efek stimulan seperti sabu (metamfetamin) dan kokain. Akan tetapi, efek stimulan yang dihasilkannya bisa 10 kali lebih kuat dibandingkan kokain. Setelah diketahui memiliki potensi efek samping yang berbahaya, maka obat ini akhirnya dilarang untuk diedarkan.
Walaupun merupakan pendatang baru di Indonesia, narkoba jenis Flakka ini sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)Â nomor 2 tahun 2017 dengan nama kimia alfa PVP sebagai salah satu jenis narkoba berbahaya yang peredarannya dilarang.
Advertisement
Lebih Bikin Candu dan Lebih Murah
Tidak jauh berbeda dengan narkoba jenis lainnya, Flakka yang dikonsumsi berlebihan juga dapat menyebabkan kecanduan. Bahkan, kecenderungan kecanduan Flakka jauh lebih tinggi daripada jenis stimulan lain.
Hal ini disebabkan karena semua efek dari flakka bisa dirasakan langsung segera setelah konsumsi pertama dengan dosis rendah, namun durasinya tidak tahan lama. Setelah zat obatnya habis dalam tubuh, pemakai flakka akan segera merasakan kelelahan berat dan gejala depresi.
Hal ini menyebabkan banyak orang ingin mengonsumsinya kembali dan dalam dosis yang lebih tinggi agar merasakan berbagai sensasi euforik yang nikmat sekaligus juga menghindari efek sakau setelahnya. Hal inilah yang mengakibatkan ketergantungan dan kecanduan semakin tinggi.
Semakin sering dan lama kamu menggunakan narkoba ini dalam dosis tinggi, semakin banyak juga efek negatif yang mungkin menggerogoti tubuh. Kecenderungan ketergantungan yang lebih tinggi inilah yang membuat efek narkoba jenis Flakka jauh lebih berbahaya daripada kokain.
Lebih Murah dari Kokain
Bisa dibilang narkoba jenis Flakka ini merupakan versi murahnya kokain. Flakka hanya dibanderol sekitar $ 3 hingga $ 5 atau setara dengan Rp 42 ribu sampai Rp 73 ribu saja. Sementara kokain dipatok dengan harga pasaran yang jauh lebih mahal, hingga sekitar $80 atau Rp 1 juta-an.
Selain lebih murah, nyatanya efek flakka juga jauh lebih kuat daripada kokain. Tak heran jika banyak pecandu narkoba yang jadi beralih menggunakan narkoba jenis ini. Namun, bahayanya tentu tidak main-main.
Efek Jangka Pendek Menggunakan Narkoba Jenis Flakka
Penggunaan narkoba jenis Flakka pertama kali dalam dosis kecil (kurang dari 100 miligram) mungkin sebatas menimbulkan efek euforia, perubahan perilaku, dan perubahan suasana hati umum layaknya efek narkoba jenis stimulan lain seperti kokain dan sabu.
Misalnya, jadi lebih bersemangat, merasa lebih segar dan amat sangat gembira, hiperaktif, banyak bicara, dan jauh lebih percaya diri dari sebelumnya. Beberapa orang yang menggunakan flakka juga mungkin merasakan pancainderanya lebih sensitif terhadap rangsangan.
Berbagai efek tersebut datang dari lonjakan hormon dopamin dan norepinefrin secara berlebihan setelah mengonsumsi zat stimulan. Peningkatan kadar dopamin dalam otak yang berlebihan dapat memunculkan sensasi euforia, alias perasaan bahagia yang berlebihan.
Sementara kadar norepinefrin yang melonjak naik dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, yang keduanya bisa membuat kamu lebih awas.
Flakka adalah stimulan yang memiliki banyak efek samping berbahaya. Secara umum, berikut beberapa efek flakka dalam jangka pendek:
- Jatung berdebar-debar dan napas memburu atau terengah-engah
- Tekanan darah meningkat
- Gelisah dan tidak bisa diam
- Mengigau
- Perasaan gembira yang berlebih
- Sensitivitas luar biasa terhadap sentuhan, suara, dan penglihatan
Advertisement
Efek Jangka Panjang Menggunakan Narkoba Jenis Flakka
Efek jangka panjang penggunaan narkoba jenis Flakka sejauh ini belum dapat dipastikan karena narkotika ini termasuk pendatang baru yang belum banyak diteliti lebih lanjut. Selain risiko overdosis, sejumlah penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa obat ini berpotensi menyebabkan gagal ginjal.
Selain itu, dosis flakka yang lebih kuat juga berpotensi menyebabkan pemakainya mengalami hipertermia. Hipertermia adalah kondisi suhu inti tubuh yang meningkat tajam dan terjadi tiba-tiba dalam waktu singkat sehingga tubuh tidak punya cukup waktu untuk berkeringat guna mendinginkan diri.
Peningkatan suhu yang ekstrem ini dapat menyebabkan komplikasi fisik yang parah, seperti kerusakan otot dan ginjal akibat dehidrasi parah. Perlahan tapi pasti, jaringan otot mulai rusak. Jaringan yang rusak ini akan melepaskan protein dan produk seluler lainnya ke dalam aliran darah. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan rhabdomyolysis. Jika sudah begini, penderita membutuhkan perawatan medis segera.
Saat pemakai flakka telanjur mengalami rhabdomyolisis dan dehidrasi secara bersamaan, mereka lebih mungkin untuk mengalami gagal ginjal dan bahkan kematian.
Fase Delirium atau Fase Zombie
Penggunaan narkoba jenis Flakka dalam kasus kecanduan yang parah, penggunanya bisa masuk pada fase delirium ekstrem. Fase ini menyebabkan penderitanya mengalami kebingungan parah dan tidak mampu berpikir jernih.
Ketika berada di fase delirium, pemakai flakka akan cenderung menunjukkan perilaku agresif dan merusak, misalnya mengamuk, memukul, menjarah, dan menjerit-jerit histeris. Beberapa pemakainya juga bahkan dapat mengalami kejang.
Fase delirium inilah yang membuat penderitanya juga seringkali terlihat seperti zombie alias mayat hidup. Sejumlah laporan kepolisian lokal di berbagai negara bagian di Amerika Serikat menemukan orang-orang pemakai flakka yang menggeliat-geliat di lantai seperti zombie.
Bahkan, efek flakka diduga kuat menjadi penyebab di balik serangan kanibalisme yang terjadi pada dua orang lansia pejalan kaki di Florida, Amerika Serikat. Seorang remaja 19 tahun pemakai flakka dilaporkan menyerang kedua pejalan kaki tersebut dengan sebilah pisau, kemudian menggigit dan memakan hampir sebagian besar area wajah salah satu korbannya sampai terlepas.
Â
Advertisement